Liputan6.com, Lumajang - Bencana Gunung Semeru erupsi berdampak langsung pada manusia. Keanekaragaman hayati di kawasan taman nasional pun turut terdampak dari peningkatan aktivitas vulkanik gunung tertinggi di pulau Jawa itu.
Taman Anggrek seluas 2.500 meter persegi di Ranu Darungan, Pronojiwo, Lumajang, tertutup abu tipis saat Gunung Semeru erupsi. Daun hijau dan bunganya sempat berubah menjadi berwarna abu-abu karena guyuran abu vulkanik.
Advertisement
Baca Juga
“Abu tipis itu sudah bisa dibersihkan oleh petugas dibantu warga sekitar satu hari pasca erupsi,” kata Toni Artaka, Kepala Resort Ranu Darungan, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Kamis, 9 Desember 2021.
Pembersihan dilakukan dengan cara menyemprotkan air ke daun yang tertutup abu vulkanik. Upaya pembersihan cukup memakan waktu. Beruntung hujan yang turun mengguyur ikut membantu mempercepat pembersihan tersebut.
“Sebab bila tidak dibersihkan, maka akan sangat mengganggu tanaman,” ujar Toni.
Taman Anggrek Ranu Darungan didirikan sekitar tahun 2017 silam. Sekarang sudah memiliki koleksi sekitar 96 jenis anggrek native. Taman ini juga pernah diguyur abu tipis saat Gunung Semeru erupsi pada akhir tahun 2020 silam.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Satwa Terdampak Erupsi
Selain berdampak pada tanaman, bencana Semeru erupsi pada 4 Desember 2021 kemarin juga mengancam satwa – satwa endemik Semeru seperti elang Jawa, macan tutul, kera ekor panjang, landak, monyet, kijang dan lainnya.
Petugas BB TNBTS bersama relawan sempat mengevakuasi seekor landak dan seekor monyet yang terjebak di kawasan Curak Kobokan, salah satu lokasi terdampak paling parah. Sejauh ini belum ditemukan ada satwa lain yang terjebak pasca bencana.
Toni Artaka mengatakan, tak menutup kemungkinan banyak satwa endemik Semeru jadi korban erupsi. Namun petugas tak bisa memastikan karena situasi yang belum memungkinkan. Masih ada tanda aktivitas vulkanik serta hawa panas masih terasa.
“Ada kemungkinan satwa yang berada di sekitar aliran lahar turut terpapar awan panas. Tapi kami tak bisa memastikan karena situasinya tak memungkinkan,” ujar Toni.
Advertisement