Liputan6.com, Jakarta - Teknologi mobile mendorong segala perangkat bergantung pada baterai untuk bisa beroperasi. Namun, teknologi baterai yang berkembang tak seiring perkembangan teknologi perangkat sehingga membuat komponen itu menjadi salah satu masalah serius di industri teknologi.
Mobil listrik yang disebut-sebut jadi kendaraan masa depan yang ramah lingkungan sediki banyak terbentur oleh terbatasnya teknologi baterai. Bobot baterai yang mengambil porsi sebesar 35-50% berat kendaraan disebutkan sebagai masalah yang perlu diselesaikan.
Peneliti utama Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof Evy Kartini menyatakan pihaknya telah menguasai teknologi baterai lithium. Pakar baterai itu menjelaskan dengan menggunakan teknik neutron atom ringan maka lithium dan hidrogen dapat diidentifikasi.
"Teknik neutron bisa mengetahui pergerakan lithium. Setelah itu kita bisa memodifikasi," ungkap Evy di Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Banten seperti dikutip dari kantor berita Antara.
Lebih lanjut, Evy mengungkap bahwa BATAN telah berhasil memproduksi baterai dalam skala laboratorium. Sedangkan untuk skala produksi baterai secara massal ditangani oleh lembaga ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI).
Untuk mengembangkan teknologi dan memproduksi baterai dalam negeri, kata Evy, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 100 miliar untuk pengembangan dan produksi baterai yang akan digunakan untuk mobil listrik.
"BATAN mendapatkan dana sebesar Rp20 miliar untuk pembuatan laboratorium dan pengembangan baterai. Sedangkan LIPI mendapat alokasi dana sebesar Rp80 miliar untuk menangani urusan produksi massalnya," jelasnya.
Kepala BATAN, Djarot Wisnubroto, mengatakan baterai menjadi kebutuhan utama di masa depan. Berbagai perangkat gadget dan perangkat mobile lainnya telah dilengkapi baterai sebagai komponen utamanya.
"Baterai digunakan mobil listrik maupun telepon seluler," kata Djarot. Dirinya juga mengungkapkan harapannya agar Indonesia bisa memproduksi baterai berkapasitas besar dalam bentuk kecil secara mandiri.
BATAN mengadakan pekan sains internasional yang terdiri dari tiga kegiatan sekaligus pada 13-17 Oktober yakni konferensi internasional material dan teknologi, riset bersama mengenai baterai, dan "AONSA Scattering Neutron School".
Indonesia Kembangkan Teknologi Baterai Masa Depan
Peneliti utama Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof Evy Kartini menyebutkan pihaknya telah menguasai teknologi baterai lithium.
Diperbarui 17 Okt 2014, 08:22 WIBDiterbitkan 17 Okt 2014, 08:22 WIB
Pencuri kabel biasanya menggunakan uang hasil penjualan tembaga untuk membeli obat-obatan terlarang.... Selengkapnya
Advertisement
Live Streaming
Powered by
Video Pilihan Hari Ini
Produksi Liputan6.com
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Tips dan Trik Menjaga Kesehatan Mental untuk Hidup Sehat dan Bahagia
Niat Sholat Taubat Zina, Tata Cara, Doa, dan Upaya Memaksimalkannya
Melonjak 26%, NICL Cetak Penjualan Rp 1,44 Triliun di 2024
Euforia Jerome Polin Saksikan Timnas Indonesia Menang Lawan Bahrain di GBK, Netizen: Kutukan Hilang
Protes Anti-Hamas Pecah di Gaza, Warga Palestina Minta Perang Dihentikan
Indonesia Bidik 15 Juta Kendaraan Listrik Mengaspal di 2030, Teknologi SPKLU Makin Canggih
Trik Bermain Mobile Legend Agar Hero Kuat, Panduan Lengkap untuk Pemain Pemula dan Lanjutan
Resep Klepon Lezat dan Mudah, Dijamin Lumer di Mulut
Jessica Jane hingga Maudy Ayunda, Intip Tren Prewedding Memukau para Artis-Seleb di Sumba
Pentingnya Atur Barang Bawaan Mudik Agar Mobil Tak Kelebihan Muatan
Kinerja Kuartal Pertama 2025 Bitcoin jadi yang Terburuk Sejak 2020
Lebaran 2025: Muhammadiyah Tetapkan Idul Fitri 31 Maret, Siap Sambut Hari Kemenangan?