Liputan6.com, Balikpapan - Kehadiran layanan ride-hailing di Indonesia memberikan opsi baru bagi masyarakat untuk mendapatkan tambahan pendapatan, atau menjadikannya sumber pendapatan utama.
Grab sebagai salah satu pemain ride-hailing, berusaha membuktikan layanannya bisa berkontribusi menumbuhkan pendapatan masyarakat.
Grab saat ini melayani 36 kota di 8 negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Layanan Grab Indonesia saat ini sudah tersedia di 224 kota, termasuk wilayah yang direncanakan akan menjadi ibu kota baru, Kalimantan Timur.
Advertisement
Grab Indonesia pada Rabu (28/8/2019), mengajak sejumlah media untuk melihat perkembangan layanannya di salah satu kota Kalimantan Timur, Balikpapan. Kami diajak menemui dua mitra pengemudi Grab untuk layanan Bike dan Car.
Baca Juga
Muhammad Yusuf dan Rudiansyah merupakan dua mitra pengemudi Grab yang sudah bergabung sejak 2017, tahun awal kehadiran layanan tersebut di Balikpapan. Mereka termasuk angkatan awal mitra pengemudi Grab di kota tersebut.
Yusuf dan Rudiansyah memiliki salah satu kesamaan alasan untuk bekerja penuh waktu sebagai mitra Grab.
Keduanya menginginkan lebih banyak waktu dengan keluarga, tapi tetap bisa mendapatkan penghasilan dalam jumlah sama atau bisa lebih, dibandingkan pekerjaan mereka sebelumnya.
Waktu Kerja Lebih Fleksibel
Yusuf, misalnya, memutuskan berhenti bekerja di sebuah perusahaan internasional karena sering melakukan perjalanan keluar kota.
"Saya gabung dengan Grab pada 2017, tapi dulu awalnya masih belum sepenuhnya karena juga masih bekerja di tempat lain. Namun, saya kemudian memutuskan fokus di GrabCar, dan ini sudah jalan 1,5 tahun," ungkap Yusuf.
Pria berusia 34 tahun itu mengatakan, fleksibilitas waktu saat menjadi mitra Grab, membuatnya bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga. Sebelumnya, ia bisa baru pulang ke rumah setelah beberapa bulan bekerja di luar kota.
Selama menjadi pengemudi GrabCar, Yusuf bercerita memiliki beragam pengalaman. Salah satunya ketika berjuang "melawan" angkutan umum lain agar konsumen bisa menggunakan layanna Grab dengan nyaman.
"Awal-awal memang ada kendala, salah satunya saya pernah ribut dengan angkot sampai ke kantor polisi," tuturnya.
Advertisement
Rudiansyah dan Perhatian untuk Anak
Senada dengan Yusuf, Rudiansyah pun memutuskan pekerja penuh waktu sebagai mitra pengemudi GrabBike, karena ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga. Hal ini terutama dengan anaknya yang sedang sakit.
Pendapatan sebagai mitra Grab yang lebih besar daripada pekerjaan sebelumnya, membuat perekonomian keluarganya tetap berjalan dengan baik. Pekerjaannya sekarang, katanya, bisa membuatnya lebih fokus mengurus anaknya yang sedang sakit.
"Grab itu jam kerjanya fleksibel. Anak saya sakit dari dulu sampai sekarang, jadi saya harus lebih fokus," ungkap pria berusia 36 tahun tersebut.
Pada awal kehadiran Grab di Balikpapan, kata Rudiansyah, ia dan rekan-rekannya yang lain juga mengalami penolakan seperti Yusuf. "Awal-awal tahun itu ada penolakan ya tidak hanya dari opang (ojek pangkalan), tapi juga angkot terutama," sambungnya.
Seiring dengan semakin banyak pengguna Grab, termasuk di Balikpapan, pendapatan Yusuf dan Rudiansyah, turut tumbuh. Saat ini, keduanya bisa mengantongi pendapatan bersih Rp 6 juta per bulan.
"Pendapatan sama besarnya dengan dulu, bahkan kadang bisa lebih besar. Rata-rata pendapatan bisa Rp 6 hingga 7 juta per bulan, bersihnya itu bisa Rp 6 juta," kata Rudiansyah.
(Din/Ysl)