6 Hal Unik yang Ada di Surabaya

Berikut sejumlah hal unik yang bisa ditemui di Surabaya, Jawa Timur. Apa saja?

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Sep 2020, 11:04 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2020, 04:00 WIB
(Foto: Dok Pemkot Surabaya)
Penanaman bahan pangan di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Dok Pemkot Surabaya)

Liputan6.com, Jakarta - Surabaya, Jawa Timur, salah satu kota terbesar di Indonesia. Kota berpenduduk 3,1 juta jiwa pada 2019 ini identik dengan Kota Pahlawan seiring dengan perjuangan arek-arek Surabaya dalam pertempuran 10 November 1945.

Selain itu, kota metropolitan yang juga identik dengan cuaca panas, tetapi di tangan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma), kota tersebut memiliki banyak taman dan pepohonan. Hal ini membantu membuat adem kota.

Bahkan pohon yang ditanam Pemerintah Kota Surabaya yaitu Pohon Tabebuya viral di media sosial karena mirip Bunga Sakura. Apalagi ketika Pohon Tabebuya yang mulai berbunga pun mempercantik Surabaya.

Tak hanya itu, ada sejumlah hal-hal unik lainnya di Surabaya mulai berkaitan dengan budaya, bahasa, kuliner, kota dan lainnya. Ingin tahu apa saja? Yuk simak ulasannya yang dirangkum dari berbagai sumber:

1.Ada Lahan Pertanian di Kota Metropolitan Surabaya

Kasi Pengembangan Pertanian Perkotaan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Antin Kusmira menuturkan, luasan lahan pertanian kisaran 1.100 hektar yang tersebar di 13 kecamatan yang masih berpotensi lahan sawah di Surabaya.

Wilayah itu antara lain Lakarsantri, Sambilkerep, Pakal, Benowo, Karangpilang, Tandes, Sukolilo, Rungkut, Wonocolo, Gayungan, Jambangan, Bulak, Wiyung dan Gunung Anyar. Salah satu komoditas unggulannya padi.

"Komoditas unggulan padi, berseling dengan jagung dan tanaman hortikultura, sayur dan buah,” ujar Antin saat dihubungi Liputan6.com, lewat pesan singkat, ditulis Sabtu, (19/9/2020).

Ia menambahkan, masih banyak petani Surabaya yang eksis dengan keterbatasan lahan yang ada karena kebanyakan status lahan bukan milik perorangan atau pribadi lagi. Akan tetapi, ada biaya sewa, bagi hasil, dan tanpa biaya. Produk pertanian dari petani tersebut dipasarkan ke pasar lokal.

"Jumlah petani di Surabaya masih kisaran 1.500. Untuk sektor pertanian semakin mendapat perhatian dan sebagai prioritas karena berkaitan dengan ketahanan pangan baik nasional dan skala rumah tangga,” kata dia.

Adapun DKPP Surabaya memberikan pendampingan kepada petani dengan teknis budidaya dan pasca panen, fasilitas sarana prasarama pertanian seperti alat mesiun pertanian, bibit atau benih padi dan hortikultura serta pupuk dan obat-obatan pengendali.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kata Jancuk yang Ekspresikan Keakraban dan Umpatan

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Jalan MERR IIC Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Pernahkah Anda mendengar kata  Jancuk “Jancok”, “Cuk”, atau mungkin “Cok”? Bagi warga Surabaya, Jawa Timur kata-kata tersebut sudah akrab di telinga.

Warga Surabaya seperti sudah terbiasa dengan penggunaan kata tersebut di kehidupan sehari-hari. Namun, apa makna kata Jancuk tersebut?

Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (UNAIR), Kukuh Yudha Karnanta menuturkan, Jancuk mempunyai makna dalam beberapa versi.

"Ada beberapa versi. Ada yang bilang itu dari akronim jaran ngencuk (kuda lagi kawin). Bahasa yang ngoko..atau strata terendah dalam hierarki Bahasa Jawa," kata Kukuh kepada Liputan6.com pada Selasa, 25 Februari 2020.

Kukuh menuturkan, bagi masyarakat Surabaya atau arek, penggunaan dan pemaknaan kata Jancuk bermacam-macam, ada yang menggunakannya sebagai umpatan kemarahan, ekspresi kegembiraan, bahkan untuk ekspresi keakraban.

Namun menurut Kukuh, bagi beberapa daerah di luar  Surabaya penggunaan kata Jancuk bisa mempunyai makna berbeda atau makna lain karena makna asli yang terkandung dalam kata tersebut bermacam-macam.

"Bagi orang luar Surabaya atau yang bukan dari sub kebudayaan arek, itu bisa berarti kemarahan, umpatan atau hal-hal yang berasosiasi pada hal yang katakanlah negatif,” ujar dia.

Mengutip laman journal.unesa.ac.id, kata Jancuk digunakan oleh arek Suroboyo yang mempunyai tempat tinggal di lingkungan perkampungan untuk sebuah ekspresi dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak Taman di Surabaya

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Taman Mozaik di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Mengutip berbagai sumber, Surabaya diperkirakan memiliki sekitar 613 taman. Rincian taman itu antara lain 470 taman pasif, dan 143 taman aktif. Taman-taman itu berada di Surabaya Pusat, Timur, Selatan, Utara dan Barat.

Salah satu taman yang jadi pusat perhatian akhir-akhir ini yaitu Taman Mozaik di Wiyung Praja. Taman Mozaik merupakan jenis taman aktif yang bisa dinikmati dengan bebas oleh para pengunjungnya.

Taman yang bernuansa warna-warni ini mengusung tema yang berbeda dari taman yang telah dibangun sebelumnya. Bangunan utama dari Taman Mozaik ini adalah sebuah bangunan menyerupai rumah yang berdinding mozaik warna-warni.

Di Taman Mozaik pengunjung dapat mengabadikan momen dengan berfoto. Warna-Warni taman ini akan membuat foto yang dihasilkan menjadi Instagramable. Taman Mozaik akan semakin indah, apabila mendapat paparan sinar matahari.

Selain Mozaik yang Instagramable, ada juga benda berbentuk prisma yang juga tidak kalah uniknya. Prisma-prisma ini di susun berjejer di tepi jalan beton menuju ke Rumah Mozaik. Prisma warna-warni ini seakan menjadi pelengkap yang indah bagi Taman Mozaik ini.

Kuliner Tahu Tek

Tahu Tek
Tahu Tek kuliner tradisional Surabaya

Tahu Tek, salah satu kuliner tradisional Surabaya dan mirip dengan ketoprak. Makanan tradisional ini memakai tahu sebagai bahan utama pembuatannya, sedangkan Tek berasal dari bunyi yang dikeluarkan penjualnya saat berjualan.

Mengutip berbagai sumber, tahu tek ini terdiri dari tahu goreng setengah matang dan lontong kecil yang dipotong kecil-kecil. Kemudian ada telur, kentang goreng, sedikit taoge, dan irisan ketimun dipotong kecil-kecil, selanjutnya disiram dengan saus kacang dengan campuran petis di atasnya.

Tradisi Gulat Okol

Di setiap daerah memiliki tradisi dan budaya. Demikian juga di Surabaya. Salah satunya Gulat Okol. Gulat Okol adalah tradisi pertunjukan yang menampilkan permainan gulat antar dua orang di atas tumpukan jerami. Namun, saat ini gulat dilakukan di atas panggung yang beralaskan karung goni.

Tradisi ini biasanya dilakukan saat musim kemarau sebagai slaah satu ritual memanggil hujan. Tradisi Gulat okol juga dilakukan untuk menjalin silatuhramu dengan banyak orang.

Masjid Cheng Ho Mirip Bangunan Klenteng

Masjid Cheng Ho Surabaya
Meski kecil untuk ukuran masjid, namun bangunan Masjid Cheng Ho Surabaya menyimpan banyak rahasia.

Masjid Muhammad Cheng Ho dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada Cheng Ho yang telah berperan besar dalam menyebarkan agama Islam. Masjid ini berada di belakang Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, tepatnya di Jalan Gading No.2, Surabaya, Jawa Timur.

Masjid ini didominasi warna merah, hijau, dan kuning. Ornamennya kental nuansa Tiongkok lama. Pintu masuknya menyerupai bentuk pagoda, terdapat juga relief naga dan patung singa dari lilin dengan lafaz Allah dalam huruf Arab di puncak pagoda.

Nama masjid ini merupakan bentuk penghormatan pada Cheng Ho, Laksamana asal Tiongkok yang beragama Islam. Pada abad ke-15 pada masa Dinasti Ming (1368-1643) orang-orang Tionghoa dari Yunnan mulai berdatangan untuk menyebarkan agama Islam, terutama di pulau Jawa.

Untuk mengenang perjuangan dan dakwah Laksamana Cheng Ho dan warga Tionghoa muslim yang juga ingin memiliki sebuah masjid dengan gaya Tionghoa, maka pada tanggal 13 Oktober 2002 diresmikan Masjid dengan arsitektur Tiongkok ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya