Liputan6.com, Mountain View - Magic Leap mungkin belum begitu menggema di jagat startup. Namun sebagai catatan, startup dengan nilai valuasi US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 60,81 triliun itu telah mendapatkan pendanaan dari beberapa perusahan besar, sebut saja Google, Fidelity, Alibaba hingga Warner Bros.
Lantas, apa tujuan utama Magic Leap di ranah teknologi? Magic Leap sebetulnya punya tujuan utama di pengembangan teknologi Mixed Reality.Â
Selain itu mereka juga berkutat pada bidang pengembangan hologram, laser, dan mesin yang sebenarnya tak dapat dikomersialisasi. Karenanya, perusahaan ini tak pernah merilis produk, termasuk melakukan demo dari teknologi yang diusungnya.
Advertisement
Baca Juga
Sejauh ini, Magic Leap juga tidak menguar detail bagaimana teknologi tersebut nantinya bisa digunakan. Namun baru-baru ini terkuak gambar purwarupa perangkat Mixed Reality yang diklaim buatan Magic Leap.
Gambar purwarupa itu bocor via laman Business Insider dari sumber yang tak disebutkan namanya. Purwarupa ini memiliki bentuk seperti backpack dengan sejumlah panel dan komponen listrik.
Seperti dilansir dari laman Gizmodo, Senin (13/2/2017), Magic Leap belum memberikan konfirmasi apakah purwarupa tersebut benar garapan mereka. Yang pasti, Magic Leap memang sudah dikabarkan menggarap purwarupa perangkat Mixed Reality dengan kode nama "PEQo".
SCOOP!!! This is the FIRST PUBLIC PHOTO of MAGIC LEAP https://t.co/6hPEMe6eCg pic.twitter.com/oWKBJvKmza
— Alternative Dave (@redletterdave) February 11, 2017
Magic Leap akan mengadakan pertemuan eksekutif pada pekan depan untuk membahas perkembangan 'produk' yang mereka garap. Rencananya, produk ini memang ditujukan untuk kebutuhan konsumen.
Apa Itu Mixed Reality?
Mixed Reality bisa dibilang sedikit berbeda dari Virtual Reality atau Augmented Reality yang mulai menjadi tren selama setahun terakhir. Seperti diketahui, Virtual Reality memungkinkan seseorang pergi ke tempat lain dengan menampilkan suasana tempat tersebut melalui headset. Sementara Augmented Reality mampu menampilkan gambar di dunia nyata melalui pemetaan kondisi di sekitarnya.
Namun, Mixed Reality membuat penggunanya melihat sebuah objek animasi yang seolah-olah berada di dunia nyata. Sebagai hasil, teknologi ini memungkinkan objek digital untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan nyata termasuk objek di dalamnya.
Contohnya, ketika pengguna memakai perangkat Mixed Reality, ia tak sekadar dapat melihat objek digital yang ditampilkan di dunia nyata, tetapi, lebih dari itu, objek tersebut dapat berhubungan dengan benda-benda di dunia nyata, semisal kursi atau lampu.
Hal lain yang menjadi keunggulan teknologi ini adalah tidak adanya batasan perangkat yang bisa digunakan. Teknologi ini didesain untuk dapat ditautkan dengan objek yang nyata maupun maya.
Lantas, bagaimana cara Magic Leap memanfaatkan teknologinya? Inti dari teknologi ini adalah penggunaan perangkat head-mounted display oleh pengguna. Namun, pada akhirnya teknologi ini dapat disematkan pada kacamata.
Teknologi ini juga dipastikan tak akan menghalangi pandangan pengguna dari dunia nyata. Perangkat ini akan memproyeksikan gambar langsung ke retina melalui sistem optik yang dibangun dari kaca semitransparan.
Cara itu membuat mata bekerja sama ketika mengamati dunia nyata, dan tak memaksa pengguna menatap layar. Di sisi lain, hardware juga terus melakukan pemindaian ruang, mendengarkan suara-suara, melacak gerakan mata, dan memerhatikan pergerakan tangan.
Namun sampai saat ini belum dapat dipastikan kapan perangkat ini dapat mulai diuji coba publik atau dipasarkan. Hanya, menurut perhitungan setidaknya membutuhkan waktu 18 bulan sebelum akhirnya perangkat ini dapat diproduksi secara massal.
(Jek/Why)
Advertisement