Rusia dan Indonesia Kebut Perjanjian Perdagangan Bebas

Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia, Alexey Gruzdev, menyampaikan komitmen kuat Rusia dalam memperkuat hubungan perdagangan bilateral dengan Indonesia.

oleh Tim Bisnis Diperbarui 14 Apr 2025, 17:15 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2025, 17:15 WIB
Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Federasi Rusia Alexey Gruzdev dalam acara "Indonesia-Rusia Business Forum" 2025 yang diselenggarakan di Jakarta, Senin (14/4/2025).
Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Federasi Rusia Alexey Gruzdev dalam acara "Indonesia-Rusia Business Forum" 2025 yang diselenggarakan di Jakarta, Senin (14/4/2025).... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Rusia berkomitmen memperkuat hubungan perdagangan bilateral dengan Indonesia, terutama melalui skema Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement/FTA) yang saat ini sedang dalam tahap negosiasi. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia, Alexey Gruzdev.

“Kami sangat ambisius terhadap Free Trade Agreement ini, jadi kami cenderung sefleksibel mungkin di kedua belah pihak. Yang kami butuhkan adalah menghilangkan sebagian besar hambatan, dan itu adalah target kami,” ujar Gruzdev, Senin (14/4/2025).

Ia melanjutkan, saat ini negosiasi masih berlangsung, oleh sebab itu Gruzdev belum bisa merincikan detail kesepakatan tersebut. "Namun karena ini masih dalam tahap negosiasi, saya tidak bisa memberikan informasi lebih lanjut," tambahnya.

Di sisi lain, mengenai tarif timbal balik yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS), Gruzdev menyebut isu tersebut sebaiknya ditangani secara terpisah dan tidak mengganggu jalur perdagangan bilateral antara Rusia dan Indonesia.

Dia menekankan keberadaan FTA akan menjamin stabilitas hubungan dagang kedua negara, bahkan di tengah dinamika global.

“Itu adalah sesuatu yang seharusnya ditangani secara terpisah. Namun, maksud saya, FTA akan menjamin perdagangan bilateral tetap aman meskipun ada tarif timbal balik. Kami akan memastikan bahwa setidaknya perdagangan bilateral kami memiliki jalur tersendiri. Tapi itu tidak berarti jika negara lain mencoba memberikan tekanan pada negara lain, kami akan menyalurkan barang-barang tersebut ke negara ketiga,” jelasnya.

 

Tidak Bergantung Pihak ketiga

Saat ditanya apakah Rusia memandang situasi ini sebagai peluang untuk mempererat hubungan dengan Indonesia, Gruzdev menegaskan bahwa Rusia tidak bergantung pada pihak ketiga untuk memperkuat kerja sama bilateral.

“Kami tidak membutuhkan dukungan dari pihak luar untuk meningkatkan perdagangan bilateral kami. Saya percaya, sangat percaya bahwa perdagangan kita harus didasarkan pada saling menghormati dan saling percaya,” ucapnya dengan yakin.

Gruzdev juga menekankan Rusia datang ke Indonesia bukan sekadar untuk menjual produk, tetapi untuk memahami apa yang dibutuhkan oleh Indonesia.

“Dan tentu saja, kami hanya akan melakukan apa yang diharapkan oleh mitra kami. Itulah sebabnya kami di sini bukan untuk mencoba menjual apa yang kami ingin jual. Kami di sini untuk memahami apa yang diharapkan oleh Indonesia, apa yang bisa mendukung kebijakan nasional Anda, prioritas nasional Anda, dan kemajuan nasional Anda,” paparnya.

 

Nuklir dan Pertanian

Sebagai contoh, dia menyebut sektor tenaga nuklir dan pertanian sebagai dua area prioritas yang telah dikenali oleh pihak Rusia.

“Saya menyebutkan tenaga nuklir, kami menyadari bahwa itu adalah salah satu prioritas. Sektor pertanian juga merupakan salah satu prioritas, dan masih banyak lagi,” tambahnya.

Lebih lanjut, Gruzdev menegaskan pihaknya tidak berusaha mengikuti kepentingan mitra lain demi keuntungan semata. Namun jika Indonesia siap, Rusia pun siap untuk memperluas ekspor dan kerja sama lebih lanjut.

“Jadi kami tidak mengikuti mitra lain hanya untuk mengambil keuntungan. Jika Anda siap, kami siap untuk menjual lebih banyak," tutupnya.

Reporter: Ayu

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya