Di Tengah Kudeta Myanmar Layanan Internet Terganggu

Gangguan ini berdampak terutama di jaringan di wilayah ibu kota Myanmar dan hal ini mungkin akan membatasi peliputan peristiwa kudeta Myanmar tersebut.

oleh M Hidayat diperbarui 01 Feb 2021, 09:32 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2021, 09:31 WIB
Ilustrasi jaringan internet
Ilustrasi jaringan internet. Kredit: Pete Linforth via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah kudeta Myanmar saat ini layanan internet dilaporkan terganggu. Menurut pantauan NetBlocks Internet Observatory, gangguan telekomunikasi di Myanmar mulai terlihat pada pukul 03:00 Senin (1/2/2021) pagi waktu setempat.

Gangguan internet ini terutama berdampak di jaringan di wilayah ibu kota Myanmar dan hal ini mungkin akan membatasi peliputan peristiwa kudeta Myanmar tersebut.

"Pemutusan berkelanjutan telah dipantau dengan konektivitas nasional yang awalnya turun menjadi 75 persen pada pukul 03.00 dan kemudian menjadi 50 persen pada pukul 08:00 waktu setempat," tutur NetBlocks dikutip dari laporannya.

NetBlocks juga melaporkan isu ini terjadi di jaringan beberapa operator, termasuk operator milik negara, Myanma Posts and Telecommunications (MPT) , serta operator internasional Telenor.

"Temuan awal menunjukkan mekanisme gangguan yang diarahkan secara terpusat yang menargetkan layanan seluler dan beberapa layanan telepon tetap, yang berkembang dari waktu ke waktu," tutur NetBlocks.

Selain itu, temuan ini dikuatkan oleh pengguna di lapangan serta para jurnalis yang mengalami masalah untuk mengakses internet dan kehilangan konektivitas telepon secara bersamaan.

Jubir Pemerintah Myanmar: Militer Sedang Kudeta

Militer Myanmar dilaporkan menangkap Aung San Suu Kyi. Status Suu Kyi kini menjadi tahanan rumah. Ia ditangkap di ibu kota Naypyidaw. 

Petinggi partai Suu Kyi juga turut ditangkap. Juru bicara partai berkuasa National League for Democracy (NLD) menilai kudeta militer sedang terjadi. 

"Kami dengar mereka ditangkap oleh militer," ujar jubir NDL, Myo Yunt, seperti dilansir AFP, Senin (1/2/2021).

"Dengan situasi yang sekarang kita lihat terjadi, kita harus berasumsi bahwa militer sedang melakukan kudeta," ucapnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya