Liputan6.com, Jakarta - Inovasi-inovasi teknologi yang dilakukan mahasiswa Indonesia terus berkembang. Terbaru, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menciptakan mesin produksi air bersih bernama Magic Water Harvester.
Baca Juga
Advertisement
“Magic Water Harvester ini dikembangkan untuk menjadi alternatif solusi dalam mengatasi persoalan kelangkaan air di beberapa daerah Indonesia,” kata salah satu pengembang, Amalia Adinugraha Arisakti, sebagaimana dikutip dari laman resmi UGM, Senin (9/7/2018).
Amalia dan rekan sejurusannya di Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknik Pertanian (FTP), Arjuna Maulana Rifqi dan Dimas Sandy D R, menciptakan alat ini karena potensi air bersih dari udara.
Dalam iklim tropis, kelembaban udara rata-rata mencapai 80 persen.
“Hal ini menunjukkan bahwa udara di Indonesia mempunyai kandungan air dalam udara yang banyak,” kata Amalia.
Kebutuhan Air Bersih Kian Meningkat
Dalam sehari, kebutuhan akan air bersih semakin meningkat. Saat ini, rata-rata penggunaan air masyarakat berjumlah 169,11 hingga 247,36 liter per orang per hari.
Diprediksikan, pada 2025 mendatang Indonesia akan mengalami kelangkaan air bersih akibat ketersediaan air tanah yang tak sebanding dengan penggunaan manusia.
“Dengan mesin ini, diharapkan bisa sebagai solusi mendapatkan air bersih,” ucap dia.
Mesin tersebut dapat menghasilkan air yang berasal dari udara bebas, bukan air tanah. Dibuat dengan empat komponen utama, yaitu peltier, heat sink, fan, dan power supply.
Alat ini bekerja menggunakan prinsip titik embun. Untuk mengubah udara menjadi air dilakukan dengan mengkontakkan udara lingkungan dengan plat (heat sink) bersuhu di bawah titik embunnya.
Dengan begitu, akan terjadi pengembunan dan embun-embun yang ada menggumpal menjadi tetes-tetesan air.
Advertisement
Sudah Diuji
“Alat sudah kami ujikan di Laboratorium FTP dan bisa menghasilkan sebesar 70 mililiter air bersih,” ujar dia.
Kesulitan yang dihadapi Amalia saat ini yaitu alat ini belum dapat menghasilkan air dalam jumlah besar. Kondisi ini disebabkan karena alat yang mereka kembangkan masih berupa prototipe.
Reporter: Maulana Kautsar
Sumber: Dream.co.id
(Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: