Pendaftaran Program Grab Velocity Ventures Batch 5 Telah Dibuka

Grab dan BRI Ventures kembali meluncurkan program akselerator Grab Ventures Velocity Batch 5 x Sembrani Wira

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 26 Jun 2022, 11:00 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2022, 11:00 WIB
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Grab dan BRI Ventures kembali meluncurkan program akselerator Grab Ventures Velocity Batch 5 x Sembrani Wira. Program ini melanjutkan kerja sama antara Grab dengan BRI Ventures yang sudah terjalin sejak 2021.

Alpha JWC Ventures sebagai salah satu VC terkemuka di Asia Tenggara juga ikut berkolaborasi dalam program ini. Untuk tahun ini, tema yang diangkat adalah 'Preparing Indonesia's Startups for Post-Pandemic Market'.

Dengan tema tersebut, program ini diharapkan dapat membekali startup Tanah Air dengan kemampuan dan keterampilan untuk menjadi lebih tangguh, sehingga dapat membangun bisnis yang berkelanjutan.

Pendaftaran program GVV Batch x Sembrani Wira dibuka sejak 21 Juni hingga 22 Juli 2022. Nantinya, startup terpilih akan mengikuti program intensif selama 12-16 minggu.

Program intensif yang ditawarkan mencakup rangkaian workshop, mentorship, networking dengan VC, uji coba ide atau produk dalam ekosistem Grab (pilot), termasuk kesempatan melanjutkan kerja sama dengan Grab dan akses pendanaan.

"Melalui program GVV Batch 5 x Sembrani Wira, Grab tidak hanya memberikan sesi mentorship dan workshop serta akses ke pendanaan, tapi juga kesempatan bagi para founders menguji coba ide atau produk mereka dalam ekosistem Grab," tutur Country Managing Director of Grab Indonesia, Neneng Goenadi dalam keterangan resmi yang diterima, Minggu (26/6/2022).

Program akselerator Grab GVV angkatan kelima ini akan menargetkan startup di dua sektor, yakni SME Enablement (Pemberdayaan UMKM) dan Direct to Consumers (D2C), mengingat pengembangan UMKM Tanah Air menjadi salah satu fokus utama Grab.

Oleh sebab itu, layanan yang dapat mendukung pemberdayaan UMKM seperti Point of Sales (POS), Customer Relationship Management, e-Commerce enablement, Software as a Service (Saas) masih menjadi prioritas pada tahun ini.

Sementara startup dengan model bisnis D2C juga diprediksi menjadi salah satu sektor yang memiliki potensi besar. Hal ini dapat dilihat dari tren menjamurnya bisnis baru, seperti Food and Beverage, Beauty, Fashion yang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ramai PHK Startup, Menkominfo Minta Mereka Perhatikan 3 Aspek Ini Agar Bisnis Tetap Bertahan

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate saat memberikan keterangan soal kabar dampak 5G terhadap keselamatan penerbangan (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate saat memberikan keterangan soal kabar dampak 5G terhadap keselamatan penerbangan (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Di sisi lain, belakangan ini badai PHK tengah menghantam industri startup digital. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menilai bahwa keberlanjutan bisnis saat ini menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh para pelaku perusahaan rintisan atau startup digital.

Maka dari itu, Menkominfo Johnny G. Plate mengatakan, para pelaku startup digital perlu memperhatikan tiga aspek tata kelola agar perusahaan tidak mengalami masalah.

"Ketiga aspek itu yakni prinsip usaha atau product dan service, skema pembiayaan, dan manajemen," kata Johnny dalam sebuah dialog pada Selasa malam, dikutip dari siaran pers, Kamis (16/6/2022).

Menurut Menkominfo, apabila tiga aspek tersebut tidak dikelola dengan baik, maka perusahaan akan mengalami masalah. Johnny menegaskan, penerapan prinsip usaha merupakan kunci keberlanjutan di semua sektor.

"Kalau soal PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) itu terjadi di semua jenis usaha yang tidak dipersiapkan dengan baik, apakah itu startup digital atau startup non-digital, sama saja," kata Johnny.

"Karena apa? Prinsip-prinsip usaha, kan harus menyiapkan product maupun service-nya dengan betul, punya skema pembiayaan yang memadai apakah itu ekuitas atau kombinasi dan debt person-nya (hutang), serta para sponsor (founders) dengan manajemen," imbuhnya.

Lebih lanjut kata Johnny, ketika perusahaan mengalami masalah, penyelesaian pertama yang paling mudah dilakukan dengan layoff atau pengurangan karyawan. Padahal menurutnya, karyawan bukan lagi aset melainkan capital untuk suatu usaha.

"Makanya isu layoff ini begitu sensitif di saat sekarang. Apalagi isu layoff dikaitkan dengan startup bubble (gelembung startup)," kata Johnny.

Pemerintah Siapkan Pendampingan

Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Menkominfo pun mengatakan, pemerintah juga menyiapkan pendampingan agar ekosistem startup digital tetap tumbuh dan berkembang.

Menurutnya, pemerintah bersama dengan operator telekomunikasi tengah giat membangun infastruktur digital di level hulu atau upstream. Hal itu ditujukan agar masyarakat bisa mengoptimalkan ruang digital.

"Justru saat ini giat-giatnya melaksanakan deployment ICT Infrastructure upstream. Tujuannya untuk mengajak masyarakat digital onboarding dalam rangka memanfaatkan downstream digital space," kata Johnny.

Selain itu, startup digital berada dalam ekosistem digital downstream. Dengan pembangunan infrastruktur digital, peluang ekonomi digital akan berkembang dengan baik.

"Nah pada saat kita membangun infrastruktur TIK dengan berusaha untuk membangun downstream digital kita. Saat potensi digital economy kita yang begitu besar, maka disinilah perlu tata kelola dengan baik," kata Johnny menjelaskan.

Johnny mengatakan, pemerintah memberikan kepastian untuk mengurus soal regulasi. Namun di satu sisi, yang paling penting menurutnya, para pendiri juga harus melihat apakah layanan dan produk yang dihasilkannya relevan atau tidak.

Aspek Produk dan Layanan

Ilustrasi berpikir | Startup Stock Photos dari Pexels
Ilustrasi berpikir | Startup Stock Photos dari Pexels

Johnny pun menekankan agar aspek produk dan layanan lebih diperhatikan. Kemudian, perusahaan akan bisa menciptakan pembiayaan cadangan, termasuk capital venture dan sponsor serta manajemen.

"Jika produk maupun services-nya bagus, maka perusahaan itu bisa menciptakan financing backup (pembiayaan cadangan). Termasuk melalui capital venture dan sponsornya itu sendiri, serta manajemennya," kata Menkominfo.

"Tiga aspek itu yang bisa berhadapan dengan munculnya startup yang banyak," Menkominfo menambahkan. Selain itu, pembahasan startup digital juga secara prinsip dinilai terkait dengan technology company atau perusahaan teknologi.

"Begitu ngomong technology company, jangan kita lihat yang besar-besar saja, justru kita perlu menggalangnya dengan membangun inovasi dan kreativitas putra-putri Indonesia," kata Johnny.

Maka dari itu, menurut Johnny, pendampingan idea generation founders startup digital dianggap penting.

"Mereka punya gagasan atau ide yang bagus, punya alur pikir teknologi yang baik. Hal yang dibutuhkan para founders adalah teknologinya, funding (pembiayaan), dan manajemen. Pendampingan itu yang harus diberikan agar bertumbuh dan berkembang," ujarnya. 

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya