Liputan6.com, Jakarta - Facebook belum memberi tahu lebih dari 533 juta pengguna Facebook yang datanya terekspos di forum hacker pada 2019. Menurut seorang perwakilan perusahaan, platform media sosial itu tidak berencana untuk mengumumkannya ke para pengguna terdampak.
Mengutip Reuters, Jumat (9/4/2021), juru bicara Facebook pada Rabu ini mengatakan, perusahaan tidak akan memberi tahu pengguna yang terkena dampak peretasan dan tidak yakin memiliki visibilitas penuh yang membuat pengguna perlu diberi tahu.
Baca Juga
Juru bicara Facebook ini mengatakan, perusahaan melihat pengguna tidak dapat memperbaiki masalah apalagi data yang diretas sudah tersedia untuk umum.
Advertisement
Facebook juga menyatakan, informasi yang diambil tidak termasuk informasi keuangan, kesehatan, atau kata sandi.
Kendati begitu para ahli melihat, data-data yang bocor ini jika dikumpulkan bisa memberikan informasi berharga untuk peretasan atau penyalahgunaan lainnya.
Pasalnya data yang dicuri termasuk nomor telepon dan tanggal lahir yang dalam beberapa kasus pengguna tidak mengubah tanggal asli mereka di Facebook. Itu artinya, detail tersebut kemungkinan melekat pada pengguna aktif.
Informasi Pengguna Bisa Dipakai Untuk Penipuan
Analis keamanan siber dari Digital Shadow Ivan Righi mengatakan, "penjahat siber bisa menggunakan informasi seperti nomor telepon, email, dan nama lengkap untuk meluncurkan serangan rekayasa sosial."
"Sejalan dengan banyak pengguna masih bekerja dari rumah karena pandemi, serangan rekayasa sosial bisa efektif jika dipersonalisasi sesuai targetnya, misalnya misalnya mengirim pesan dengan berpura-pura menjadi perusahaan atau perbankan guna menarget korbannya," tutur Ivan Righi.
Sementara, Komisi Perlindungan Data Irlandia sebagai pemimpin regulator tentang keamanan data di Uni Eropa mengatakan, mereka telah menghubungi Facebook terkait kebocoran data ini.
"Tidak ada komunikasi proaktif dari Facebook namun saling berkontak," kata Komisi Perlindungan Data Irlandia.
Advertisement
Pencurian Data dari Sebelum September 2019
Sementara, pihak Facebook sendiri menyebut mereka telah berhubungan dengan regulator terkait masalah ini. Namun, juru bicara perusahaan enggan menyebutkan apa saja yang sudah diperbincangkan.
Sebelumnya pada minggu lalu, Business Insider melaporkan, nomor telepon dan informasi lain dari profil pengguna Facebook ada di database publik.
Facebook selanjutnya mengakui dalam unggahan blognya bahwa aktor jahat telah memperoleh data tersebut sebelum September 2019.
Aktor jahat saat itu mendapatkan profil pengguna Facebook menggunakan celah di tool yang dipakai untuk mensinkronkan kontak. Pihak Facebook pun menyebut, mereka telah menutup celah tersebut setelah mengidentifikasi masalah yang ada.
(Tin/Ysl)