Berpeluang Jadi Unicorn, Ini Kata Ruangguru

Ruangguru belakangan ini disebut akan menjadi startup kelima yang menyandang status unicorn di Indonesia.

oleh Andina Librianty diperbarui 31 Okt 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2019, 18:00 WIB
Ruangguru
Aplikasi Ruangguru (play.google.com)

Liputan6.com, Jakarta - Ruangguru belakangan ini disebut akan menjadi startup kelima yang menyandang status unicorn di Indonesia. Unicorn merujuk pada startup dengan valuasi lebih dari USD 1 miliar.

Vice President Ruangguru, Ritchie Goenawan, buka suara soal kemungkinan perusahaannya menjadi unicorn, tetapi ia enggan memberikan jawaban pasti.

"Saya hanya bisa berharap, mungkin didoakan sama semuanya. Amin (Ruangguru) bisa menjadi unicorn. Sementara ini belum ada update," tutur Ritchie dalam acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) di kantor Kemkominfo, Kamis (31/10/2019).

Ia menegaskan, unicorn bukan menjadi ambisi Ruangguru. Sejauh ini startup berbasis pendidikan dan teknologi (edtech) tersebut fokus memaksimalkan layanannya untuk para pengguna. Saat ini, Ruangguru mengklaim telah memiliki 10 juta pengguna.

"Fokus kami melayani para pengguna. Ambisi kami bagaimanan bisa memberikan dampak ke sebanyak mungkin siswa di seluruh Indonesia," katanya.

Ketika ditanya soal valuasi Ruangguru, ia juga enggan berkomentar. "Kalau itu saya tidak berkomentar dulu. Tunggu komentar resmi dari Ruangguru," ungkapnya.

 

Unicorn dari Edtech

Peluang edtech startup menjadi unicorn sudah digaungkan sejak tahun lalu oleh Rudiantara saat menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo). Sektor health-tech (teknologi kesehatan) pun berpeluang besar menjadi unicorn.

Sayangnya, ia enggan memberikan bocoran tentang kemungkinan nama startup yang akan menyandang gelar unicorn pada akhir 2019 atau sebelum 2020.

Menurutnya, secara teoretis sektor edutech dan health-tech memiliki peluang besar menjadi unicorn. Hal ini salah satunya disebabkan perputaran uang yang besar di kedua sektor tersebut.

Dari pemerintah saja, katanya, kedua sektor tersebut mendapatkan dana belanja besar. Seperti diketahui, pemerintah mengalokasikan APBN sebesar 20 persen untuk pendidikan dan 5 persen kesehatan.

"Secara teoretis, edtech dan health-tech itu bagus dan akan besar. Alokasi APBN saja sudah besar, belum lagi belanja swasta (perputaran uang)," kata Rudiantara kala itu.

Persoalan unicorn, tutur Rudiantara, utamanya merupakan urusan startup dan investor. Namun, pemerintah akan terus membantu memfasilitasi agar lebih banyak startup lokal bisa menjadi unicorn.

(Din/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya