Liputan6.com, Cupertino - Harga menjadi salah satu alasan pengguna Apple enggan berganti ke produk Apple lain yang lebih baru. Ya, produk-produk Apple teranyar biasanya dibanderol dengan harga selangit.
Biasanya, butuh waktu satu hingga dua tahun bagi pengguna untuk bisa meng-upgrade ke perangkat baru karena mereka harus menabung berbulan-bulan. Sayangnya, saat mereka beralih ke perangkat anyar, usia perangkat yang hendak dibeli tak lagi 'baru'.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Horace Dediu, analis dari lembaga Asymco belum lama ini mengungkap risetnya soal rentang usia produk Apple.
Menurut laporan yang dimuat di laman Ubergizmo, Jumat (2/3/2018), Dediu menyampaikan rentang usia produk Apple hanya bisa mencapai empat tahun. Lebih dari itu, ia menyarankan pengguna untuk segera mengganti perangkatnya.
Dediu sendiri mengkalkulasikan analisisnya berdasarkan total penjualan produk Apple setiap kuartal. Dengan mengetahui jumlah perangkat yang terjual, ia bisa memastikan usia perangkat lama yang dimilik oleh pengguna.Â
Analisis yang dilakukan Dediu memang sepenuhnya belum terbukti valid. Berdasarkan pengalaman Tekno Liputan6.com, beberapa rekan kami yang menggunakan perangkat Apple--seperti iPhone dan Mac--selama lebih dari empat tahun, tidak memiliki kendala yang berarti.
Meski demikian, kinerja perangkat mereka memang mengalami penurunan akibat pembaruan sistem operasi, walau bukan menjadi gangguan utama.
Apple Dominasi Keuntungan Industri Smartphone
Penjualan produk Apple sendiri yang paling banyak berasal dari iPhone. Perusahaan riset Counterpoint merilis data tentang keuntungan yang dihasilkan industri handset mobile sepanjang kuartal III (Q3) 2017. Hasilnya, Apple mendominasi hampir 60 persen keuntungan, jauh lebih tinggi dibandingkan para kompetitornya.
Dilansir Softpedia, Rabu (3/1/2017), Apple menguasai 59,8 persen keuntungan di bisnis handset global pada Q3 2017, tapi jumlahnya turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada Q3 2016, Apple menguasai keuntungan sebanyak 85,9 persen.
Posisi kedua ditempati oleh Samsung sebanyak 25,9 persen. Kemudian posisi lima besar lain dikuasai oleh vendor asal Tiongkok, yaitu Huawei 4,9 persen, Oppo 4 persen dan Vivo 3,1 persen. Menurut Counterpoint, para manufaktur Tiongkok mengalami pertumbuhan yang cepat.
"Pertumbuhan merek-merek Tiongkok bisa dikatakan berkat berbagai usaha keras dalam merampingkan rantai suplai dengan meningkatkan gabungan smartphone kelas menangah dan atas di dalam portofolio mereka," kata Counterpoint Associate Director, Tarun Pathak.
Pathak menjelaskan para pemain Tiongkok punya strategi khusus untuk memaksimalkan keuntungan mereka, terutama di segmen premium.
"Bahkan di dalam segmen premium, pemain-pemain seperti Huawei memposisikan model flagship mereka di bawah penawaran premium dari Apple dan Samsung. Strategi ini didesain untuk menembus pasar premium, sekaligus memaksimalkan pendapatan dan keuntungan," jelasnya.
Advertisement
Keuntungan per Unit Smartphone
Dominasi Apple masih berlanjut dalam hal keuntungan yang didapat dari penjualan per unit produknya. Apple mendapatkan keuntungan lebih dari US$ 150 per iPhone yang dijual. Keuntungan ini kemungkinan akan terus meningkat berkat penjualan seri iPhone X sepanjang musim liburan akhir tahun.
"Pemeriksaan saluran di seluruh pasar utama Apple memperlihatkan permintaan untuk iPhone X versi 256GB lebih tinggi, dan hal ini akan membuat keuntungan Apple semakin tinggi," tutur Research Director Counterpoint , Neil Shah. iPhone X merupakan iPhone paling mahal yang dijual Apple dengan harga mulai dari US$ 999.
Riset Counterpoint mencatat keuntungan per unit iPhone hampir lima kali lebih tinggi dibandingkan Samsung. Keuntungan Samsung per unit adalah US$ 31. Para vendor Tiongkok yaitu Huawei mendapatkan keuntungan per unit US$ 51, Oppo US$ 14, Vivo US$ 13 dan Xiaomi US$ 2.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: