Kisah Insinyur Boeing Asal Indonesia Ambil Bagian di Proyek NASA ke Bulan

Sosok insinyur Boeing asal Indonesia bernama Marko Djuliarso ini diketahui terlibat dalam proyek pembuatan komponen roket Space Launch System dari NASA.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 06 Mar 2021, 18:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2021, 18:00 WIB
NASA di Bulan
Pada 13 Desember 1972, astronaut ilmuwan NASA, Harrison Schmitt, berdiri di sebelah batu besar selama misi Apollo 17. Mosaik ini dibuat dari dua foto yang diambil oleh sesama penjelajah Bulan, Eugene Cernan. (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang insinyur asal Indonesia diketahui ikut ambil bagian dalam proyek pembangungan roket untuk NASA. Sosok tersebut adalah Marko Djuliarso yang kini bergabung sebagai insinyur di Boeing.

Dalam wawancaranya pada VOA Indonesia, Marko menjelaskan saat ini dia terlibat dalam proyek pembuatan komponen roket Space Launch System. Boeing saat ini memang menjadi rekanan NASA dalam misi pergi ke ruang angkasa.

"Fokus di penjadwalan, biaya, kualitas. Selain itu, juga banyak menganalisa data," ujar Marco menjelaskan mengenai tugasnya seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (6/3/2021).

Marko menceritakan, dalam misi ini, NASA berencana untuk membawa astronot ke Bulan pada 2024. Lalu sebagai target jangka panjang, mereka berencana untuk pergi ke Mars.

Marko menjelaskan, proyek bersama NASA ini bisa disebut menjadi yang paling keren dan ia merasa beruntung bisa turut ambil bagian di dalamnya.

"Paling memuaskan kalau kita sudah bisa menyelesaikan produk pertama dan menyerahkan produk itu ke pelanggan," tutur Marko menceritakan kisahnya.

Marko sendiri diketahui memiliki gelar pendidikan dari Universitas Tennessee, Universitas Teknologi Nanyang Singapura, dan Universitas Southern California.

Saksikan Video Berikut Ini

Tidak Bercita-cita jadi Insinyur

NASA
Sosok Marko Djuliarso insinyur asal Indonesia yang kini berkarir di Boeing. (Screenshot: VOA Indonesia)

Uniknya, Marko ternyata tidak pernah bercita-cita berkarir menjadi seorang insinyur di bidang roket, apalagi kerdigantaraan. Dia mengatakan terjun ke bidang ini karena anjuran sang ayah.

"Bapak saya nganjurin ambil industrial engineering atau teknik industri. Sebagai anak yang baik, saya ikuti saja," tutur Marco mengenang hal tersebut.

Sebelum bergabung ke Boeing, Marko juga menceritakan bahwa perjalanan karirnya tidak mulus. Dia menceritakan, kondisi ekonomi Amerika Serikat sempat susah di 2009, sehingga dia melamar banyak pekerjaan di negeri paman Sam tersebut.

"Selama enam bulan, saya kira-kira mungkin apply 100 kerjaan," ujarnya. Adapun tawaran dari Boeing diterimanya saat Marko bekerja di perusahaan produksi jendela di Dallas, Amerika Serikat.

Lucunya, dia mengaku sebenarnya lupa pernah melamar dan melakukan wawancara dengan Boeing. Namun setelah dipikirkan bersama istri, Marko akhirnya menerima tawaran tersebut dan pindah ke Seattle, Washington, Amerika Serikat.

Selama berkarir di Boeing, Marko diketahui terlibat dalam proyek Boeing 787 maupun 777 di Seattle dan Italia. Dan, proyek terbarunya kini adalah menggarap roket untuk NASA di New Orleans.

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya