Liputan6.com, Jakarta Di tengah situasi pandemi dan pemulihan ekonomi nasional, pangsa pasar vivo di Q1-2021 berhasil naik sebanyak 17% dibandingkan tahun lalu. Hasil laporan Canalys menempatkan vivo berada di Top 3 brand smartphone di Indonesia dengan market share 19%. Peningkatan pasar ini, mendorong vivo untuk terus memperkuat basis produksi di Indonesia dan menghadirkan produk berkualitas tinggi dengan pengujian produk yang ekstensif.
Sebagai informasi, sejak 2016 atau tahun ketiga setelah memasuki pasar Indonesia, vivo menunjukkan komitmen bisnis jangka panjangnya dengan membangun pusat produksi smartphone vivo di Cikupa, Tangerang, Banten. Pabrik itu menjadi salah satu pabrik vivo terbesar di dunia, selain China dan India.
Baca Juga
Menjadi basis produksi pertama smartphone vivo di Asia Tenggara, vivo mengelola seluruh rantai produksi dan pengujian untuk terus menyediakan produk dan layanan berkualitas tinggi kepada pengguna di Indonesia.
Advertisement
Proses produksi ketat dengan pengujian multi-level
Di area produksi vivo di Cikupa, ada dua bagian untuk setiap lini, yaitu perakitan dan pengujian. Perakitan bagian dilakukan secara cepat dengan standar waktu tertentu untuk menyelesaikan setiap bagian pekerjaannya. Selain itu, setiap komponen yang dirakit diperiksa dengan mesin pengujian super kompleks yang terintegrasi dengan jaringan intranet untuk melacak hasil secara online. Sistem ini juga memastikan bahwa hanya produk yang lolos tahap pertama dari pos uji yang dapat melanjutkan ke pos uji berikutnya.
Serangkaian pengujian dilakukan pada beberapa tahapan, termasuk pengujian konsumsi arus, audio, MMI (kartu SIM/inframerah/sensitivitas/tombol/sensor gravitasi/kompas). Kemudian dilanjutkan dengan pengujian kamera, komunikasi radio atau jaringan, GPS dan Wifi.
Area pengujian lainnya dikhususkan untuk pengujian keandalan smartphone. Terdapat deretan rak di dalam ruangan dengan ratusan slot yang dilengkapi dengan jalur pengisian untuk menguji daya tahan baterai setiap unit smartphone yang dihasilkan dari rangkaian lini produksi.
Setelah itu, smartphone menjalani uji fitur, antara lain uji kamera depan dan belakang, sensor autentikasi sidik jari, dan fitur lain yang disematkan. Uji fitur ini merupakan tahap akhir dari rangkaian pengujian sebelum smartphone memasuki tahap pengemasan.
Bagi vivo, tahap pengemasan juga merupakan bagian penting dari proses produksi smartphone. Pengemasan dengan bahan berkualitas merupakan sentuhan akhir vivo dalam mengapresiasi inovasi produk yang dilakukan melalui serangkaian proses kompleks di pabrik. Setiap smartphone vivo akan diperiksa ulang untuk buku manual tambahan, penimbangan unit, dan penyegelan produk akhir untuk pengemasan.
Advertisement
Cara vivo ciptakan produk berkualitas dunia
Struktur perangkat keras dari setiap seri smartphone vivo harus diuji di Lab Kontrol Kualitas (QCLab) secara intensif sebelum dan di tengah produksi massal. Sampel ponsel cerdas akan melalui serangkaian pengujian ekstensif, seperti memeriksa daya pada penggunaan tinggi (bersamaan menjalankan beberapa aplikasi), ketahanan terhadap suhu panas (50 -75 derajat celcius) dan suhu dingin (hingga -20 derajat celcius), dan uji paparan air.
Selain itu, dengan mensimulasikan kondisi colokan dan port pengisian daya, sampel smartphone harus melalui ribuan uji ayunan, uji colokan dan cabut kabel pengisi daya secara manual dan otomatis oleh penguji profesional.
Selanjutnya di area QCLab, smartphone juga menjalani uji jatuh menggunakan mesin khusus yang akan memutar unit ratusan kali untuk menguji ketahanan tubuh. Uji jatuh pada tahap ini adalah jatuh bebas atau tanpa menyesuaikan posisi dan letak jatuhnya. Setiap kali melewati puluhan kali uji jatuh bebas, dilakukan pengecekan kondisi unit sebelum pengujian untuk putaran selanjutnya. Selain jatuh bebas, berbagai jenis mesin uji jatuh juga akan menguji ketahanan setiap sisi desain smartphone yang dijatuhkan ribuan kali di setiap sisi.
Sejalan dengan pengembangan portofolio produk berbagai seri dan pertumbuhan pengguna vivo di Indonesia, vivo melakukan ekspansi pabrik guna mendukung peningkatan kapasitas produksi. Berawal dari satu unit gedung, pusat produksi vivo kini mencakup dua kompleks dengan kapasitas produksi ratusan ribu unit per bulan pada tahun 2020.
"Melalui ekspansi basis produksi serta fasilitas QCLab independen, kami ingin memenuhi kebutuhan konsumen setia vivo di tanah air dengan rangkaian produk berkualitas yang telah melalui uji dengan standarisasi global. Ini merupakan salah satu bentuk komitmen kami dalam memberikan pengalaman produk yang memuaskan bagi konsumen dari tahap produksi hingga purna jual,” ujar Edy Kusuma, Senior Brand Director vivo Indonesia.
Smartphone-smartphone vivo buatan Indonesia telah melalui proses produksi yang diawasi oleh para ahli. Fasilitas sentra produksi mandiri vivo juga telah memenuhi persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan menjadi perpanjangan tangan vivo dalam menjaga komponen dan produk akhir secara keseluruhan selalu dalam standar kualitas terbaik.
(*)