Liputan6.com, Jakarta - Elektabilitas Anies Baswedan menurun usai memutuskan duet dengan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai bakal cawapres untuk Pilpres 2024.
Berdasarkan hasil survei LSI Denny JA pada September 2023, bakal capres usungan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto masih unggul sementara di angka 39,8 persen, diikuti oleh bakal capres Ganjar Pranowo yang meraih sekitar 37,9 persen. Sementara elektabilitas Anies hanya berkisar di angka 14,5 persen.
Baca Juga
Menurut Denny JA, dukungan kepada Anies masih jauh dibandingkan Ganjar dan Prabowo. Tidak hanya itu, perbandingan dukungan kepada Anies Baswedan di bulan September dan Agustus juga menurun.
Advertisement
"Bulan Agustus, deklarasi (Anies) bersama Muhaimin belumlah dinyatakan. Deklarasi pasangan ini terjadi pada 2 September 2023," jelasnya.
Sebelum Deklarasi Amin, lanjut Denny, dukungan kepada Anies mencapai 19,7 persen. Namun, setelah deklarasi tersebut, dukungannya justru menurun sebanyak 5 persen menjadi 14,5 persen.
Sementara, hasil survei dari Indikator Politik Indonesia menempatkan Anies Baswedan berada di urutan ketiga dalam urusan perolehan elektabilitas di Jawa Timur dengan persentase 14,4 persen, melalui simulasi tiga nama.
Elektabilitas Anies berada di bawah bakal calon presiden Ganjar Pranowo dengan 43,9 persen dan Prabowo Subianto dengan 33,8 persen. Sedangkan sebanyak 8,0 persen menyatakan tidak memilih atau tidak menjawab.
Survei tersebut dilakukan mulai tanggal 14-20 September 2023, dengan melibatkan warga Indonesia di Jawa Timur dan sudah memiliki hak memilih dalam pemilihan umum, dengan usia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 1.810 orang dengan asumsi metode simple random sampling.Â
Ukuran sampel 1.810 responden memiliki toleransi kesalahan margin of error sekitar lebih kurang 2.4 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Faktor Kemarahan SBY
Denny JA menilai penurunan elektabilitas Anies disebabkan oleh dampak dari Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memilih mencabut dukungannya bagi Anies karena memilih Muhaimin sebagai pendampingnya.
Kritik SBY kepada Anies itu beredar cukup masif dan berdampak pada turunnya elektabilitas mantan gubernur DKI Jakarta itu. SBY mempertanyakan jika saat memilih bakal calon pendamping saja Anies tidak amanah, maka bagaimana nanti ketika dia terpilih sebagai pemimpin Indonesia.
"Itu kemarahan yang datang dari hati oleh presiden dua periode, yang pernah menjadi bintang di zamannya, dengan menang pilpres satu putaran saja, dengan dukungan tertinggi dalam sejarah pilpres langsung," jelas Denny.
Advertisement
Berpotensi Jadi Kuda Hitam
Sementara itu, lanjut Denny, elektabilitas bakal capres dapat dilihat dari tiga fondasi. Pertama ialah rekam jejak kinerjanya di masa lalu. Kedua yaitu aneka program utama yang akan diberikan kepada rakyat. Ketiga adalah kepribadian.
"Jika kepribadian yang diserang seperti sekarang ini, Anies dianggap tidak amanah, apalagi yang menyerang adalah tokoh berpengaruh, disiarkan sangat masif pula; maka itu besar efeknya," tambahnya.
Namun demikian, menurut Denny, Anies masih memiliki potensi menjadi kuda hitam untuk menyusul di tikungan terakhir. Hal itu juga terjadi di Pilkada DKI Jakarta 2017 di mana Anies justru menang.
"Ia (Anies) masih berpotensi menjadi kuda hitam juga kali ini, tapi tentu saja medan perangnya lebih sulit. Indonesia, dari Aceh hingga Papua, jauh lebih luas dan lebih kompleks dibandingkan DKI Jakarta. Sekaligus juga ini menjadi peringatan bagi Prabowo dan Ganjar agar mereka tidak membuat blunder. Ini agar posisi mereka tak lagi terkejar," ujar Denny.
Â
Â
Anies Tak Mau Terpaku Survei
Anies Baswedan sendiri tak mau ambil pusing soal perolehan elektabilitas berdasarkan hasil survei yang belum mampu menyaingi Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto di wilayah Jawa Timur.
"Kami yang penting menjangkau, bertemu, silaturahim, dan memberikan penjelasan soal tujuan pada semua masyarakat, karena angka-angka itu bisa gonta-ganti," kata Anies usai menghadiri acara "Sidosermo Bersholawat Dalam Rangka Maulid Akbar Sekaligus Haul Assayyid Sulaiman Mojoagung Jombang" di lingkungan Pondok Sidosermo, Surabaya, Minggu malam 1 Oktober 2023.
Dia juga tak memungkiri acap kali mendapatkan pertanyaan soal perolehan elektabilitas pada tabel survei untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Lebih lanjut, hasil suatu survei merupakan kondisi atau potret angka yang terjadi sebelum berlangsungnya agenda konstelasi politik.
"Sementara pemilu itu potret di tanggal 14 Februari, surveinya boleh naik turun," ucapnya.
Perolehan elektabilitas pada hasil survei Pilpres 2024 juga disebutnya sama ketika dirinya mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.
"Pengalaman kami ketika Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta tidak ada satu survei pun yang pernah menempatkan kami nomor dua, apalagi nomor satu, semuanya menempatkan nomor tiga," ucapnya.
"Apakah benar hasilnya seperti itu? Ternyata tidak," lanjutnya.
Karenanya Anies menyatakan tak mau terpaku pada hasil survei, namun ingin fokus bersama bakal calon wakil presiden Muhaimin Iskandar dan para jajaran partai di Koalisi Perubahan untuk mewadahi aspirasi rakyat, sekaligus menyusun langkah pemenangan di Pilpres 2024.
Â
Advertisement