Ancaman Downtime Sistem Hantui Perusahaan Besar dan UMKM

Kasus downtime merupakan masalah di mana hampir semua perusahaan menghindarinya.

oleh Iskandar diperbarui 20 Feb 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2019, 19:00 WIB
Downtime Sistem
Downtime sistem. Dok: siteuptime.com

Liputan6.com, Jakarta - Downtime sistem atau gangguan sistem merupakan ancaman signifikan terhadap operasi bisnis organisasi, terlebih perusahaan besar. Berdasarkan survey dari Institut Ponemon (Emerson), rata-rata biaya downtime per menit adalah Rp 105 juta.

Biaya downtime infrastruktur TI ini mengalami peningkatan sebesar 7 persen dari tahun 2013 sebesar US$ 690.204, atau meningkat 38 persen dari tahun 2010.

Biro riset ini mencatat beberapa penyebab downtime data center, di antaranya kegagalan sistem UPS (25 persen), serangan siber (22 persen), human error (22 persen), dan kegagalan generator (6 persen).

“Kasus downtime merupakan masalah di mana hampir semua perusahaan menghindarinya, karena pasti akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan-perusahaan besar maupun UMKM," kata Erwin Urip, Direktur Blue Power Technology (BPT), dalam keterangannya, Rabu (20/2/2019).

Situasi seperti ini tentu saja menimbulkan keresahan bagi para CEO dan pelaku bisnis besar maupun kecil.

Berlatar belakang hal tersebut, BPT sebagai perusahaan penyedia solusi infrastruktur dan TI memberikan solusi kepada perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan ketersediaan aplikasi dan data sepanjang waktu, bahkan ketika terjadi downtime melalui sistem backup dan replikasi

Dalam menjawab tantangan tersebut, BPT, penyedia solusi infrastruktur TI dan anak usaha CTI Group, memperkenalkan produk Veeam di Indonesia.

96 Persen Lebih Cepat

 

Veeam hadir dengan solusi backup dan replikasi dalam melakukan disaster recovery dan intelligent data management untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki ketersediaan data yang sangat tinggi dan membantu perusahaan mendapatkan wawasan dan agility di pasar yang sangat cepat berubah.

Veeam diklaim memiliki recovery time objective (RTO) sebesar 96 persen lebih cepat, dan mampu mengurangi waktu pemulihan dari lima jam menjadi kurang dari 30 menit, sehingga perusahaan dapat mengurangi potensi terjadinya kerugian finansial dan waktu.

"Solusi ini pun dapat menghindari resiko kehilangan data yang terjadi setelah downtime, pemulihan terverifikasi, data leverage, dan visibilitas lengkap," papar Erwin.

(Isk/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya