Konferensi Jurnalisme Data dan Komputasi Pertama di Asia Tenggara Resmi Digelar

Konferensi pertama di Indonesia dan Asia Tenggara ini dirancang untuk mempopulerkan jurnalisme data dan komputasi kepada jurnalis, mahasiswa dan juga dosen Jurnalistik di Indonesia.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 27 Jul 2022, 12:15 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2022, 12:15 WIB
Konferensi Jurnalisme Data dan Komputasi Pertama di Asia Tenggara
Konferensi Jurnalisme Data dan Komputasi Pertama di Asia Tenggara. (Liputan6.com/ Pramita Trististiawati)

Liputan6.com, Jakarta - Acara Data and Computational Journalism Conference Indonesia (DCJ-CI) yang digelar mulai dari 27 Juli hingga 30 Juli 2022 menjadi ajang pertukaran data antar jurnalis di dalam dan luar negeri, para praktisi dan penggiat jurnalis di Indonesia.

Konferensi pertama di Indonesia dan Asia Tenggara ini dirancang untuk mempopulerkan jurnalisme data dan komputasi kepada jurnalis, mahasiswa dan juga dosen Jurnalistik di Indonesia.

"Iya, kami panitia berharap, dari konferensi ini bisa jadi ajang pembelajaran dan pertukaran pengetahuan jurnalisme data dan komputasi, antara praktisi dan edukator dari Indonesia ataupun luar negeri," ungkap Project Officer DCJ-CI 2022, Utami Diah Kusumawati, Rabu (27/7/2022).

Dari ilmu yang diberikan selama empat hari konferensi, juga bisa membekali para jurnalis dengan keahlian dan pengetahuan terkini, demi mencegah terjadinya disinformasi, khususnys di era digital.

Para ahli dan praktisi di bidang jurnalisme data dan komputasi yang bergabung terdiri dari berbagai negara. Seperti Amerika Serikat, Inggris, Malaysia, Singapura, Swedia, Australia, Nepal, juga termasuk dari Indonesia sendiri.

Konferensi akan dibagi menjadi enam panel diskusi interaktif, 14 seminar bedah proyek, serta ada enam pelatihan. Baik dilakukan secara online ataupun offline di Universitas Multimedia Nusantara (UMN).

"Kemarin antusias pesertanya sangatlah tinggi, terakhir pada saat penutupan registrasi DCJ-CI 2022 ada 1.205 peserta yang mendaftar. Dan itu bukan hanya dari jurnalis sebagai sasaran utama kami, melainkan peserta datang juga dari mahasiwa, dosen hingga pegawai lembaga pemerintahan Indonesia," tutur Utami.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Praktisi Jurnalis di Indonesia Harus Upgrade Ilmu dan Skill

Sementara pada rangkaian hari pertama DCJ-CI 2022 akan membedah proyek oleh The Gecko Project menggunakan data, dan machine learning dalam investigasinya bersama BBC san Mongabay.

Adapun bedah kasus yang dilakukan terkait plasma perusahaan kelapa sawit Indonesia dan dampaknya bagi masyarakat desa.

Lalu, diisi juga dengan praktik-praktik langsung jurnalisme data dan penggunaan teknologi terbaru. Baik melalui pelatihan, seminar, hingga bedah proyek lainnya.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor UMN Ninok Leksono mengungkapkan, sudah saatnya praktisi jurnalis di Indonesia terus meng-upgrade ilmu dan skill diri demi profesional pekerjaan di lapangan.

"Jadi, profesi yang sudah tua, sudah dipersimpangan jalan itu coba disegarkan dengan skill baru. Sehingga wartawan mampu mengetahui dan membuat data akurat dan komputasi," tutur Ninok.

(Pramita Trististiawati/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya