Saat Warga Menjelma Jadi 'Kerbau' di Tradisi Keboan Aliyan Banyuwangi

Sejumlah warga dan petani kehilangan kesadaran itu kemudian keliling kampung. Dalam kepercayaan setempat,

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 01 Agu 2022, 08:26 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2022, 07:39 WIB
Ritual Keboan Alian  tradisi masyarakat Desa Alian Banyuwangi, sebagai wujud rasa syukur kepada tuhan yang maha esa (Istimewa)
Ritual Keboan Alian tradisi masyarakat Desa Alian Banyuwangi, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan. (Istimewa)

Liputan6.com, Banyuwangi - Ribuan orang menyemut di sepanjang jalan utama Desa Aliyan, Banyuwangi, Minggu (31/7/2022). Mereka menggelar selamatan kampung sebelum memulai ritual adat Keboan Aliyan. Tak selang lama seusai selamatan, sejumlah petani dan warga yang mengenakan atribut menyerupai kerbau mulai hilang kesadaran.

Sejumlah warga dan petani kehilangan kesadaran itu kemudian keliling kampung. Dalam kepercayaan setempat, mereka disebut kerasukan roh leluhur. Diiringi dengan musik gamelan dan replika kerbau mereka diarak bersama-sama warga. Menuju ke titik kumpul kantor desa yang berada di tengah kampung.

Mereka berjalan layaknya kerbau yang sedang membajak sawah. Mereka juga berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang dilewati. Saat berjalan pun di pundak mereka terpasang peralatan membajak.

Para petani yang menjadi "kerbau" lalu berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Saat berkeliling desa inilah, para "kerbau" itu melakukan ritual layaknya siklus bercocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.

Ada dua kelompok warga yang arak-arakan keboan Aliyan. Dari sisi timur kantor desa berasal dari warga Dusun Krajan. Lalu disusul kemudian oleh rombongan dari Dusun Sukodono. Masing-masing menggelar atraksi di depan para tamu undangan di halaman kantor desa.

"Ini merupakan tradisi permohonan kami kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga desa kami selalu dihindarkan dari berbagai malapetaka dan diberikan keselamatan serta melimpahnya hasil panen," kata Kepala Desa Aliyan, Anton Sujarwo.

Jadi Daya Tarik Wisatawan

Proses kerasukan roh leluhur dalam ritual Keboan Alian  di Desa Alian Banyuwangi (Istimewa)
Proses kerasukan roh leluhur dalam ritual Keboan Alian di Desa Alian Banyuwangi (Istimewa)

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang turut menyaksikan Keboan Aliyan tersebut mengapresiasi keguyuban warga. Menurut dia, dengan kegiatan komunal yang guyub tersebut akan menjadi modal dasar pembangunan.

"Keguyuban warga Aliyan dalam melaksanakan acara ini adalah perwujudan semangat gotong-royong. Dengan bergotong-royong ini, saya yakin akan membawa kemajuan bagi semua," ungkap Ipuk.

Ipuk mengharapkan kegiatan Keboan Aliyan tersebut dapat menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Sehingga akan dapat memberikan kontribusi dalam perputaran ekonomi masyarakat setempat. "Semoga penyelenggaraannya semakin baik dan ditata lebih kreatif sehingga menjadi daya tarik wisata yang lebih," harapnya.

Keboan Aliyan sendiri dirangkai dengan berbagai kegiatan pendukung lainnya. Seperti pagelaran wayang, janger, hingga pasar rakyat. "Kita siapkan acara ini menjadi pesta rakyat. Tidak hanya bagi masyarakat Aliyan, tapi bagi seluruh masyarakat yang hendak hadir ke desa kami," imbuh Anton.

Keboan Aliyan yang konon dilaksanakan sejak era Kerajaan Blambangan adalah warisan Buyut Wongso Kenongo, yang lokasi makam berada di Dusun Cempokosari, Desa Aliyan. Ritual ini dilaksanakan oleh masyarakat setempat yang berkultur Osing setiap memasuki bulan Suro penanggalan Jawa.

 

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya