Liputan6.com, Banyuwangi - Kekurangan peserta didik melanda sejumlah sekolah dasar di Banyuwangi, Jawa Timur. Akibatnya sekolah itu harus di marger. Total ada 12 SD yang dimerger dengan SD lain yang lokasinya berdekatan. Proses merger itu berlangsung sejak 2019.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Suratno mengatakan, SD negeri yang dimerger adalah yang jumlah muridnya kurang dari 60 siswa.
"SD itu kan enam kelas, ya. Jadi minimal itu per kelas ada 10 siswa," kata Suratno, Sabtu (18/2/2023).
Advertisement
Sebelum digabungkan, dinas terlebih dulu memberi peringatan. Proses penggabungan sekolah dilakukan bila jumlah siswa kurang dari batas itu selama tiga tahun.
Meski demikian, tidak seluruh sekolah yang jumlah siswanya kurang dimerger. Suratno menyebut, ada beberapa pengecualian agar pembelajaran di sekolah itu tetap bisa dibuka meski siswanya terbatas.
Salah satunya, SD negeri tetap beroperasi apabila lokasinya jauh dari SD lain. Kompensasi ini agar para siswa tak putus sekolah jika SD tempat mereka belajar dimerger.
"Daerah-daerah yang aksesnya sulit harus dikecualikan. Dan itu dibenarkan dalam aturan. Kami tidak mungkin, misalnya, memerger SD di Sukomade karena anacamannya anak tidak sekolah," kata dia.
Suratno menyebut, ada beberapa penyebab SD negeri di beberapa tempat kekurangan murid.
Pertama, jumlah anak usia sekolah di wilayah berdirinya SD memang terbatas. Kedua, adanya sekolah swasta yang menjadi pesaing SD negeri di lokasi yang berdekatan.
"Sekarang masyarakat pintar, bagaimana memilih sekolah yang bagus. Ini ada hubungannya dengan bagaimana memberi pelayanan yang bagus dari sekolah-sekolah," katanya
Ada 868 SD di Banyuwangi
SD negeri yang kekurangan siswa, menurut Suratno, akan mengalami kesulitan dari sisi operasional. Soalnya nilai dana bantuan operasional sekolah yang didapat bakal sedikit.
Dengan penggabungan 12 sekolah itu, jumlah lembaga pendidikan tingkat SD dan sederajat di Banyuwangi saat ini mencapai 860.Â
"Kalau khusus negeri, jumlahnya sekitar 600-an," tandasnya.
Â
Advertisement