Sampoerna Agro Siapkan Dana Rp 450 Miliar untuk Buyback Saham

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mengumumkan rencana untuk melakukan pembelian kembali atau buyback saham senilai maksimal Rp450 miliar.

oleh Gagas Yoga Pratomo Diperbarui 09 Apr 2025, 15:33 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2025, 15:33 WIB
Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan industri turunannya, mengumumkan rencana untuk melakukan pembelian kembali atau buyback saham senilai maksimal Rp450 miliar. 

Langkah ini diambil seiring dengan kondisi pasar modal yang berfluktuasi secara signifikan, dan bertujuan menjaga stabilitas nilai saham serta memperkuat kepercayaan investor.

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (9/4/2025) buyback akan dilakukan dalam periode 9 April hingga 8 Juli 2025 melalui perdagangan di BEI dengan menunjuk PT Bahana Sekuritas sebagai perantara pedagang efek.

Direksi Perseroan menjelaskan aksi korporasi ini mencerminkan keyakinan manajemen terhadap fundamental dan nilai intrinsik perusahaan. Selain itu, buyback juga ditujukan untuk mengoptimalkan struktur permodalan dan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan modal jangka panjang.

Dana untuk pelaksanaan buyback akan berasal dari kas internal perseroan, tanpa menggunakan dana hasil IPO maupun pinjaman.

Tak Berdampak ke Keuangan

Perseroan menegaskan bahwa aksi ini tidak akan berdampak signifikan terhadap operasional, keuangan, maupun kegiatan investasi perusahaan.

Berdasarkan proyeksi keuangan, setelah buyback dilaksanakan, laba per saham dasar diperkirakan meningkat dari Rp412 menjadi Rp465, menunjukkan potensi nilai tambah bagi pemegang saham.

Langkah strategis ini dilakukan berdasarkan ketentuan POJK No. 13/2023 dan Surat Edaran OJK No. S-17/D.04/2025 yang mengatur pembelian kembali saham dalam kondisi pasar yang berfluktuasi tajam.

 

 

IHSG Tersungkur, Saat yang Tepat Beli Saham?

Ilustrasi Bursa Saham. Foto: Freepik
Ilustrasi Bursa Saham. Foto: Freepik... Selengkapnya

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa memaparkan berbagai data yang menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih solid selama awal tahun 2025 meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah

Menurut dia, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh 5,3 persen year on year (yoy) menjadi Rp8.599,4 triliun pada Januari 2025, atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,1 persen (yoy).

"Saya pikir 2025 akan susah, laju pertumbuhan DPK turun. Tapi, untungnya di Januari tiba -tiba pertumbuhan DPK positif, menuju level normal lagi. Jadi ada pembalikan di sana,” ujar Purbaya dikutip dari Antara, Rabu (9/4/2025).

Dia juga menyebut saat ini adalah yang tepat untuk terjun beli saham. Menurut dia kondisi fundamental yang ekonomi Indonesia baik dan reaksi pasar berlebihan merespons tarif baru AS.

Purbaya memaparkan sejumlah indikator positif terkait kondisi perekonomian nasional. Salah satunya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini yang tidak mencerminkan fundamental ekonomi yang kuat.

"Jadi kalau suka main saham, sekarang good time to buy," ujar Purbaya.

 

Data Purchasing Managers Index

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Tak cuma itu, data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat masih berada di level ekspansif sebesar 52,4 poin pada Maret 2025, meskipun menurun dibandingkan sebelumnya sebesar 53,6 poin pada Februari 2025.

“Artinya, mereka atau para pengusaha para manufacturer melihat ke depan kayaknya melihat demandnya tinggi, sehingga mereka meningkatkan belanjanya,” ujar Purbaya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya