5 Merek Smartphone dengan Pengapalan Tertinggi di Indonesia per Q3 2019

Counterpoint dalam Market Monitor yang mereka rilis menyebut, pengapalan smartphone di Indonesia naik 7 persen pada kuartal 3 2019, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 24 Nov 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2019, 18:00 WIB
OPPO Experience Store di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta. Liputan6.com/Keenan Pasha
OPPO Experience Store di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta. Liputan6.com/Keenan Pasha

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan riset pasar Counterpoint melaporkan bahwa pasar smartphone Indonesia bertumbuh pada kuartal ke-3 2019 ini.

Counterpoint dalam Market Monitor yang mereka rilis menyebut, pengapalan smartphone di Indonesia naik 7 persen pada kuartal ke-3 2019, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan pengapalan smartphone ini didorong oleh platform penjualan online seperti Blibli, JD, Lazada, dan lain-lain.

Kenaikan juga didukung oleh maraknya berbagai promosi oleh vendor smartphone Tiongkok di toko fisik, sekaligus perluasan jumlah outlet mereka di berbagai wilayah Indonesia.

Adapun kelima merek smartphone yang masih menguasai pangsa pasar berdasarkan pengapalan di kuartal ke-3 2019 menurut Counterpoint adalah:

1. Samsung

Samsung masih memimpin di kuartal ke-3 2019 dengan pangsa pasar 22 persen. Samsung didukung oleh lini produk Galaxy A series sepanjang tahun ini.

Meski begitu, pada kuartal yang sama tahun lalu, pangsa pasar Samsung lebih besar, yakni 23 persen.

2. Xiaomi

Xiaomi ada di urutan kedua dengan pangsa pasar 20 persen. Capaian Xiaomi ini didukung oleh seri Redmi Note 7 diikuti oleh Redmi 7A.

Posisi 3-5

Vivo
Vivo V17 Pro resmi diluncurkan hari ini, Senin (23/9/2019), di Jakarta. (Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar)

3. Oppo

Oppo berada di posisi tiga dengan pangsa pasar 19 persen, turun dari periode yang sama tahun lalu, yakni 20 persen. Meski begitu, Counterpoint menyebut, Oppo tumbuh 6 persen dibandingkan tahun lalu.

Perangkat yang menyumbang paling banyak adalah Oppo A5s dan Oppo Ak1. Sementara di paruh terakhir 2019 ini, Oppo kian giat mendiversifikasi portofolionya dengan seri Reno untuk pasar kelas menengah atas.

4. Vivo

Vivo berada di posisi ketiga dengan pangsa pasar 13 persen, naik dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu dengan pangsa pasar 7 persen.

Adapun produk yang paling banyak memberi kontribusi adalah Vivo Y91C dan Y12, dan Y15.

5. Realme

Realme berada di posisi kelima dengan pangsa pasar 11 persen. Vendor Tiongkok ini, menurut Counterpoint, tumbuh 38 persen didukung dengan penjualan online dan offline.

Produk yang paling banyak berkontribusi adalah Realme C2 dan Realme 3 series.

Kata Counterpoint

Galaxy S10
Tampilan belakang Samsung Galaxy S10. Liputan6.com/ Andina Librianty

Analis Penelitian Counterpoint Parv Sharma mengatakan, 4 merek Tiongkok masuk ke daftar 5 vendor paling terkemuka di Indonesia dengan penguasaan pasar 65 persen, berdasarkan volume.

"Ini merupakan share brand Tiongkok paling besar di Indonesia, menekan merek-merek lokal hanya punya satu digit pangsa pasar," kata Sharma, dikutip dari laman Counterpoint Research, Minggu (24/11/2019).

Dia menyebutkan, dari sisi brand, merek Xiaomi berada di posisi kedua di pasar dengan gap yang makin minim dengan pemegang posisi satu, yakni Samsung.

Di Indonesia, Xiaomi memperoduksi 10 juta smartphone, dengan fokus penjualan online dan offline. Kini Xiaomi punya 40 Mi Authorized Store. "Indonesia merupakan salah satu key market yang mendukung pertumbuhan global Xiaomi," kata Sharma.

Tak hanya Xiaomi, menurut Sharma, Realme juga menunjukkan pencapaian yang gemilang. Hal ini didukung dengan penjualan di channel online dan harga yang kompetitif.

Direktur Asosiasi Tarun Pathak berkomentar mengenai ekosistem manufaktur smartphone lokal. Menurutnya, pemerintah telah memperkenalkan aturan untuk membasmi ponsel BM.

"Regulasi ini mempersyaratkan registrasi nomor IMEI, yakni penggunaan smartphone ilegal tidak akan bisa dilakukan. Hal ini akan meningkatkan ekosistem manufaktur dan ekonomi, karena perangkat ilegal tak bisa dipakai lagi," katanya.

(Tin/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya