Liputan6.com, Antartika: Sebuah studi membongkar rahasia untuk pertama kalinya alasan paus pembunuh harus berenang sejauh 10.000 kilometer dari Samudera Antartika Selatan ke daerah laut tropis. Mereka melakukan migrasi bukan untuk mencari mangsa atau melahirkan.
Peneliti berspekulasi, predator yang menakutkan di puncak rantai makanan laut melintas dengan kecepatan tinggi, melambat saat mereka mencapai tempat yang lebih hangat, untuk terkelupas. Dengan kata lain, mereka didorong keinginan atau kebutuhan untuk membuat kulit mereka semua mengkilap dan baru, Senin (31/10).
Untuk mengetahuinya lebih dalam, ilmuwan John Durban dan Robert Pitman dari Dewan Nasional Perikanan Amerika Serikat dilengkapi dengan selusin ikan paus pembunuh tipe B di lepas pantai Barat Semenanjung Antartika dengan pemancar satelit. Mereka mengklasifikasikan mamalia ini menjadi "tipe A" , "B" dan "C".
Pada 2009, mereka memberikan chip yang dipasang dengan busur tembakan dari jarak lima sampai 15 meter (15 sampai 50 kaki).
Untuk paus yang diberi "tipe B" diketahui bahwa mereka lebih memilih untuk hidup di daerah Antartika yang penuh dengan bongkahan es dan mengomsumsi anjing laut dan pinguin. Sedangkan "tipe A" lebih memilih untuk hidup di laut lepas dan memakan paus minke, lalu 'tipe C" yang banyak ditemukan di Antartika timur dan memilih ikan kecil sebagai makanan pilihannya.
"Para paus yang sudah ditandai dengan chip menunjukkan kalau mereka bergerak dengan kecepatan lambat ke laut yang bertemperatur hangat," kata kedua ilmuwan tersebut.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal Biology Letters memberikan bukti secara langsung dari migrasi jarak jauh oleh paus pembunuh. Tapi alasan mengapa mereka melakukannya masih misteri.
Mereka mempunyai waktu keberangkatan yang berbeda-beda, tetapi rata-rata dilakukan pada awal bulan Februari hingga akhir bulan April.
Durban dan Pitman menduga bahwa paus pembunuh pindah ke perairan lebih hangat dalam rangka untuk membersihkan lapisan dan kerak di kulit dari ganggang bersel tunggal yang disebut diatom tanpa mati kedinginan.
"Hipotesa kami ialah migrasi ini distimulasi karena perbedaan temperatur," kata peneliti. (AFP/MEL)
Peneliti berspekulasi, predator yang menakutkan di puncak rantai makanan laut melintas dengan kecepatan tinggi, melambat saat mereka mencapai tempat yang lebih hangat, untuk terkelupas. Dengan kata lain, mereka didorong keinginan atau kebutuhan untuk membuat kulit mereka semua mengkilap dan baru, Senin (31/10).
Untuk mengetahuinya lebih dalam, ilmuwan John Durban dan Robert Pitman dari Dewan Nasional Perikanan Amerika Serikat dilengkapi dengan selusin ikan paus pembunuh tipe B di lepas pantai Barat Semenanjung Antartika dengan pemancar satelit. Mereka mengklasifikasikan mamalia ini menjadi "tipe A" , "B" dan "C".
Pada 2009, mereka memberikan chip yang dipasang dengan busur tembakan dari jarak lima sampai 15 meter (15 sampai 50 kaki).
Untuk paus yang diberi "tipe B" diketahui bahwa mereka lebih memilih untuk hidup di daerah Antartika yang penuh dengan bongkahan es dan mengomsumsi anjing laut dan pinguin. Sedangkan "tipe A" lebih memilih untuk hidup di laut lepas dan memakan paus minke, lalu 'tipe C" yang banyak ditemukan di Antartika timur dan memilih ikan kecil sebagai makanan pilihannya.
"Para paus yang sudah ditandai dengan chip menunjukkan kalau mereka bergerak dengan kecepatan lambat ke laut yang bertemperatur hangat," kata kedua ilmuwan tersebut.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal Biology Letters memberikan bukti secara langsung dari migrasi jarak jauh oleh paus pembunuh. Tapi alasan mengapa mereka melakukannya masih misteri.
Mereka mempunyai waktu keberangkatan yang berbeda-beda, tetapi rata-rata dilakukan pada awal bulan Februari hingga akhir bulan April.
Durban dan Pitman menduga bahwa paus pembunuh pindah ke perairan lebih hangat dalam rangka untuk membersihkan lapisan dan kerak di kulit dari ganggang bersel tunggal yang disebut diatom tanpa mati kedinginan.
"Hipotesa kami ialah migrasi ini distimulasi karena perbedaan temperatur," kata peneliti. (AFP/MEL)