Liputan6.com, Tulungagung - Juru Bicara Satuan Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Tulungagung Ahmad Mugiono menyatakan, masih banyaknya warga yang menggelar hajatan saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) menjadi penyebab utama lonjakan kasus corona beberapa pekan terakhir.
"Banyak faktor sebenarnya, tapi yang dominan ya karena masih banyaknya warga yang hajatan meski telah dilarang," katanya, dikutip dari Antara, Selasa (17/8/2021).
Tren kenaikan kasus COVID-19 di Tulungagung terpantau sejak awal Juli hingga Agustus ini, terutama setelah Hari Raya Idul Adha yang diyakini sebagai bulan baik menggelar acara hajatan.
Advertisement
Saat ini, kasus rata-rata harian konfirmasi positif COVID-19 di Tulungagung berkisar antara 50-70 kasus. Namun, pada 13 Agustus, jumlah kasus konfirmasi sempat melonjak dan menjadi rekor harian tertinggi di Tulungagung, yakni sebanyak 241 kasus.
Menurut Mugiono, lonjakan kasus juga disebabkan muncul banyak klaster keluarga dan klaster hajatan.
“Masyarakat yang tidak bergejala isoman, karena tidak tertangani tenaga kesehatan, akhirnya jadi klaster keluarga,” ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Warga Enggan Isolasi Terpusat
Mugiono menyatakan, isolasi terpadu yang menjadi perintah Pangdam ini belum berjalan lancar. Dari enam lokasi solasi terpadu yang disiapkan masih belum terisi sama sekali.
"Kami sudah menyiapkan isolasi terpadu tapi masyarakat tidak mau,” katanya.
Padahal dari Satgas Penanganan COVID-19 sudah memfasilitasi keperluan untuk isoman, seperti tempat, sarana dan tenaga kesehatan.
Ada enam tempat yang sudah disiapkan, beberapa di antaranya di Kecamatan Kedungwaru, Pakel, Ngunut, Sumbergempol, dan Boyolangu.
Advertisement