Liputan6.com, Lumajang - Event tahunan Loemadjang Mbiyen #3 ramai diserbu wisatawan untuk berwisata sekaligus bernostalgia. Pada hari pertama terlihat sudah dipadati ribuan warga yang antusias datang sebelum acara pembukaan berlangsung.
Meski digelar di tempat yang sama seperti tahun sebelumnya. Namun, tahun ini ada yang berbeda, karena bersamaan dengan momentum tradisi manten tebu sebagai awalan pembukaan giling di Pabrik Gula (PG) Jatiroto.
"Loemadjang Mbiyen kali ini bertepatan dengan petik manten tebu atau ritual awal buka giling di PG Jatiroto," ungkap Bupati Lumajang Thoriqul Haq, Senin (8/5/2023).
Advertisement
Dikatakan, momen tersebut mengingatkan memori dulu ketika awal buka giling itu memang ramai di PG. Jatiroto, seperti banyak orang yang datang dan berjualan, termasuk dulu ada berbagai kegiatan kesenian.
"Makannya, tahun ini kita satukan konsepnya dengan pembukaan giling PG. Jatiroto dengan Loemadjang Mbiyen," pungkasnya.
Kepala Dinas Pariwisata Lumajang Yuli Harismawati menjelaskan, kegiatan tersebut bertujuan untuk mempromosikan keunikan potensi pariwisata, ekonomi kreatif, serta seni budaya Lumajang.
Oleh karena itu, diharapkan dapat mengangkat citra Lumajang sebagai daerah destinasi wisata yang mempunyai kearifan lokal dan menguatkan produk lokal Lumajang.
Ada beberapa kegiatan yang ditampilkan, yaitu pameran potensi yang diikuti oleh 21 kecamatan, galeri kriya, pasar rakyat, hiburan dan beberapa perlombaan seperti lomba fotografi dan fashion pakaian jaman dulu," pungkasnya.
Tradisi Manten Tebu
Sebagi informasi, tradisi manten tebu merupakan ritual petik tebu manten yang diselenggarakan setiap tahunnya sebelum dilaksanakan giling. Tujuannya untuk mencari keberkahan karena dipercaya bisa menghasilkan sumber pendapatan yang lebih.
Makna dari petik tebu manten tersebut mengawinkan pihak dari petani dan pabrik. Jadi, dua batang tebu yang diambil sebagai simbolis diberi nama Raden Bagus Rosan dan Dyah Ayu Roro Manis yang memiliki makna pengharapan agar tebu yang dihasilkan bersih dan manis sehingga hasil gula dapat melimpah ruah.
Pada tradisi tahunan ini, tersirat doa dan harapan agar proses pengolahan gula sejak tebu pertama sampai dengan tebu terakhir yang digiling berjalan lancar, sehingga dapat menghasilkan gula dengan kualitas yang bagus
Â
Advertisement