Liputan6.com, Menlo Park - Setelah menghilang dalam beberapa hari akibat skandal kebocoran puluhan juta data pengguna Facebook, akhirnya sang CEO Mark Zuckerberg angkat suara lewat pernyataan resmi di Facebook dan wawancara di berbagai media.
Kali ini, pendiri Facebook itu tidak hanya meminta maaf, tetapi juga mengaku siap bila dipanggil oleh Kongres (Majelis Permusyawarahan Rakyat di Amerika Serikat) bila memang diperlukan untuk memberi keterangan.
Advertisement
Baca Juga
"Saya terbuka pada hal itu," ucap Zuckerberg seperti yang dilansir oleh Recode, Kamis (22/3/2018).
"Kami sebetulnya cukup sering melakukannya. Ada banyak topik berbeda yang Kongres butuh dan ingin ketahui," tambahnya. Ia juga memastikan pihak Kongres mendapatkan akses informasi yang mereka perlukan.
Zuckerberg turut meminta maaf bila mengecewakan para pengguna Facebook setelah Cambridge Analytica menyalahgunakan 50 juta data yang mereka ambil dari pengguna.
"Kami membuat masyarakat kecewa, dan aku merasa sangat menyesal, dan aku minta maaf tentang hal itu," ucapnya.
Untuk masalah ini, Zuckerberg menyebutnya sebagai "pelanggaran kepercayaan" ketimbang pencurian data.
Cambridge Analytica memang tidak "menerobos" sistem atau kata sandi, melainkan memancing pengguna untuk mengambil kuis buatan mereka dengan cara login memakai akun Facebook.
Melalui cara itu, data-data milik 50 juta pengguna Facebook dapat diintip dan disimpan untuk kepentingan mereka.
Â
Pembuat Kuis Angkat Bicara
Kuis-kuis yang dipakai Cambridge Analytica untuk mengintip data pengguna Facebook dikendalikan oleh seorang akademisi bernama Aleksandr Kogan.
Kogan adalah akademisi dan dosen di Fakultas Psikologi Universitas Cambridge.
Dengan menggunakan sebuah aplikasi yang menyajikan kuis, Kogan dituduh memanen data 50 juta pengguna Facebook yang diduga dipakai Cambridge Analytica untuk kepentingan politik.
Menghadapi tuduhan tersebut, Kogan menjelaskan bahwa dirinya hanya diajak oleh Christopher Wylie, mantan staf Cambridge Analytica yang membocorkan skandal ini.
"Mereka awalnya mengajakku untuk melakukan kerja konsultasi," ucapnya kepada Anderson Cooper, seperti yang dilansir dari CNN, "Saya seorang akademisi, saya tidak tahu apa-apa tentang mendirikan perusahaan," ujar Kogan.
Ia pun menambahkan bahwa Wylie telah memberikannya kepastian bahwa hal yang mereka kerjakan itu sah. Lucunya, malah Wylie sendiri yang membocorkan kasus ini ke media massa.
Kogan pun menganggap dirinya justru dijadikan kambing hitam oleh Cambridge Analytica dan Facebook, pria ini juga siap untuk dipanggil Kongres untuk bersaksi bila dibutuhkan.
Â
Advertisement
Saham Facebook Merosot
Akibat kontroversi ini, saham perusahaan yang didirikan oleh Mark Zuckerberg ini jatuh tujuh persen atau senilai USD 37 miliar setara dengan Rp 509 triliun. Ini merupakan kejatuhan terbesar Facebook selama empat tahun terakhir.
Meski begitu, hal ini tampaknya tidak berpengaruh pada kondisi Facebook secara keseluruhan, karena perusahaan itu masih menjadi perusahaan paling bernilai di Amerika.
Dilansir dari CNNMoney, penurunan tajam nilai saham itu dipicu dari berita yang beredar bahwa data privasi pengguna Facebook dimanfaatkan oleh firma analitik Cambridge Analytica.
Hal itu menjadi kontroversi karena firma itu dikabarkan memiliki koneksi dengan kampanye-kampanye politik, salah satunya kampanye Donald Trump.
Nilai saham yang anjlok ini pun turut berimbas pada jumlah kekayaan Mark Zuckerberg. Salah satu taipan teknologi terkaya ini harus rela posisinya tergelincir dari daftar orang terkaya dunia. Menurut Forbes Real-time Billionaire Tracker, Zuckerberg harus rela turun satu peringkat ke posisi 6.
Adanya kontroversi ini juga membuat banyak analis menilai bahwa Facebook perlu menerbitkan aturan baru terkait data pengguna. Karena jika dibiarkan, beberapa pengguna telah memutuskan untuk tidak menggunakan Facebook lagi.Â
(Tom/Jek)
Saksiksan Video Pilihan Berikut Ini: