Liputan6.com, Jakarta - Samsung sudah memastikan berhasil mengembangkan smartphone layar lipat. Perusahaan asal Korea Selatan itu sudah sempat menunjukkannya ke publik.
Namun hingga saat ini, Samsung belum benar-benar mengumumkan informasi resmi seputar perangkat tersebut. Kendati demikian, bukan berarti tidak ada informasi atau prediksi seputar smartphone yang disebut-sebut akan menggunakan nama Galaxy F tersebut.
Terbaru, prediksi dirilis oleh agensi asal Korea Selatan, CGS-CIMB Research. Dalam laporannya, agensi tersebut memprediksi harga produksi dan harga jual Galaxy F.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari GSM Arena, Senin (17/12/2018), CGS-CIMB Research memprediksi harga produksi perangkat ini adalah US$ 636,7 (Rp 9,2 juta). Sementara harga jual perangkat ini adalah US$ 1.800 (Rp 26,2 juta).
Adapun harga jual diprediksi berdasarkan margin keuntungan yang bakal diambil Samsung, yakni 65 persen. Margin keuntungan ini serupa dengan yang dilakukan Samsung untuk iPhone XS Max.
Berdasarkan perhitungan, komponen paling mahal untuk perangkat ini adalah layar. Alasanya, Galaxy F akan memiliki layar berukuran 7,3 inci yang dapat dilipat menjadi ukuran 4,58 inci.
Samsung juga disebut akan menyertakan dua baterai untuk perangkat ini. Dari perkiraan, kapasitas total dari baterai ini adalah 5.000 hingga 6.000mAh.
Harga tersebut diakui terbilang besar, mengingat Samsung digadang-gadang akan menjadi perusahaan pertama dengan smartphone layar lipat.
Pengeluaran lain yang tidak kalah besar tentu ada di bidang penelitian, yang akan turun dalam beberapa tahun mendatang.
Analis juga memprediksi penjualan smartphone layar lipat akan mencapai 3,5 juta unit di tahun depan. Angka itu akan terus tumbuh hingga menyentuh 24 juta unit pada 2022.
Harga Smartphone Layar Lipat Samsung Bisa Tembus Rp 37 Jutaan?
Prediksi ini sebenarnya mirip dengan analisis yang dilakukan beberapa waktu lalu. Ketika itu, diprediksi harga jualnya bisa mencapai US$ 2.565 atau berkisar Rp 37,2 juta.
Smartphone lipat Samsung itu diprediksi memiliki nama Samsung Flex atau Galaxy Flex. Beredar laporan yang menyebutkan harga jualnya bisa berkisar antara US$ 1.925 hingga US$ 2.565.
Kendati demikian, informasi ini belum bisa dipastikan kebenarannya. Terlebih lagi, pihak Samsung belum memberikan bocoran tentang harga jual smartphone layar lipat pertamanya itu.
Smartphone layar lipat dari sejumlah vendor akan memulai debut pada tahun depan, dan Samsung akan menjadi salah satu yang meramaikannya. Produk Samsung diprediksi akan diumumkan pada periode kuartal I atau awal kuartal II 2019.
Selain Samsung, Huawei pun disebut akan memulai debut produk serupa pada 2019. Kehadiran berbagai varian smartphone layar lipat ini diharapkan dapat membuat pasar smartphone kembali bergairah.
Advertisement
Samsung Punya Harapan Besar pada Galaxy S10 dan Ponsel Lipat
CEO bisnis smartphone Samsung Electronics, Koh Dong-jin, tengah berupaya keras melakukan terobosan untuk memperkuat bisnisnya. Ia menyoroti dua produk baru yang akan membantu perusahaan mewujudkannya, yakni Galaxy S10 dan ponsel lipat komersial pertama pada tahun depan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Koh dalam sebuah pesan kepada para eksekutif, serta karyawan divisi komunikasi mobile dan teknologi informasi perusahaan.
"Saya minta maaf atas status bisnis smartphone Samsung yang sedang berjuang dan akan melakukan yang terbaik untuk mengatasi krisis dengan Galaxy 10 dan ponsel lipat," ungkap Koh.
Pesan itu disampaikannya di tengah desas-desus tentang posisinya di perusahaan. Seperti diketahui, Samsung dilaporkan akan melakukan perombakan personil pada akhir tahun ini dan merestrukturisasi perusahaan.
Vice Chairman Samsung, Lee Jae-yong, dilaporkan mengkritik Koh karena melemahnya daya saing ponsel Samsung. Lee disebut secara personal meminta teknologi kamera smartphone ditingkatkan setelah mengunjungi sebuah toko di Eropa.
"Pesan Koh muncul untuk memperlihatkan seberapa besar kritisnya posisi bisnis mobile Samsung saat ini. Suasana di dalam perusahaan sedang serius ketika kami mendengar kritik dari luar mengenai produk-produk," kata seorang sumber internal perusahaan.
Salah satu karyawan Samsung mengatakan, pengambilan keputusan yang kaku merupakan masalah paling serius di divisi mobile perusahaan. "Hal ini menghalangi perusahaan menemukan ide-ide inovasi dan solusi yang akan memuaskan pasar," tuturnya.
(Dam/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â