Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kota di Siberia bernama Ulan-Ude menguji drone mereka untuk kepentingan pengiriman barang (mail drone).
Dilansir Reuters, Jumat (6/4/2018), drone buatan Rusia itu sedang melakukan uji coba untuk pertama kalinya dengan tujuan menuju desa tetangga.
Baca Juga
Drone tersebut dibuat oleh perusahaan bernama Rudron/Expeditor yang juga berperan sebagai penyelenggara pengujian ini.
Advertisement
Berikut videonya:
В Улан-Удэ должны были запустить первый в России почтовый беспилотник. Но что-то пошло не так...В прикрепе видео, но подробные детали тут: https://t.co/R2j4cBhnoZ pic.twitter.com/owOUN0I0X4
— Ариг Ус (@arigus) April 2, 2018
Pada video tersebut terlihat drone awalnya berhasil meluncur tinggi ke langit, tapi kemudian kehilangan kendali saat sedang menukik dan menabrak tembok batu bata.
Tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut, hanya saja drone seharga US$ 20 ribu (Rp 275 juta) itu hancur lebur.
Rencana menggunakan drone untuk pengiriman barang adalah bagian dari layanan pos Rusia yang diumumkan pada 2016.
Pihak penyelanggara sendiri tidak gentar dan mengaku akan terus berusaha.
"Kami tidak akan berhenti karena ini, kami akan terus berusaha," ucap seorang pejabat pemerintah yang hadir dalam acara itu.
"Mereka yang tidak mengambil risiko tidak akan mendapatkan hasil," sambungnya.
Di Hongkong, Drone Dipakai untuk Menyelundupkan iPhone
Bila di Rusia drone dipakai untuk kepentingan publik, lain halnya di Hong Kong.
Mengutip laman Reuters, 26 tersangka tertangkap menghubungkan kabel di antara dua drone yang dapat terbang setinggi 200 meter. Lewat kabel tersebut, mereka menaruh iPhone di sebuah tas dan mengirimkannya ke tujuan.
Geng yang terdiri 26 orang diringkus pihak berwajib Hong Kong dan Shenzen karena tertangkap menyelundupkan iPhone di dua lokasi tersebut.
"Ini adalah kasus pertama yang ditemukan di Tiongkok saat drone dipakai dalam kejahatan penyelundupan lintas-batas," ucap pegawai pajak Shenzhen.
Diketahui, para penyelundup sering beroperasi selepas tengah malam. Mereka hanya butuh hitungan detik untuk "menyeberangkan" sekitar 10 iPhone dalam sebuah tas.
Hanya dalam waktu semalam, geng penyelundup tersebut dapat mengirim 15.000 perangkat iPhone dari Hong Kong ke Shenzen.
Bila diuangkan, dengan bermodal dua drone dan kabel saja, geng itu ditaksir menyelundupkan iPhone senilai 500 juta yuan (sekitar Rp 1 triliun) lewat aksi penyelundupan mereka.
Lokasi Kota Shenzhen memang berbatasan dengan Hong Kong. Kota tersebut adalah penghubung antara daratan Tiongkok dan Hong Kong.
Advertisement
Bisa Dipakai untuk Menyelamatkan Orang
Sementara itu, di Australia justru drone digunakan untuk menyelamatkan nyawa manusia.
Drone tersebut memang digunakan dalam program lifeguard oleh pemerintah New South Wales, Australia.
Kemudian, baru-baru ini sebuah panggilan datang dan meminta bantuan tim lifeguard untuk menyelamatkan dua orang korban yang terbawa ombak di laut.
Supervisor tim lifeguard Jai Sheridan kemudian menerbangkan drone The Little Ripper yang akhirnya menemukan lokasi kedua korban dalam waktu beberapa menit.
"Drone tersebut membuktikan dirinya hari ini. Ini adalah peralatan penyelamatan yang sangat efisien," kata Sheridan sebagaimana dikutip dari NSW.
Sheridan mengatakan, ia berhasil menerbangkan drone dan menemukan lokasi kedua korban.
"Saya juga berhasil menjatuhkan pelampung penyelamat hanya dalam waktu satu atau dua menit. Sementara biasanya, tim penyelamat butuh waktu beberapa menit lebih lama untuk menjangkau korban," katanya.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Westpack Little Ripper Eddie Bennet mengatakan, teknik penyelamatan dengan drone memperlihatkan bagaimana teknologi bisa membuat upaya penyelamatan kondisi darurat lebih cepat.
(Tom/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: