Merger dengan Hortonworks, Cloudera Hadirkan Cloud Data Enterprise Pertamanya

Nantinya, baik Cloudera dan Hortonworks akan menjadi penyedia platform data generasi berikutnya dengan cakupan multi-cloud, on-premise, dan Edge.

oleh Jeko I. R. diperbarui 15 Nov 2018, 17:30 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2018, 17:30 WIB
Cloudera
Ki-ka: Country Manager Cloudera Indonesia Fanly Tanto, CEO Cloudera Tom Reilly, Executive Vice President at PT Bank Rakyat Indonesia Kaspar Situmorang. Liputan6.com/Jeko I.R.

Liputan6.com, Jakarta - Cloudera baru saja mengumumkan telah melakukan aksi korporasi—merger—dengan perusahaan Hortonworks.

Secara perjanjian definitif, kedua pihak akan bergabung dalam merger setara dengan semua saham.

Aksi korporasi ini juga telah disepakati oleh dewan direksi dari masing-masing perusahaan. Nantinya, baik Cloudera dan Hortonworks akan menjadi penyedia platform data generasi berikutnya dengan cakupan multi-cloud, on-premise, dan Edge. 

Dengan demikian, kombinasi tersebut menetapkan standar industri untuk mengelola data cloud hybrid, yang dapat mempercepat adopsi pelanggan, pengembangan komunitas, dan keterlibatan mitra. 

“Bidang usaha kedua perusahaan saling melengkapi dan strategis. Dengan menyatukan investasi Hortonworks dalam pengelolaan data end-to-end dan investasi Cloudera dalam penyimpanan data dan pembelajaran mesin, kami akan menghadirkan cloud data enterprise mulai dari Edge ke AI (Artificial Intelligence) pertama di industri,” kata CEO Cloudera, Tom Reilly, di Jakarta, Kamis (15/11/2018).

“Visi ini akan memungkinkan perusahaan untuk memajukan komitmen bersama terhadap kesuksesn pelanggan dalam mencapai transformasi digital,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, CEO Hortonworks Rob Bearden, mengakui merger ini bisa memberikan nilai bagi pemegang saham dari masing-masing pihak.

“Bersama-sama, kami berada di posisi yang tepat untuk terus tumbuh dan bersaing di pasar streaming serta IoT (Internet of Things), pengelolaan data, penyimpanan data, machine learning dan AI, serta cloud hybrid,” ucapnya.

Pemegang Saham

Cloudera
Cloudera Perkenalkan BASE (The Study International)

Menurut ketentuan dari perjanjian transaksi, pemegang saham Cloudera akan memiliki sekitar 60 persen dari ekuitas perusahaan gabungan dan pemegang saham Hortonworks akan memiliki sekitar 40 persen. 

Nanti, pemegang saham Hortonworks akan menerima 1.305 lembar saham Cloudera untuk setiap saham Hortonworks yang mereka miliki, ini didasarkan pada rasio pertukaran rata-rata 10 hari dari harga kedua perusahaan hingga 1 Oktober 2018. 

Kedua perusahaan juga memiliki kombinasi nilai ekuitas fully-diluted sebanyak US$ 5,2 miliar berdasarkan harga penutpan pada 2 Oktober 2018.

Bantu BRI Cegah Fraud

Cloudera
CEO Cloudera Tom Reilly. Liputan6.com/Jeko I.R.

Pada kesempatan yang sama, Cloudera juga mengumumkan kolaborasinya dengan salah satu bank terbesar di Indonesia, Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Dalam hal ini, BRI memanfaatkan sejumlah implementasi solusi dari Cloudera untuk membentuk ‘benteng’ menghadapi serangan siber seperti fraud.

“Untuk menghadapi fraud, kami lakukan upaya risk prevention dengan mempercayakan hal ini ke Cloudera. Seperti diketahui, BRI itu adalah bank terbesar di Indonesia, kami punya lebih dari 24.000 ATM yang tersebar di seluruh penjuru. Tentu risiko ancaman tidaklah mudah ditangani,” sebut Kaspar Situmorang, Executive VP BRI.

Kaspar mengakui, salah satu implementasi solusi yang dilakukan BRI bersama dengan Cloudera adalah Fraud Detection System, yang memanfaatkan basis big data. 

“Kita memang punya banyak e-channel, tetapi monitoring-nya harus diakui sangat susah. Apalagi ancaman fraud berupa ATM skimming, makanya fokus kita untuk mencegah hal itu terjadi bersama Cloudera,” tambahnya.

BRI telah menerapkan Cloudera Enterprise untuk memanfaatkan kekuatan data mereka sehingga dapat menyajikan layanan yang lebih baik bagi para konsumennya dan mengakselerasi inklusi keuangan di Indonesia.

Dengan memperkuat platform big data perusahaan melalui solusi Cloudera, lembaga keuangan itu telah memperluas basis pelanggannya dan meningkatkan kemampuan pendeteksian penipuan melalui teknologi pembelajaran mesin.

Didirikan pada tahun 1895, BRI memiliki spesialisasi dalam pinjaman keuangan mikro dan melayani sekitar 30 juta klien ritel melalui lebih dari 4.000 cabang, unit, dan pos pelayanan pedesaan di seluruh Indonesia.

Guna semakin menumbuhkan bisnisnya, BRI perlu memanfaatkan nilai yang seutuhnya dari data pelanggan, tidak hanya untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada, tetapi juga untuk mendapatkan pelanggan baru.

Dengan begitu besarnya data pelanggan yang dikumpulkan selama bertahun-tahun, BRI memulai misi untuk mendigitalisasi kegiatan operasionalnya dengan menerapkan sebuah platform pengelolaan data modern yang skalabel, aman, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dengan mengganti sistem lama mereka dan beralih ke Cloudera Enterprise, BRI mampu menganalisis data historis yang terkumpul selama lima tahun dan menggunakan informasi yang dihasilkan untuk meningkatkan sistem penilaian kredit mereka. Informasi yang dihasilkan juga menyingkapkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perilaku pelanggan.

Berbekal pengetahuan tersebut, BRI kini dapat mendorong penjualan yang lebih besar melalui layanan cross-selling dan upselling yang paling relevan bagi setiap pelanggan yang ada.

Komitmen BRI juga selalu sejalan dengan Visi Go Digital 2020 yang dicanangkan pemerintah Indonesia dan berfokus pada percepatan tingkat inklusi keuangan di Indonesia.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya