Presiden Serbia Minta Maaf Karena Sebut Reporter TV Bodoh

Ini bukan permintaan maaf publik perdana Vucic. Belum lama ini, dia juga minta maaf lantaran secara tidak sengaja mendukung resolusi Majelis Umum PBB yang menyalahkan Rusia atas perang Ukraina.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 04 Mar 2025, 16:35 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2025, 16:35 WIB
Demonstrasi besar yang dipimpin mahasiswa dan blokade jalan selama 18 jam berlangsung pada Sabtu (1/3/2025), di Kota Nis, Serbia, untuk memprotes runtuhnya atap dak beton di pintu masuk stasiun kereta di Kota Novi Sad, yang menewaskan 15 orang pada 2024.
Demonstrasi besar yang dipimpin mahasiswa dan blokade jalan selama 18 jam berlangsung pada Sabtu (1/3/2025), di Kota Nis, Serbia, untuk memprotes runtuhnya atap dak beton di pintu masuk stasiun kereta di Kota Novi Sad, yang menewaskan 15 orang pada November 2024. (Dok. AP/Darko Vojinovic)... Selengkapnya

Liputan6.com, Beograd - Presiden Serbia pada Senin (3/3/2025), minta maaf karena menyebut seorang reporter dari lembaga penyiaran negara RTS "bodoh" menyusul laporannya tentang protes besar-besaran anti-pemerintah pada akhir pekan.

Mahasiswa di Serbia, yang diperintah oleh pemerintah sayap kanan yang pro-Rusia selama lebih dari satu dekade, telah mengadakan protes nasional sejak ambruknya atap dak beton di pintu masuk stasiun kereta di Kota Novi Sad, yang menewaskan 15 orang pada November 2024. Para kritikus menyalahkan korupsi pemerintah atas kejadian tersebut.

Protes yang hampir terjadi setiap hari ini secara rutin menarik puluhan ribu orang dan telah menggoyang cengkeraman kekuasaan Presiden Aleksandar Vucic — termasuk kontrolnya atas lembaga penyiaran negara serta banyak media pro-pemerintah.

Baru-baru ini, lembaga penyiaran pemerintah mulai melaporkan dari lokasi protes, memicu kritik dari Vucic dan pejabat pemerintah lainnya. Para pengunjuk rasa dalam aksi terbaru pada Sabtu (1/3) di Kota Nis bersumpah untuk memperjuangkan negara yang bebas, adil, dan berdasarkan hukum.

Para mahasiswa yang berunjuk rasa mengatakan bahwa aksi besar berikutnya akan diadakan pada 15 Maret di ibu kota, Belgrade. Sementara itu, Vucic mengumumkan "kontra-revolusi" yang akan diadakan oleh para pendukungnya di sana, namun dia tidak menyebutkan tanggalnya.

Dalam pernyataannya pada Senin seperti dikutip dari AP, Vucic menyatakan bahwa sebagai presiden, "Saya tidak berhak menyebut siapa pun sebagai orang bodoh dan saya minta maaf."

Dia sebelumnya mempertanyakan profesionalisme dan objektivitas reporter RTS, menyebutnya "aib bagi profesi" dan melabelinya sebagai aktivis politik.

RTS mengecam Vucic karena menghina reporter mereka, dengan mengatakan, "Tidak ada pemegang jabatan publik, terlepas dari opsi politik mana yang dia dukung, memiliki hak untuk berbicara tentang rekan-rekan kami dengan cara yang menghina seperti itu."

Vucic juga mengklaim dia adalah korban dari upaya "inkonstitusional" yang diatur oleh agen mata-mata Barat untuk menjatuhkan atau bahkan membunuhnya, dan menyebut blokade jalan, rel kereta api, dan institusi di Serbia dalam beberapa bulan terakhir sebagai ilegal.

Dia menyatakan tujuan protes adalah tuntutan yang dibuat-buat dan pada dasarnya tidak ada oleh minoritas orang di negara itu.

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya