Liputan6.com, Jakarta - Sekjen Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Marwan O Baasir menyebut tidak ditemukan adanya akses ilegal (data breach) atas data registrasi kartu SIM prabayar di jaringan masing-masing operator.
Hal ini diungkapkan Marwan usai seluruh operator telekomunikasi anggota ATSI melakukan investigasi dan penelusuran terkait dugaan kebocoran data registrasi kartu SIM prabayar.
Baca Juga
Hasil Quick Count Pilkada Jateng dari 3 Lembaga Survei, Luthfi-Taj Yasin Unggul Sementara
7 Potret Netizen Korban Tinta Pemilu Ini Bikin Ngakak, Santai Meski Belepotan
Lika-liku Ridwan Kamil dalam Pilgub Jakarta 2024, Sering Dihujat karena Rendahkan Martabat Perempuan hingga Cuitan Lawasnya Dibongkar
Sebelumnya, username Bjorka menjual database berisi 1,3 miliar rekam data terkait registrasi kartu SIM prabayar yang diperoleh dari server Kemkominfo, di forum online.
Advertisement
"Hasil investigasi ATSI telah dilaporkan kepada Kementerian Kominfo hari ini, Kamis 8 September 2022," kata Marwan, dalam pernyataan ATSI, Kamis (8/9/2022).
Lebih lanjut Marwan menyebut, seluruh penyelenggara telekomunikasi telah menerapkan sistem pengamanan informasi sesuai standar ISO 27001 yang disyaratkan dalam Peraturan Menkominfo No 5 Tahun 2021. Permenkominfo tersebut mengatur tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi pasal 168 ayat 5. Dalam hal ini, operator bertanggung jawab sebagai pengendali data.
Marwan menegaskan, seluruh operator telekomunikasi patuh pada aturan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku terkait keamanan dan kerahasiaan data.
Ia pun menjabarkan, sesuai ketentuan PM 5/2021, operator telekomunikasi wajib melakukan registrasi pelanggan jasa telekomunikasi melalui validasi identitas pelanggan ke server kependudukan milik Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri.
Adapun data pelanggan aktif yang dilaporkan adalah MSISDN (nomor telepon), NIK, No KK, dan tanggal registrasi, sesuai dengan format yang disyaratkan Kominfo.
Minta Masyarakat Tidak Panik
Kepada masyarakat, ATSI dan operator mengimbau agar tetap tenang dan tidak perlu khawatir karena operator menjamin keamanan data pelanggan.
Marwan juga menyebut, ATSI bersama seluruh anggotanya siap bekerja sama dan mendukung sepenuhnya upaya pemerintah dan pihak berwenang lainnya dalam menginvestigasi dugaan kebocoran data registrasi pelanggan jasa telekomunikasi.
Operator Diminta Telusuri
Sebelumnya, Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika) mengaku telah melakukan rapat koordinasi (rakor) bersama operator seluler, Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Ditjen PPI Kementerian Kominfo, BSSN, dan tim Cyber Crime Polri--terkait dugaan kebocoran data registrasi SIM Prabayar.
"Kami baru melakukan rakor, karena data-data yang muncul di publik itu terkait NIK dan nomor. Untuk itu, kami memanggil operator seluler, Dukcapil, BSSN, dan Ditjen PPI," tutur Dirjen Aptika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan dalam konferensi pers yang digelar, Senin (5/9/2022).
Advertisement
Cari Sumber Kebocoran Data
Pria yang akrab disapa Semmy itu menuturkan pihaknya masih mencari tahu sumber kebocoran data tersebut karena isu ini merupakan ekosistem lintas sektor.
"Hingga sekarang, kami masih mencari data ini milik siapa. Ini dari operator atau dari Dukcapil karena ini ekosistem lintas sektor. Jadi, kami memberikan waktu pada mereka untuk melakukan pendalaman (penelusuran)," kata Semmy.
BSSN juga disebut akan membantu proses investigasi ini. Semmy memastikan, Kominfo tidak menyimpan data registrasi kartu SIM.
"Meski operator seluler diketahui memberikan laporan kartu aktif pada Kementerian Kominfo, data tersebut merupakan agregat, sehingga tidak menampilkan informasi terperinci," katanya memungkaskan.
Sebagai informasi, dugaan kebocoran data nomor HP Indonesia (registrasi SIM prabayar) ini diketahui pada pekan lalu. Berdasarkan tangkapan layar dari akun Bjorka di forum breached.to, data itu disebut berasal dari Kementerian Kominfo.
Data berukuran 87GB itu berisikan NIK, nomor ponsel, operator seluler yang dipakai, hingga tanggal registrasi. Pemilik akun Bjorka menawarkan 1,3 miliar data registrasi kartu SIM tersebut dengan harga USD 50.000 atau sekitar Rp 400 jutaan.
(Tin/Isk)