Liputan6.com, Banyuwangi - Batik menjadi salah satu warisan budaya di Indonesia. Setiap daerah penghasil batik memilki motif tersendiri. Umumnya motif tersebut menjadi bahasa yang menginterpretasikan kebudayaan, citra identitas dan kearifan lokal.
Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu penghasil batik di Nusantara. Motif batik Banyuwangi otentik dan erat kaitannya dengan kebudayaan Osing.Â
Kelestarian batik Banyuwangi masih terus terawat hingga saat ini. Masih banyak kelompok-kelompok masyarakat yang membuat dan bahkan mengembangkan batik Banyuwangi.
Advertisement
Salah satu kelompok yang aktif mengembangkan batik Banyuwangi adalah Perempuan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Osing. Organisasi ini menggelar pelatihan membatik dan digitalisasi marketing dengan menyasar masyarakat adat.
Ketua PHD Perempuan AMAN Osing Indah Pratiwi mengatakan, pelatihan berlangsung sejak 14-17 Juni 2023. Diikuti oleh puluhan warga Osing.
Berlangsung di Dusun Andong, Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. "Pelatihan ini menjadi cara dan upaya untuk mengembangkan batik Banyuwangi secara berkelanjutan," kata dia Senin (19/6/2023).
Wanita yang akrab disapa Tiwi ini menyadari pemanfaatan potensi batik membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil. Oleh karenanya dengan pelatihan ini diharapkan masyarakat adat mampu mengelola industri batik dari hulu ke hilir.
"Kita ingin menguatkan menejemen internal bidang ekonomi yang berjangka panjang, mendorong keikutsertaan perempuan adat, memperluas jejaring dengan kelompok dan instansi, serta meningkatkan partisipasi perempuan dalam relasi bisnis," ujarnya.
Tiwi mengaku kegiatan ini banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak mulai dari kementrian hingga Organisasi AMAN.
"Kegiatan ini didanai Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), serta didukung Pengurus Besar (PB) AMAN pusat dan AMAN Osing Banyuwangi," bebernya.
Dalam pelatihan ini peserta dimentori oleh praktisi-praktisi handal. Materi membatik diberikan oleh Deddy Wahyu. Pria pemilik Dewa Batik yang sudah teruji kiprahnya dalam dunia perbatikan di Banyuwangi dan Nusantara.Â
Kemudian materi marketing diberikan oleh Naufal, sosok anak muda yang malang melintang dalam dunia ekonomi digital.
Mentor pelatihan, Deddy Wahyu mengaku materi diberikan secara bertahap. Mulai dari mengenali jenis kain, pewarnaan alami dan kimia, pengecapan dan diakhiri dengan perebusan.
"Dalam pelatihan ini kita fokuskan pelatihan dengan metode batik cap," ujarnya.
Menurutnya membatik sebetulnya adalah hal yang terbilang gampang. Asalkan mau tekun, ulet, telaten dalam belajar. Bila sudah tahu tekniknya semuanya akan menjadi mudah.
Tren Batik Berkembang Pesat
Deddy mengaku trend batik kini sudah semakin berkembang pesat. Batik tidak hanya dinilai dari segi motif melainkan pasar kini lebih tertarik untuk menggali dari segi filosofis.Â
Menurutnya hal ini menjadi keuntungan bagi Banyuwangi, karena di wilayah ini banyak kearifan lokal yang bisa dikupas.
"Pengalaman itu saya dapat setelah kemarin mengikuti pameran di JCC Jakarta. Yang paling laku adalah batik yang memiliki story telling," ujarnya.
Motif batik Banyuwangi saat ini terbilang banyak. Diantaranya Gajah Oling, Kangkung Setingkes, Kopi Pecah, Sekar Jagad dan banyak motif lainnya. Dibalik setiap motif, memiliki cerita filosofis masing-masing.
Deddy juga mengaku tengah mengembangkan beberapa motif baru. Total ada 10 motif yang sudah ia buat. Salah satunya adalah mengembangkan motif Geopark. Motif ini ia buat seiring ditetapkannya Ijen yang dikenal menjadi ikon Banyuwangi dalam Unesco Global Geopark.
"Ada 10 motif dan saat ini kami masih urus legitamasi Hak Kekayaan Intelektualnya (HAKI)," tegasnya.
Â
Advertisement