Liputan6.com, Las Vegas - Menerapkan teknologi komputasi awan (cloud) di perusahan tradisional, dinilai membutuhkan waktu dan dilakukan secara bertahap.
Hal itu agar teknologi komputasi awan dapat diterima perusahaan terutama perusahaan tradisional.
Head of Emerging Technologies APAC AWS, Olivier Klein, menyampaikan hal itu dalam wawancara dengan media, di Las Vegas, Amerika Serikat (AS), Kamis (29/11/2018) waktu setempat.
Advertisement
Baca Juga
"Kadang butuh waktu agar (perusahaan, red.) dapat pindah ke komputasi awan. Ini butuh tahapan. Pelanggan juga menilai apakah cloud computing sangat menguntungkan bagi saya. Ini butuh waktu dan secara bertahap," ujar dia.
Olivier juga menegaskan kalau jangan takut untuk mengadopsi teknologi meski tidak begitu familiar.
Hal itu karena membutuhkan waktu terutama bagi pelanggan tertentu. Pihaknya fokus untuk memenuhi permintaan pelanggan. Selain itu membantu agar dapat mengadopsi teknologi.
"Jangan takut adopsi teknologi meski tidak familiar. Ini butuh tahapan. Anda dapat melangkah secara bertahap," tutur dia.
Olivier menambahkan, infrastruktur juga bukan menjadi kendala untuk mengadopsi dan menerapkan teknologi.
Pihaknya akan membantu pelanggan untuk memudahkan mengakses dan menggunakan teknologi. Penerapan teknologi oleh pelanggan juga disesuaikan dengan permintaan.
"Saya pikir adopsi teknologi teknologi tergantung dari individual sebagai pelanggan," ujar dia.
AWS Pimpin Pangsa Pasar di Bisnis Cloud
Manajemen Amazon Web Services (AWS) menyatakan pangsa pasar yang signifikan turut mendongkrak pendapatannya hingga kuartal III 2018.
AWS memimpin pangsa pasar bisnis cloud atau komputasi awan hingga 51,8 persen. Angka ini jauh dari perusahaan lainnya antara lain Microsoft sebesar 13,30 persen, Alibaba sekitar 4,6 persen, dan Google sekitar 3,3 persen.
"Begitu banyak peningkatan signifikan untuk pangsa pasar sehingga mencetak pendapatan absolut," ujar CEO AWS, Andy Jassy dalam keynote speech re:Invent 2018, di Las Vegas, Amerika Serikat (AS).
AWS merupakan salah satu anak usaha Amazon.com yang berkontribusi cukup besar terhadap kinerja keuangan Amazon.
Pendapatan AWS tumbuh 46 persen menjadi US$ 6,68 miliar pada kuartal III 2018. Kontribusi AWS mencapai 12 persen terhadap pendapatan Amazon.com. Mengutip laman CNBC, AWS melaporkan laba operasional hingga US$ 2,1 miliar pada kuartal III 2018.
AWS pun menikmati pertumbuhan 31 persen dari marjin operasi pada kuartal III 2018. Pertumbuhan itu tertinggi lebih dari empat tahun. AWS melirik pasar Asia Pasifik untuk mengembangkan bisnisnya. Andy menuturkan, pertumbuhan bisnis di Asia Pasifik sangat cepat. "
Begitu luas dan cepat pertumbuhan bisnis di Asia Pasifik. Bisnis ini tumbuh di Tiongkok, India, Asia Tenggara, Singapura dan Australia," ujar Andy dalam konferensi pers.
Advertisement
Kebutuhan Pelanggan
AWS fokus untuk memberikan apa yang dibutuhkan oleh pelanggannya di tengah gencarnya perusahaan teknologi lain untuk berkembang di Asia Pasifik.
"Amazon sangat terobsesi dengan pelanggan. Memikirkan apa yang pelanggan butuhkan dan membuat mereka bahagia, " ujar Head of Business Development APAC AWS, Conor McNamara.
Untuk mengembangkan bisnis di Asia Pasifik, Conor menyatakan, pihaknya memberikan pelatihan dan edukasi kepada perusahaan, perusahaan rintisan sehingga ekosistemnya pun menjadi terbentuk.
Selain itu, menurut Conor untuk mendorong perusahaan rintisan di Asia Pasifik agar dapat bersaing di pasar global dengan memberikan akses sama untuk mendapatkan teknologi sehingga dapat menciptakan inovasi.
Untuk mengembangkan bisnisnya dan mengedukasi mengenai cloud atau komputasi awan, AWS juga menyediakan pelatihan dan pengembangan kepada pelanggan dan mahasiswa soal cloud di Indonesia.
"Saya pikir dengan memberikan pelatihan dan pengembangan kepada pelanggan di Indonesia dan siswa. Selain itu berhubungan dengan tim lokal sangat menarik," tutur dia.
AWS re:Invent 2018
Seperti diwartakan sebelumnya, AWS kembali menggelar acara tahunan untuk komunitas cloud computing dunia, AWS re:Invent 2018 di Las Vegas, Amerika Serikat (AS).
Pada konferensi tersebut, sejumlah manajemen AWS termasuk CEO AWS, Andy Jassy dan CTO Amazon.com, Werner Vogels dipastikan bakal memberikan insight dan keynotes menarik.
Konferensi ini memiliki acara lainnya, seperti AWS certification lounge, AWS certification Exams, hands-on labs, spotlight labs, worldwide public sector breakfast, dan masih banyak lagi.
Acara digelar dari 26 November hingga 30 November 2018 ini diprediksi dihadiri sekitar 51 ribu peserta.
Jumlah tersebut lebih besar dari gelaran 2017 yang dihadiri sekitar 43 ribu peserta.
Selain itu, AWS juga bakal mengumumkan layanan terbarunya, yaitu AWS RoboMaker. Ini merupakan layanan baru untuk mempermudah developer dalam mengembangkan, menguji, dan menerapkan soal fungsi robotics menggunakan jasa cloud.
(Agustina Melani/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: