Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Chinese Academy of Sciences menghadirkan teknologi kulit buatan untuk mendeteksi objek secara sensitif.
Dilansir Geek pada Selasa (25/9/2018), kulit elektronik ini memiliki kemampuan untuk bisa mendeteksi objek seperti udara, tetesan air, bahkan semut yang berjalan di atasnya.
Kulit ini juga telah melalui serangkaian tes laboratorium di beberapa negara, salah satunya Universitas Colorado Boulder di Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Baca Juga
“Kami telah meraih pencapaian menakjubkan dengan menciptakan kulit buatan berbekal teknologi sistem prostetik,” tutur peneliti.
Lebih lanjut dijelaskan, kulit elektronik tersebut terbuat dari komponen magnet dan sensor yang dibalut dengan material membran polimer.
Berkat teknologi itu, sensor bisa merasakan tekanan bahkan dalam skala paling kecil, sehingga memberikan stimulus respons yang sangat cepat.
“Sensor yang akan diuji tidak hanya membuktikan tingkat sensitivitas rangsangan kulit, tetapi juga menunjukan kalau sensor ini bisa menjadi transduksi frekuensi digital,” lanjutnya.
Kabarnya, kulit elektronik ini akan dipamerkan pada 2019. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk dapat didaur ulang kembali dan menyembuhkan diri.
E-skin, Kulit Buatan Berlayar OLED yang Bisa Ukur Detak Jantung
Kulit buatan seperti di atas ternyata bukan menjadi yang pertama untuk dikembangkan. Sebelumnya, kulit elektronik juga telah dikembangkan oleh Profesor Takao Someya dan Tomoyoki, sepasang peneliti dari University of Tokyo.
Mengutip informasi dari laman Business Insider, Senin (18/4/2016), keduanya mengembangkan selaput tipis dan fleksibel dengan ketebalan kurang dari 2 mikrometer. Selaput yang dibuat dari bahan seperti plastik tersebut berfungsi sebagai kulit elektronik (e-skin).
E-skin tersebut akan dilekatkan pada sekujur kulit pengguna untuk dapat mengetahui dan menampilkan informasi dari kondisi pengguna.
Beberapa informasi yang dapat ditampilkan dan diukur adalah detak jantung dan tingkat kandungan oksigen dalam darah.
Untuk menampilkan semua informasi tersebut, e-skin menggunakan teknologi layar OLED. Oleh sebab itu, semua angka maupun tulisan dapat ditampilkan dengan warna berbeda.
Advertisement
Alasan Mengembangkan e-Skin
Salah satu alasan dikembangkannya e-skin adalah ukuran smartphone yang tergolong besar. Hal itu jelas cukup menyulitkan atau merepotkan seseorang untuk mengetahui informasi dari tubuhnya sendiri.
"Bagaimana jika kita memiliki layar yang dapat mengetahui kondisi tubuh kita, termasuk menunjukkan emosi, tingkat stres, maupun kegelisahan," ujar Someya dalam penelitiannya.
Namun, teknologi ini masih butuh pengembangan dan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, dapat dipastikan teknologi ini belum dapat diproduksi dan digunakan secara massal dalam waktu dekat.
Selain itu, para peneliti juga masih memiliki kendala yang belum terjawab dari pengembangan dan penelitian e-skin tersebut. Salah satunya adalah mengenai selaput yang akan dilekatkan pada kulit manusia sudah aman, nyaman, atau pun dipastikan dapat bertahan lama.
Pun demikian, konsep pengembangan teknologi e-skin ini tak dipungkiri merupakan hal baru dan inovatif. Tak hanya itu, lewat konsep ini diharapkan juga dapat mendorong penelitian serupa dilakukan di masa depan.
(Vivi Hartini/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: