Liputan6.com, Jakarta - Koei Tecmo, pengembang dan penerbit sejumlah gim ternama seperti seri Nioh, One Piece: Pirate Warriors, dkk terpaksa harus menutup situs resmi mereka. Kenapa?
Dikutip dari Dual Shockers, Rabu (30/12/2020), situs resmi perusahaan di Amerika Serikat dan Eropa terpaksa dinonaktifkan karena telah menjadi korban serangan siber dari pihak yang tak dikenal atau hacker.
Dalam keterangan resminya, perusahaan melaporkan ada sekitar 65,000 akun di forum Koei Tecmo Eropa telah hacker bocorkan di internet.
Advertisement
Baca Juga
Aksi peretasan ini diprediksi terjadi pada 25 Desember 2020. Adapun informasi pengguna forum yang dicuri, termasuk nama akun, login password, dan alamat email.
Saat ini, hasil penyelidikan yang dilakukan perusahaan tidak menunjukkan informasi kartu kredit dan penting pengguna atau data karyawan telah dicuri.
Sebagai proses penyelidikan dan menghindari kehilangan data lebih lanjut, situs resmi Koei Tecmo di Amerika Serikat dan Eropa pun langsung dinonaktifkan.
Jaringan Internal Koei Tecmo Eropa Diputus
Lebih lanjut, perusahaan juga telah memutus jaringan internal Koei Tecmo lainnya. Saat diakses, situs hanya mengalihkan ke halaman kosong.
Tertulis, "Karena kemungkinan serangan siber eksternal di situs ini, untuk sementara menutupnya sampai penyelidikan selesai."
Sementara itu, sebuah postingan yang mengklaim serangan itu juga ditemukan di sebuah forum hacker. Disebutkan, pelaku menjual informasi mengenai otentikasi FTP dan akun Twitter resmi Koei Tecmo dengan metode pembayaran bitcoin.
Advertisement
Hacker Retas Pengembang Gim Capcom
Sebelumnya, perusahaan gim lain juga menjadi korban aksi peretasan. Adapun perusahaan tersebut adalah Capcom.
Dilaporkan Bleeping Computer, grup hacker yang mengklaim bertanggung jawab atas aksi peretasan itu mengaku telah men-download data sebesar 1TB.
Mereka mengatakan, data yang dicuri berisikan semua informasi pribadi karyawan Capcom, data pengguna, hingga informasi keuangan perusahaan.
Saat kejadian, Capcom sempat mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan, "saat ini belum ada indikasi informasi pengguna bocor. Perusahaan juga sedang berkonsultasi dengan polisi terkait kasus tersebut."
(Ysl/Why)