GSMA Prediksi Cakupan 5G Akan Dipercepat di Wilayah Asia Pasifik

Laporan GSMA terbaru memperkirakan adopsi 5G akan dipercepat di seluruh kawasan Asia Pasifik mengingat jaringan ini telah tersedia secara komersial di 14 pasar.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 08 Jul 2022, 17:30 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2022, 17:30 WIB
Jaringan HP 4G dan 5G
Ilustrasi Foto Jaringan Telpon Seluler atau HP 4G dan 5G. (iSrockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - GSMA telah menerbitkan laporan terbarunya berjudul Mobile Economy Asia Pacific 2022. Laporan ini memberikan gambaran terperinci tentang adopsi internet seluler di kawasan Asia Pasifik.

Diketahui, dari laporan tersebut, jaringan broadband seluler sudah mencakup sekitar 96 persen dari populasi Asia Pasifik. Namun, hanya 44 persen (1,23 miliar pengguna) dari populasi kawasan ini yang menggunakan layanan internet seluler.

Ketimpangan ini disebut terjadi karena kurangnya keterampilan digital, keterjangkauan, dan masalah keamanan online. Padahal, dalam keterangan resmi yang diterima dari GSMA, Jumat (8/7/2022), teknologi dan layanan seluler terus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi Asia Pasifik.

Menurut laporan, teknologi dan layanan seluler menghasilkan 5 persen dari PDB di kawasan ini pada 2021, setara dengan nilai ekonomi sebesar USD 770. Ekosistem ini juga mendukung sekitar 8,8 juta pekerjaan pada 2021 dan berkontribusi besar bagi pendanaan sektor publik, dengan nilai sekitar USD 80 miliar dari perpajakan. 

Lalu, laporan ini juga menyebut adopsi 5G akan dipercepat di seluruh kawasan Asia Pasifik. Terlebih, jaringan 5G telah tersedia secara komersial di 14 pasar, termasuk di India dan Vietnam yang akan meluncur dalam beberapa bulan mendatang.

"Pada tahun 2025, akan ada lebih dari 400 juta koneksi 5G, setara  dengan lebih dari 14 persen dari total koneksi seluler di dunia," tulis laporan tersebut. Perkembangan 5G yang lebih maju di Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura juga diperkirakan akan menyumbang 55 persen dari koneksi di negara tersebut pada 2025.

Selain 5G, laporan ini juga menyoroti soal perkembangan metaverse termasuk penggunaan 5G di wilayah Asia Pasifik. Terlebih, badan pemerintah di kawasan ini telah menguraikan rencana memanfaatkan potensi platform untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan publik.

Salah satunya adalah Korea Selatan yang berencana untuk membelanjakan USD 186,7 untuk menciptakan ekosistem metaverse-nya. Lalu, otoritas pariwisata juga akan memanfaatkan teknologi tersebut untuk meningkatkan pariwisata di negara tersebut.

Lewat laporan ini, GSMA juga menyorot pembuat kebijakan dan regulator untuk mendorong pertumbuhan sekaligus inovasi dengan membuat peraturan berwawasan ke depan yang fleksibel untuk mendukung penyebaran dan operasi jaringan seluler.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Teknologi 5G Private Network Beri Perubahan Besar Bagi Sektor Industri

Jaringan HP 4G dan 5G
Ilustrasi Foto Jaringan Telpon Seluler atau HP 4G dan 5G. (iSrockphoto)

Di sisi lain, Revolusi Industri 4.0 kini dijalankan oleh banyak negara maju dan berkembang. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara meningkatkan daya saing di pasar global.

Revolusi Industri 4.0 mencakup beragam pemanfaatan teknologi canggih, mulai dari kecerdasan buatan, Internet of Things (IoT), wearables, robotika canggih, hingga 3D printing.

Bagi Indonesia, Revolusi Industri 4.0 memberi peluang untuk merevitalisasi sektor manufaktur dan upaya mempercepat pencapaian visi Indonesia menuju 10 besar ekonomi dunia pada 2030.

Dalam implementasi berbagai teknologi canggih meliputi peningkatan otomatisasi, komunikasi machine to machine, human to machine, AI, hingga pengembangan teknologi berkelanjutan, ada empat faktor dasar penggerak. Mulai dari peningkatan volume data, daya komputasi, konektivitas, dan peningkatan kemampuan analitis dan bisnis intelijen.

Kehadiran teknologi 5G pun diperkirakan memberi perubahan besar bagi industri Indonesia di tengah Revolusi Industri 4.0. Karena jaringan telekomunikasi 5G bisa mentransfer data lebih besar, cepat, stabil, dan aman, makin banyak perangkat terhubung ke internet dan meningkatkan otomatisasi industri.

Direktur Telekomunikasi, Ditjen PPI Kemkominfo Aju Widya Sari menyebut, implementasi 5G tidak hanya sekadar peningkatan kecepatan transfer data, tetapi juga membuka kemungkinan banyak layanan dan peluang use case baru.

"Misalnya di segmen konsumen (B2C) dan enterprise (B2B), sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan perekonomian nasional," kata Aju, dikutip dari keterangan, Kamis (9/6/2022).

Dukung Layanan Machine To Machine

Ilustrasi Industry 4.0. Freepik
Ilustrasi Industry 4.0. Freepik

Ia mengatakan, karakteristik 5G memang banyak mempromosikan mobile broadband, namun tujuan utamanya adalah networks slicing. Menurut Aju, teknologi 5G mendukung layanan machine-to-machine dan low latency yang bisa dimanfaatkan untuk aplikasi atau layanan lain dalam mendukung industri.

Meski begitu, penggunaan teknologi 5G untuk mendukung machine to machine tentu memiliki banyak sekaligus kesempatan. Salah satu tantangannya adalah tidak mudah mengelola jaringan kompleks, di mana banyak perangkat saling terhubung dan lalu lintas data yang besar dan cepat agar terus bekerja optimal.

VP Network Architecture and Design Telkomsel Marfani Hasan menyebut, ekosistem Indonesia belum sepenuhnya siap mengadopsi 5G. Namun pihaknya berupaya mengadakan workshop maupun sosialisasi terkait manfaat 5G.

"Dengan edukasi yang benar, penerapan teknologi diharapkan bisa memberi dampak signifikan bagi industri, masyarakat, maupun efisiensi Telkomsel," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, Telkomsel berupaya mendorong proyek-proyek katalis 5G. Salah satunya yang dilakukan bersama Freeport dan ke depan Ibu Kota Negara.

Tingkatkan Produktivitas

"Ke depannya kami akan mengembangkan beberapa hal yang memungkinkan di sana membutuhkan jaringan kuat 5G untuk industri," katanya.

Agar lebih optimal, industri bisa memanfaatkan penggunaan teknologi 5G Private Network yang bisa mengatasi masalah bandwidth untuk kasus penggunakan latensi rendah, misalnya untuk IoT industri robotika, kontrol penuh atas data, keamanan, dan jaringan.

5G Private Network dirancang untuk tujuan tertentu yang memungkinkan perusahaan memiliki kendali penuh untuk mendorong peningkatan kualitas, produktivitas, otomasi, dan efisiensi di dalam operasional industri karena bisa disesuaikan dengan kebutuhan pabrik.

Country Director Qualcomm Indonesia, Shannedy Ong, mengatakan, 5G Private Network adalah jaringan spesial dengan waktu pemasaran yang jauh lebih hemat biaya, terukur, dan lebih cepat. Jaringan tersebut akan membantu perusahaan dan semua lini industri untuk menuju transformasi digital.

Contohnya Qualcomm menjadi mitra Microsoft yang membawa E2E 5G Private Network komersial yang terintegrasi dari perangkat terhubung di edge ke jaringan RAN dan Core, solusi chip to cloud pertama di industri. 

"Saat ini penerapan teknologi 5G untuk penggunaan komersial sudah menjadi mainstream, mengingat 5G membawa perubahan signifikan," katanya.

Secara global, kata Shannedy, ada 850 juta orang yang baru pertama kali punya akses ke internet. Hal ini dinilai sangat potensial.

"Kalau kita bisa menangkap potensi ini, bisa membawa perubahan yang signifikan sebesar USD 3,3 triliun menambah GDP global pada 2032," katanya.

Sekadar informasi, saat ini telah banyak muncul kawasan industri yang terintegrasi pusat komersial dan pemukiman. Kecanggihan teknologi IoT pun mendukung menjadikan kota industri pintar, mengantisipasi salah satu tren industri global, yakni peningkatan otomatisasi dan data exchange dalam proses manufaktur dan jaringan andal.

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya