Kisah Aneh Wanita yang Alergi dengan Sinyal WiFi dan Telepon

Gara-gara alerginya itu, wanita ini menderita migrain, kelelahan, bahkan infeksi jika terpapar sinyal telepon maupun WiFI.

oleh Jeko I. R. diperbarui 04 Jan 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2019, 12:00 WIB
WiFi
Ilustrasi WiFi.

Liputan6.com, Jakarta - Tak sedikit orang cenderung tak bisa hidup tanpa smartphone dan sambungan internet, anehnya hal itu tak dirasakan oleh Kim De'Atta. Perempuan ini justru mengaku alergi WiFi dan sinyal telepon.

Sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari Metro, Jumat (4/1/2019), rupanya Kim memiliki alergi terhadap gelombang elektromagnetik.

Gara-gara alerginya itu, Kim menderita migrain, kelelahan, bahkan infeksi jika terpapar sinyal telepon maupun WiFi. Akibatnya, ia pun jarang bertemu dengan keluarga dan teman-temannya.

Perempuan yang dulunya bekerja sebagai perawat ini juga harus memakai kelambu untuk melindunginya dari gelombang elektromagnetik saat sesekali meninggalkan rumah. Ia juga hanya bisa mengunjungi tempat yang susah sinyal telepon agar tak terpapar.

Alergi WiFi itu juga memaksanya pindah rumah hingga dua kali, sebab tiang-tiang telepon dibangun di sekitar rumahnya. Saat tidur, Kim juga harus memakai sebuah kelambu khusus.

"Sebagian orang beranggapan bahwa saya gila. Padahal apa yang saya alami sangat sulit, ini karena mereka tak pernah mengalaminya," tutur Kim.


Ingin Orang Sekitar Mengerti

WiFi
Ilustrasi WiFi. (Doc: Getty Images)

Ia pun berharap agar orang-orang bisa mengerti keadaan dirinya. Kim mengaku, dia tak pernah bertemu dengan sanak keluarga dan teman-temannya. Karena penyakit itu pula, Kim tak bisa bertemu dengan bibinya yang paling dekat selama 10 tahun.

"Saya tak tahu kenapa, padahal kami dulu sangat dekat. Untuk menemuinya saya harus menggunakan kelambu, saya terlihat sangat konyol di bus. Tapi saya senang, ia masih hidup saat bertemu dengan saya," ujar Kim.

Kim bercerita, alergi tersebut bermula saat usianya 16 tahun dan hidup di selatan London. Ia mulai terkena alergi saat berada di samping televisi.

"Alergi saya makin parah beberapa tahun setelahnya, saat saya bekerja sebagai perawat di unit intensif dan membeli sebuah ponsel. Ponsel itu sangat diperlukan untuk berkomunikasi saat kondisi darurat," katanya melanjutkan.


Sempat Pindah

WiFi
Ilustrasi WiFi. (Foto: Istimewa)

Ia juga menceritakan gejalanya, "Pertama kali menelepon, rasanya seperti laser masuk ke kepala dan otak saya, rasanya sangat sakit."

Kim akhirnya menyadari, tiap kali berada di dekat smartphone, televisi, WiFi, dan perangkat elektronik dirinya mengalami rasa sakit itu.

Kim pun mengaku selalu melarikan diri dari sinyal telepon agar tak mengalami alergi tersebut. Ia pernah pindah ke Glastonbury untuk menghindari sinyal telepon, namun beberapa tahun setelahnya kota tersebut mulai terhubung dengan sinyal telepon dan WiFi.

Hingga kini, Kim masih melarikan diri dari sinyal telepon, berharap agar bisa terlindungi dari gelombang elektromagnetik dan sinyal telepon.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya