Saat Data Pasien Covid-19 di Kota Malang Tidak Sinkron

Wali Kota Malang menilai ada ketidaksinkronan data pasien Covid-19 di Kota Malang antara rumah sakit, Dinas Kesehatan dan puskesmas

oleh Zainul Arifin diperbarui 12 Jan 2021, 19:20 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2021, 19:20 WIB
Saat Data Pasien Covid-19 di Kota Malang Tidak Sinkron
Situasi Balai Kota Malang saat menghentikan apel pagi begitu ada kabar Wali Kota dan Sekda Kota Malang positif Covid-19 (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Wali Kota Malang Sutiaji tak memungkiri penambahan kasus positif Covid-19 di Malang kota melesat tinggi sebulan terakhir ini. Diperparah dengan data pasien yang tak sinkron, memungkinkan data resmi pemkot tak menggambarkan situasi sebenarnya.

Salah satu dampaknya, banyak pasien Covid-19 di Malang kota yang menjalani isolasi mandiri meninggal dunia. Sebab mereka masuk ke rumah sakit dalam kondisi yang sudah kritis, terlambat mendapat penanganan medis.

“Data kurang sinkron, antara rumah sakit yang bisa melayani tes PCR dengan Dinas Kesehatan dan puskesmas,” kata Sutiaji usai rapat koordinasi sinkronisasi data di Malang, Senin, 11 Januari 2021.

Penambahan kasus baru yang semakin tinggi membuat fasilitas layanan kesehatan kelabakan. Data pasien lama sering terlambat terverifikasi, karena laju penambahan kasus yang pesat. Itu tak didukung dengan sistem alur informasi dan informasi kurang memadai.

“Masih harus dicocokkan data yang dilaporkan Dinas Kesehatan berapa banyak dan data pasien positif tapi belum terverifikasi berapa,” kata Sutiaji.

Selain itu banyak data pasien mengendap di puskesmas lebih lama. Meski hasil tes awal sudah terkonfirmasi positif, tak langsung dilaporkan. Lantaran lebih dulu menunggu hasil verifikasi di pusat data, baru disampaikan ke Dinas Kesehatan kota.

Karena itu, ada pasien satu bulan silam sudah terkonfirmasi positif, tapi baru diumumkan oleh pemerintah positif. Dalam kasus tertentu, ada pasien yang saat diumumkan positif padahal sebenarnya sudah sembuh.

Bahkan dalam situasi tertentu, ada pasien isolasi mandiri yang baru dibawa ke rumah sakit saat saturasi oksigen sudah di bawah rata-rata. Menyebabkan potensi kematiannya lebih tinggi, apalagi ada keterbatasan ventilator di rumah sakit.

“Tingkat kematian tinggi paling banyak dari pasien isolasi mandiri, karena data susah dideteksi. Puskesmas tak melaporkan semua data pasien karena menunggu verifikasi,” ucap Sutiaji.

Karena itu pula, pelacakan pasien cenderung terlambat sebab petugas harus menunggu sampai semua data utuh dan terterverifikasi. Dampaknya, penyebaran Covid-19 di Malang kota berpotensi semakin tak terkendali karena masalah data.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Akurasi Data

Saat Data Pasien Covid-19 di Kota Malang Tidak Sinkron
Petugas Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Malang memperlihatkan tempat pengambilan salah satu sampel bagian dari tes swab massal demi mencegah penyebaran Covid-19 di Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Sri Winarni menyebut butuh waktu untuk sinkronisasi data. Lantaran penambahan pasien yang pesat membuat pendataan harus bekerja ekstra keras.

“Laporan yang masuk jauh lebih cepat daripada proses pencatatan data,” ujar Sri Winarni.

Sementara itu data kasus Covid-19 di Kota Malang sampai dengan 11 Januari 2021 ini ada sebanyak 4.286 pasien positif. Dari jumlah itu, 409 pasien meninggal dunia, 3.532 pasien sembuh dan 345 pasien dirawat.

Sedangkan total kasus suspek mencapai 4.590 orang. Dengan 343 pasien di antaranya masih dirawat di rumah sakit, 146 pasien isolasi mandiri, 105 pasien meninggal dunia dan 3.996 orang dinyatakan discarder. Seluruhnya bersumber dari data Satgas Covid-19 kota Malang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya