Begini Cara Menangani Long Covid-19 ala Siloam Hospitals Surabaya

Sebagian penyintas Covid-19 mengalami long Covid-19

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Okt 2021, 16:33 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2021, 16:32 WIB
Long Covid
Long Covid-19 adalah kondisi pasien yang sudah pernah terinfeksi virus Covid-19 masih mengeluhkan gejala setelah dinyatakan sembuh.

Liputan6.com, Surabaya - Sebagian penyintas Covid-19 mengalami long Covid-19. Gejalanya long Covid-19 beragam dan tidak selalu sama antara satu penyintas dengan penyintas lainnya.

Menurut Dokter Spesialis Paru Siloam Hospitals Surabaya Isnin Anang, timbulnya gejala long Covid-19 diakibatkan oleh rusaknya jaringan tubuh oleh virus sehingga terganggunya respon pada imun dan kondisi psikologis. Pasca infeksi akut Covid-19, terjadi kerusakan endotel dan inflamasi pada jaringan paru.

“Umumnya terjadi pada latihan dan riwayat memori traumatis akan penyakit yang berat serta perawatan yang lama di rumah sakit,” ujar Isnin Anang dalam webinar di Surabaya bertajuk Kenali Long Covid-19 dan Penanganannya, Jumat (8/10/2021).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sekitar 53,7 persen pasien mengalami gejala long Covid-19 merupakan pasien perokok, 43,6 persen pasien selama 1 sampai 6 bulan mengalami gejala akut long Covid-19, dan sebanyak 2,7 persen pasien mengalami long Covid-19 selama lebih dari 6 bulan adalah pasien  berusia lanjut.

Gejala lain yang signifikan dalam long Covid-19 selain mekanisme imunologis adalah rasa ketakutan terhadap penyakit Covid-19, ketakutan akan masa depan yang tidak menentu, stigma, dan memori traumatis akan penyakit yang berat serta isolasi sosial.

“Insomnia merupakan penyakit yang umum diderita pada masa pemulihan dan ada juga nyeri kepala,” ucapnya.

Hal ini dapat terjadi karena adanya multifaktor, yaitu karena stres dan rasa cemas terkait pandemi dan penyakit Covid-19. Perubahan irama sirkadian dan masih ada gejala pernapasan sisa  Covid-19 (batuk, sesak), serta efek respons imun terhadap infeksi Covid-19 secara langsung maupun jangka panjang.

Sementara, nyeri kepala terkait Covid-19 adalah SARS-CoV invasi yang langsung ke saraf trigeminal di cavum nasal. Dalam otak, ACE2 terdeteksi banyak pada neuron. Gangguan regulasi ACE2 terjadi karena SARS-CoV meyebabkan rasa nyeri.

"Kalau pasien merasa setelah sembuh punya gejala-gejala menetap, maka perlu penanganan komprehensif untuk pasien long Covid-19," tuturnya.

Meskipun gejala-gejalanya tampak seperti penyakit lain pada umumnya, untuk menegakkan diagnostik dan terapi yang tepat, pasien tetap memerlukan pemeriksaan dan rekomendasi dari dokter penanggung jawabnya.  Bahkan, jika diperlukan melakukan konsultasi kepada psikiatri.

Setiap gejala long Covid-19 akan diberikan penanganan atau terapi yang berbeda-beda. Mulai dari manajemen penyakit penyerta, menjaga kesehatan mental, kondisi dukungan sosial, finansial serta budaya, dan sebagainya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya