PM India Berikan US$ 1,5 Miliar dan Keringanan Pajak bagi Startup

Diungkapkan, startup di India akan mendapatkan pendanaan senilai US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 20,8 triliun dan keringanan pajak.

oleh M Hidayat diperbarui 18 Jan 2016, 09:24 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2016, 09:24 WIB
Ilustrasi Pendanaan (Funding) Startup
Ilustrasi Pendanaan (Funding) Startup via The American Genius

Liputan6.com, Jakarta - Selain Indonesia, negara Asia di mana ekosistem startup tengah berkembang pesat adalah India. Bahkan, saat ini ekosistem startup di sana mendapat dukungan dari perdana menteri Narendra Modi.

Diungkapkan, Modi berusaha untuk menciptakan lapangan kerja di negara berkembang dengan populasi 1,3 miliar orang tersebut. Adapun langkah yang ditempuhnya antara lain berupa pendanaan senilai US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 20,8 triliun. Dana ini digelontorkan bagi bisnis dan ekosistem startup dan akan ditetapkan selama empat tahun.

Selain itu, regulasi bagi para pelaku startup juga akan dimudahkan. Misalnya, startup akan memperoleh keringanan pajak seperti pembebasan pajak penghasilan untuk tiga tahun pertama, aplikasi paten lebih cepat, program penjaminan kredit, dan jalan yang lebih mudah untuk ditempuh seandainya mereka gagal.

Hal tersebut diungkapkan oleh Modi pada konferensi pemerintah bagi pengusaha di New Delhi.

"Pemerintah seharusnya tidak ikut campur dalam startup, tapi pemuda India harus menjadi pencipta pekerjaan, bukan seorang pencari pekerjaan," kata Modi, kepada audiens yang termasuk miliarder pendiri SoftBank Group Corp Masayoshi Son dan CEO Uber Technologies Inc Travis Kalanick.

Negara dengan ekonomi nomor 3 di Asia ini sedang di tengah-tengah 'ledakan' startup yang memikat miliaran dolar. Perlu diketahui, sebagian besar uang tersebut berasal dari investor asing seperti SoftBank. Kurangnya keringanan pajak telah menahan keterlibatan investor lokal.

Aturan rumit
"Sekitar 70-80 persen dari pendanaan berasal dari luar negeri," jelas Harish Visweswara, seorang mitra di konsultan Grant Thornton LLP India. Ia menilai, pemerintah perlu membatasi birokrasi dan menyingkirkan berbagai izin dan lisensi yang diperlukan untuk menjalankan sebuah bisnis yang sederhana.

Sementara itu, Menteri Keuangan India Arun Jaitley, pada konferensi itu mengatakan, "Pemerintah bertujuan mengurangi hambatan dari aturan yang kompleks. Upaya kami selama beberapa tahun terakhir telah membatasi peran negara yang pada dasarnya sebagai fasilitator."

Adapun Son, menuturkan bahwa ia telah mengucurkan pendanaan hampir US$ 2 miliar ke India pada tahun lalu, dan angka tersebut mungkin akan ia tingkatkan ketimbang memangkasnya investasinya jika ia mempertimbangkan kembali rencananya.

Lebih lanjut ia berujar bahwa India sedang ada pada fase permulaan dari "big bang". Sementara itu, beberapa tantangan lain di negara ini ialah koneksi internet yang lambat dan kebutuhan untuk spektrum nirkabel yang lebih dialokasikan untuk operator seluler.

Investasi Son
Di India, SoftBank telah berinvestasi pada penyedia e-Commerce Snapdeal.com, perusahaan ridesharing Ola Taxi, serta situs real estate Housing.com dan aplikasi pemesanan hotel Oyo Rooms.

Bank Dunia menempatkan India di peringkat 130 dari 189 negara dalam hal kemudahan melakukan bisnis. Peringkat ini menunjukkan adanya peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, tapi masih jauh dari tujuan Modi yang berhasrat menjadikan India sebagai salah satu dari 50 negara dunia yang ramah bagi pelaku bisnis.

Adapun kaitan startup dengan hasratnya itu, menurut Modi, sangat penting. "Startups akan memainkan peran besar dalam pertumbuhan India," tandas Modi, yang dikutip dari Bloomberg Business, Senin (18/1/2015).

(Why/Isk)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya