Tiongkok Bangun Fasilitas Konversi Sampah Jadi Energi

Fasilitas konversi sampah menjadi energi ini akan menjadi yang terbesar di dunia.

oleh M Hidayat diperbarui 01 Mar 2016, 08:49 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2016, 08:49 WIB
Fasilitas Konversi Sampah Menjadi Energi di Shenzen, Tiongkok
Fasilitas Konversi Sampah Menjadi Energi di Shenzen, Tiongkok. Kredit: Schmidt Hammer Lassen Architects

Liputan6.com, Jakarta - Kota Shenzhen, Tiongkok, berencana membakar 5.000 ton sampah setiap hari demi mengatasi masalah sampahnya yang serius. Akan tetapi, ini sembarang membakar sampah, melainkan sampah tersebut akan diubah menjadi energi.

Jika proyek ini berhasil dan berjalan, fasilitas konversi sampah menjadi energi ini, menurut informasi yang kami kutip dari Science Alert, Maret, (1/3/2016), akan menjadi yang terbesar di dunia.

Proses yang diharapkan mampu mengubah setidaknya sepertiga dari sampah tersebut menjadi listrik yang dapat digunakan, sebetulnya bukan hal terbaik bagi lingkungan karena proses ini juga menghasilkan karbon dioksida. 

Namun, proses ini setidaknya lebih baik daripada tempat pembuangan sampah dan pembuangan ilegal yang telah dibangun di sana. Bahkan tahun lalu, salah satu di antara tempat pembuangan sampah tersebut menewaskan puluhan orang ketika tiba-tiba runtuh.

Diharapkan akan selesai dan berjalan pada 2020 mendatang, fasilitas ini cenderung berfokus pada penemuan solusi untuk masalah sampah, bukan pada produksi energi sebab energi tersebut hanya sekadar bonus.

Menurut Adele Peters, yang dikutip dari Fast Company, fasilitas berupa insinerator baru ini merupakan salah satu dari tiga ratus fasilitas konversi limbah menjadi energi, yang pemerintah Tiongkok rencanakan bangun selama tiga tahun ke depan.

"Fasilitas konversi sampah menjadi energi bukan solusi energi," ujar Chris Hardie dari Schmidt Hammer Lassen Architects, perusahaan berbasis di Denmark yang memenangkan kompetisi merancang fasilitas tersebut.

Ia juga mengatakan, jumlah gas rumah kaca yang dipancarkan dari tempat pembuangan sampah sekitar dua kali lipat karbon dioksida yang dilepaskan dari proses pembakaran.

"Cara menangani limbah dengan menggunakan proses ini untuk menghasilkan listrik sebagai produk sampingan dari proses tersebut. Kota-kota harus bergerak ke arah daur ulang dan mengurangi limbah mereka, dan tentu saja mengembangkan lebih banyak sumber energi semacamnya," katanya.

Lanjutnya, "ini adalah cara kita mewujudkannya dengan mengusulkan ini menjadi fasilitas konversi limbah menjadi energi yang memiliki komponen terbarukan untuk itu."

(Why/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya