Solusi Kantong Pelindung Rumput Laut Buatan Peneliti Indonesia

Penggunaan kantong rumput laut ini mampu mengatasi kendala yang kerap dialami petani mulai dari pembibitan sampai pembudidayaan

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 28 Agu 2016, 20:05 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2016, 20:05 WIB
Indovasi
Petani yang telah menggunakan kantong rumput laut dalam pembudidayaan (sumber: istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia sebagai negara bahari dikenal memiliki wilayah laut yang cukup besar. Kondisi itu memberikan keuntungan dari sisi laut, salah satunya adalah potensi rumput laut cukup besar.

Potensi rumput laut di Indonesia diperkirakan mencapai 1,8 juta hektare. Salah seorang peneliti di Teknologi Kelautan, Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan Agus Cahyadi menyebutkan dari tujuh spesies rumput di laut dunia, lima di antaranya berada di Indonesia.

Namun, kondisi itu acapkali tak sebanding dengan budidaya rumput laut di Indonesia. Meski kerap kali menjadi pemasok terbesar ke Jepang dan Tiongkok, rumput laut yang diekspor itu masih dalam bahan mentah.

Padahal nilai tambah rumput laut sendiri saat ini sudah cukup banyak, salah satunya adalah dijadikan gelatin untuk pengganti gelatin dari babi sebagai pembungkus kapsul obat.

Kondisi budidaya rumput laut di Indonesia sendiri kerap tak maksimal. Banyak predator yang memangsa rumput laut sehingga produksinya tak bisa mencapai banyak.

Belum lagi konflik yang bisa berakhir dengan perkelahian hingga pembunuhan antar petani rumput laut. Konflik tersebut sering diakibatkan oleh rumput laut yang ditanam petani terkadang bergeser ke wilayah lain karena terhempas dan terseret ombak.
Kantong rumput laut yang sudah mulai diproduksi massal (istimewa)
Rumput laut yang ditanam terbuka di laut juga rawan dicuri karena harga jualnya tinggi. Pemberian nutrisi pun menjadi lebih boros, karena pemberian nutrien sering dilakukan agar tanaman cepat tumbuh.

Untuk itu, persoalan yang kerap dihadapi petani rumput laut itu coba dijawab Agus dengan mengembangkan kantong rumput laut. Kantong itu berfungsi layaknya polybag yang dapat menjadi wadah bibit rumput laut sebelum siap dibudidayakan.

"Petani cukup memasukkan bibit ke kantong rumput laut yang terbuat dari polietilen dengan model seperti jala. Satu kantong bisa memuat 200 gram bibit," ujar Agus seperti dikutip dari buku Sumber Inspirasi Indonesia: 20 Karya Unggulan Teknologi Anak Bangsa yang diterbitkan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Pemanfaatan kantong rumput laut

Hasil pembibitan kemudian diikat dan digantungkan ke tali yang dibentangkan membujur atau model vertikal untuk mulai proses pembudidayaan. Nantinya, kantong-kantong itu ada yang direndam di dasar laut atau dibuat terapung.

Meskipun ada beberapa pilihan, hasil terbaik biasanya didapatkan dari bibit rumput laut yang dibungkus dalam kantong dan direndam di dasar laut. Selama dalam kantong bibit-bibit tersebut tetap diberi nutrien.

Jumlah rumput laut yang bisa dihasilkan dari penggunaan kantung rumput laut (sumber: istimewa)
Bibit-bibit tersebut akan tumbuh selama 45 hari di dalam kantong. Hasil penggunaan kantong ini juga disebut mampu memaksimalkan hasil hingga satu kantong adalah 2,5kg rumput laut.

Penggunaan kantong rumput laut juga disebut bisa memaksimalkan hasil panen para petani. Saat terjadi gelombang laut tinggi, petani dapat langsung tanggap untuk mengevakuasi. Apabila tanaman bergeser, posisinya dipastikan masih ada dalam kantong.

"Kalaupun bergeser akan ketahuan kantong itu punya siapa, karena tiap petani sudah memberi tanda. Artinya bisa meminimalkan pencurian dan hasil panen tak ada yang patah karena dimakan ikan atau predator," ujarnya menambahkan.

Uji pemakaian kantong rumput laut ini sudah dilakukan di Nusa Penida, Bali, Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan, Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara, Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah, dan Wakatobi Sulawesi Tenggara.

Kantong rumput laut ini juga sudah diproduksi massal dengan menggandeng UKM CV Trina Nusa di Bogor. Sementara bahan kantong polietilen diproduksi oleh PT Gani Arta Dwi Tunggal.

Selain kantong bibit rumput laut biasa, Agus juga mengembangkan kantong rumput laut berkarbon. Perbedaannya, sebelum diberi bibit rumput laut, kantong itu diberi karbon yang dibuat dari tempurung kelapa. Kantong ini diperuntukkan bagi wilayah laut yang minim nutrien.

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya