Top 3 Tekno: Celah Keamanan Zoom Jadi Sorotan

Oppo Indonesia mengaku sedang melakukan berbagai persiapan untuk memindahkan produksi ke pabrik barunya di Bayur, Tangerang, Banten.

oleh Iskandar diperbarui 17 Agu 2022, 11:41 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2022, 11:41 WIB
Ilustrasi aplikasi Zoom
Ilustrasi aplikasi Zoom. (Photo by iyus sugiharto on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Celah keamanan di aplikasi Zoom bisa dimanfaatkan hacker untuk menyerang sistem operasi macOS. Berita ini menjadi sorotan para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Selasa (16/8/2022) kemarin.

Informasi lain yang juga populer datang dari Kominfo yang meluncurkan 58 buku Literasi Digital bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.

1. Peneliti Temukan Celah Keamanan Zoom yang Bisa Jadi Akses Hacker Retas macOS

Peneliti keamanan Mac melaporkan ada celah keamanan di aplikasi Zoom yang bisa dimanfaatkan hacker untuk menyerang sistem operasi macOS. Adalah peneliti keamanan Patrick Wardle yang melaporkan temuan tersebut dalam konferensi tahunan DefCon.

Dikutip dari Engadget, Selasa (16/8/2022), Patrick melaporkan celah keamanan ini ditemukan pada fitur pemeriksaan keaslian aplikasi. Biasanya, fitur ini berfungsi untuk mengecek integritas pembaruan yang akan dinstal dan memastikan pembaruan itu adalah Zoom versi terkini.

Dengan kata lain, fitur ini memiliki tugas untuk memblokir apabila ternyata fungsi pembaruan otomatis mengunduh versi aplikasi yang lebih lama. Namun, Wardle menemukan hacker dapat melewati pemeriksaan ini dengan mengubah nama file malware mereka.

Dengan cara tersebut, hacker dapat mendapatkan akses root dan mengontrol perangkat Mac korbannya. Bug ini sebenarnya sudah diungkapkan ke Zoom pada Desember 2021 dan diatasi, tapi perbaikan yang diluncurkan ternyata mengandung bug lain.

Kerentanan kedua yang ditemukan Patrick adalah penyerang dimungkinkan menghindari perlindungan yang diatur Zoom ketika melakukan update otomatis, sehingga aplikasi malah menerima versi yang lebih lama.

Zoom mengaku masalah itu juga sudah berhasil diatasi, tapi Patrick dalam laporannya juga menemukan kerentanan lain. Dia menemukan adanya celah yang memungkinkan penyerang menyisipkan kode berbahaya di waktu antara verifikasi penginstal otomatis dan proses instalasi.

Baca selengkapnya di sini

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kominfo dan GNLD Siberkreasi Rilis 58 Buku Literasi Digital

Ilustrasi Literasi Digital
Ilustrasi Literasi Digital (Liputan6.com/Trie Yasni)

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi berbagai mitranya meluncurkan 58 buku Literasi Digital. Ada tujuh mitra yang berkolaborasi dalam peluncuran ke-58 buku ini.

Para mitra tersebut adalah CfDS (Center for Digital Society), Universitas Gadjah Mada, Common Room, Hipwee, Klinik Digital UI, ICT Watch, Mafindo, dan Relawan TIK.

Peluncuran 58 buku literasi digital ini diselenggarakan dengan tujuan agar masyarakat bisa menggunakan buku-buku tersebut untuk pendidikan. Buku-buku yang sudah diluncurkan bisa diunduh secara bebas dan gratis di situs literasidigital.id.

Mengutip keterangan Kominfo, Selasa (16/8/2022), berdasarkan survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang dilakukan Kominfo dan Katadata Insight Center pada 2021, Indonesia masih berada di kategori "sedang" dalam hal kapasitas literasi digital. Angkanya ada di skor 3.49 dari 5 poin.

Mengingat tingkatan literasi digital yang masih ada di tingkat "sedang", Kominfo bekerja sama dengan Siberkreasi dan mitra-mitra meluncurkan ke-58 buku Literasi Digital.

Dewan Pengarah Siberkreasi, Donny Budi Utoyo, menyebut toleransi yang ada saat ini merupakan hasil dari tingkat literasi digital serta kebebasan berekspresi. Menurutnya, tingkat toleransi akan makin tinggi jika apresiasi dan etika ada saat orang berpendapat.

"Kebebasan berekspresi ini tidak bisa dipisahkan dengan etika dan toleransi. Mereka ini harus jadi satu. Jika tidak, bisa menimbulkan masalah, bahkan bisa berujung ke ranah hukum. Alangkah indahnya jika ada perbedaan pendapat, berikan juga tempat untuk berdiskusi secara baik," tutur Donny.

Baca selengkapnya di sini 

Populasi Android 12 Cuma 13 Persen dari Smartphone yang Beredar

Ilustrasi Android 12. Dok: androidpolice.com
Ilustrasi Android 12. Dok: androidpolice.com

Sistem operasi Android 13 bakal segera hadir di smartphone. Google pun mengungkapkan tingkat adopsi sistem operasi sebelumnya.

Mengutip Gizchina, Selasa (16/8/2022), populasi OS Android 12 ternyata hanya 13,3 persen dari jumlah perangkat Android yang beredar. Rupanya, perangkat Android yang beredar banyak yang tidak bisa di-upgrade ke OS Android 12.

Sekadar informasi, April lalu, Android 12 hanya berjalan di 2,6 persen perangkat. Padahal saat itu sudah beberapa bulan berlalu sejak peluncuran resminya.

Lambatnya adopsi Android 12 disebabkan dua hal. Pertama, update Android terbaru tersedia langsung di Pixel dan hal ini belum tentu terjadi di smartphone dari produsen lainnya.

Smartphone dari produsen lain kerap menunggu beberapa bulan sebelum menawarkan update OS Android kepada penggunanya, dengan penyesuaian antarmuka mereka sendiri.

Ditambah lagi, banyak pengguna yang enggan menginstal update OS Android terbaru. Alasannya beragam, ada yang takut ponselnya terdampak bug yang membuat kinerja lambat.

Sekadar informasi, Android 13 bakal dirilis pada bulan depan. Oleh karenanya, Google berpeluang besar untuk mengambil stok Android 12 yang sudah dirilis tahun lalu untuk berganti ke Android 13.

Baca selengkapnya di sini 

Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)

Beragam Model Kejahatan Siber
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya