Meski Merugi, Bisnis Software BlackBerry Diprediksi Terus Tumbuh

Meskipun masih belum meraup laba, BlackBerry optimistis bisnis software mereka akan bertumbuh.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 26 Des 2016, 11:30 WIB
Diterbitkan 26 Des 2016, 11:30 WIB
Blackberry Z3 Jakarta Resmi Diluncurkan
Chief Executive BlackBerry, John Chen, memegang smartphone Blackberry Z3 saat acara peluncuran di Jakarta, 13 Mei 2014. (REUTERS/Beawiharta)

Liputan6.com, Jakarta - BlackBerry telah memfokuskan bisnisnya pada layanan dan software meski pertumbuhannya lambat. Perusahaan asal Kanada yang dulunya membesut smartphone yang fenomenal pada 2000an ini telah putar haluan untuk mengembangkan software. Sayangnya, dalam sebuah laporan, laba mereka pada kuartal ketiga 2016 belum memenuhi harapan.

Mengutip informasi ZDNET, Senin (26/12/2016), perusahaan hanya meraup laba $US 301 juta (sekitar Rp 4,06 triliun), sedangkan prediksi laba yang diharapkan BlackBerry adalah US$ 332 juta (Rp 4,48 triliun).

Meski begitu, saham BlackBerry dikabarkan meningkat lebih dari 2 persen dalam perdagangan pre-market. Awal tahun ini, BlackBerry menyebut sedang dalam transisi dari yang mulanya memproduksi handset menjadi perusahaan pembesut software dan layanan yang memiliki spesialisasi di bidang keamanan dan manajemen produk untuk konsumen bidang enterprise.

Walau keuntungan pada kuartal tersebut dianggap kecil, perusahaan masih optimistis mengembangkan layanan dan software yang kini digeluti sebelum jatuh seperti bisnis ponselnya.

Awal tahun ini, penurunan laba dari unit smartphone mencapai 23 persen atau turun sebesar US$ 62 juta (Rp 837,8 miliar) dari US$ 220 juta (Rp 2,97 triliun) pada tahun sebelumnya. Sementara unit software dan layanan enterprise hanya membukukan sebesar US$ 160 juta (Rp 2,16 triliun). CEO BlackBerry John Chen mengatakan, ia tetap optimistis dengan kondisi saat ini.

"Pencapaian kami cukup signifikan pada kuartal ketiga, sehingga kami akan melanjutkan untuk mengubah infrastruktur dan operasional untuk mendukung bisnis software enterprise," kata Chen.

Maka itu, perusahaan berupaya meningkatkan pendapatannya untuk mencapai titik impas atau lebih dari itu.

(Tin/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya