Perjalanan Gojek Raih Gelar Decacorn

VP Corporate Affairs Michael Reza Say menceritakan riwayat Gojek hingga menyandang status decacorn seperti sekarang ini.

oleh Iskandar diperbarui 05 Okt 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2019, 13:00 WIB
Gojek
Peluncuran logo baru Gojek (Foto: Andina Librianty/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam seminar bertajuk "Inovasi dan Disrupsi Industri 4.0" di Medan, VP Corporate Affairs Gojek Michael Reza Say menceritakan riwayat Gojek hingga menyandang status decacornseperti sekarang ini.

Ia menuturkan Gojek lahir karena berkembangnya teknologi dan adanya masalah sosial di Jakarta pada 2010.

Saat itu pendiri Gojek Nadiem Makariem melihat mobilitas di perkotaan semakin padat, kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan, dan keterbatasan akses di sektor informal.

Nadiem, melalui garasi sewaan di Jalan Kerinci, Jakarta, membuat platform untuk mengakomodasi para tukang ojek agar ada solusi untuk inefisiensi dan keterbatasan akses tersebut.

"Pada 2015 ternyata hampir 80 persen dari orang yang antar barang adalah makanan. Ada peluang, lalu Gojekkembangkan Gofood pada 2016. Sebelumnya kami hanya punya tiga layanan: Goride, Gosend, dan Gomart,” ungkap Michael dalam pernyataannya, Sabtu (5/10/2019).

 

Kelahiran Gopay

Gojek
Logo baru Gojek (Foto: Andina Librianty/Liputan6.com)

Gojek, kata Michale, selalu melihat perkembangan. Pada 2016-2017 tren di Indonesia adalah pembayaran. Hal tersebut dilihatnya sebagai peluang sehingga perusahaan meluncurkan Gopay.

“Saat itu kami sudah jadi unicorn. Dan sekarang mejadi kebanggaan Indonesia karena kami juga beroperasi di luar negeri,” ujarnya.

Michael menilai, banyak orang yang menolak kehadiran teknologi karena kurang memanfaatkannya dengan baik.

Dia mencontohkan Bu Nanik, salah satu mitra Gojek yang menyediakan makanan olahan pisang. Sebelum bermitra dengan Gojek, Bu Nanik hanya mampu menjual seratusan pisang per hari.

“Dengan Gojek, sekarang Bu Nanik bisa menjual ribuan pisang dan omzetnya miliaran. Terakhir kemarin ketemu, anaknya dikuliahkan di UK,” ungkap Michael.

Di Medan, Michael melanjutkan, Gojek juga memberi dampak signifikan terhadap sektor ekonomi. Pada 2018 tercatat Gojek telah berkontribusi sebanyak Rp 1,8 triliun.

 

Jadi Decacorn

Layanan Ojek Online Kini Lebih Ramah Lingkungan
Lewat GoGreener, Gojek mewujudkan layanan ojek online yang ramah lingkungan (Foto: Gojek)

Kini, Gojek menjadi decacorn dengan nilai valuasi ditaksir mencapai USD 10 miliar. Untuk diketahui, status decacorn sendiri diberikan pada startup yang memiliki nilai valuasi USD 10 miliar atau lebih.

Tingginya nilai Gojek tidak lepas dari pendanaan yang diterima startup itu. Terakhir, perusahaan yang dipimpin Nadiem Makarim itu mendapat pendanaan seri F dari sejumlah investor, termasuk Astra Internasional dan Google.

Sebelum mendapat predikat decacorn, Gojek telah merambah ke lebih banyak pasar, tepatnya empat negara tetangga di Asia Tenggara, yakni Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Untuk diketahui, seminar "Inovasi dan Disrupsi Industri 4.0" merupakan rangkaian Millenial Fest Industri 4.0 yang digelar pada tanggal 3-5 Oktober 2015 di Ballroom Hotel Adimulia, Kota Medan.

Seminar diselenggarakan untuk menyambut Munas XIII KAGAMA yg diselenggarakan pada 14-17 November di Bali.

(Isk/Ysl)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya