Indeks Literasi Digital Meningkat di 2022, Aspek Keamanan Perlu Jadi Perhatian

Kementerian Kominfo mencatat, secara umum terdapat peningkatan nilai indeksi literasi digital untuk aspek budaya dan etika digital

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 20 Feb 2023, 19:02 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2023, 18:00 WIB
Ilustrasi Internet, Digital, Gaya Hidu Digital
Ilustrasi Internet, Digital, Gaya Hidu Digital. Kredit: Nattanan Kanchanaprat via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan adanya kenaikan indeks literasi digital di Indonesia untuk tahun 2022. Namun, aspek keamanan digital masih membutuhkan perhatian lebih.

Tercatat dalam Survei Indeks Literasi Digital 2022, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Semuel A. Pangerapan menyatakan, kenaikan lebih dominan dalam aspek budaya digital dan etika digital.

"Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2022 terdapat peningkatan sekitar nol koma nol lima poin. Dari sebelumnya 3,49 sekarang sudah mencapai 3,54 angka agregat," kata Semuel di Jakarta Rabu pekan ini.

Mengutip siaran pers di laman resminya, Jumat (3/2/2023), menurut Semuel, secara umum terdapat peningkatan untuk aspek budaya dan etika digital.

"Sekarang ada di angka 3,48. Kemudian, untuk digital skill-nya masih berada di sekitaran 3,52. Etika digital juga mengalami peningkatan 3,68. Ini adalah hasil yang kita dapatkan dari tahun lalu kita adakan survei," katanya.

Mengenai aspek keamanan atau safety, Kementerian Kominfo mencatat bagian ini perlu menjadi perhatian, karena nilainya yang masih rendah, di angka 3,12.

"Makanya banyak fenomena di masyarakat seperti misalnya tertipu dan terperdaya oleh orang-orang yang punya niatan jahat," Semuel mencontohkan.

Kementerian Kominfo sendiri telah melakukan tiga kali survei Indeks Literasi Digital Nasional sejak tahun 2020. Ini bertujuan untuk mengetahui status literasi digital.

 

Tujuan Pengukuran Literasi Digital

Internet
Internet (sumber: Pixabay)

Semuel menjabarkan, hasil pengukuran dibagi sesuai wilayahnya. Menurutnya, memang ada perbedaan di wilayah-wilayah tertentu. "Kalau kita lihat misalnya di Jogja, literasi digital masyarakatnya 3,64. Begitu pula di Kalimantan Barat, jumlahnya sama," dia mengungkapkan.

"Ketiga adalah Kalimantan Timur dan keempat Papua Barat, masing-masing mendapat nilai 3,62. Selanjutnya, di urutan lima ada Jawa Tengah dengan tingkat literasi digital masyaraktnya sebesar 3,61," kata Semuel.

Hasil survei ini pun dianggap menunjukkan adanya upaya peningkatan literasi digital masyarakat di setiap provinsi, sesuatu yang dibutuhkan agar program literasi digital bisa tepat sasaran.

"Tujuan pengukuran ini untuk mengetahui pemahaman literasi digital masyarakat di Indonesia. Kita ingin tahu petanya di mana saja yang perlu dilakukan literasi digitalnya untuk ditekan lebih masif lagi," kata Semuel.

 

Dibagi ke Dalam Tiga Segmen

Ilustrasi anak-anak beraktivitas di dunia maya/di internet
Ilustrasi anak-anak beraktivitas di dunia maya/di internet. Kredit: Marc Thele via Pixabay

Untuk segmentasi, dijelaskan bahwa literasi digital terbagi ke dalam tiga segmen yaitu pendidikan, pemerintah (TNI dan Polri), serta masyarakat umum.

Tercatat, segmen pendidikan mendapatkan nilai 3,70. Sedangkan segmen pemerintahan di angka 3,74 dan di segmen masyarakat umum sebesar 3,50.

"Harapannya, kita bisa mengukur bagaimana tingkat literasi digital masyarakat dan kita bisa menyikapi bagaimana kita melakukan literasi kepada masyarakat," pungkas Semuel.

Hasil pemetaan literasi digital Indonesia merupakan penilaian terhadap kekuatan dan kelemahan tingkat kecakapan dan pengetahuan digital, sekaligus memberi gambaran mengenai kondisi dan peluang di tiap wilayah.

Jadikan Medsos Selayaknya Rumah

Ilustrasi instagram, kata-kata
Ilustrasi instagram, kata-kata. (Photo by NeONBRAND on Unsplash)

Beberapa waktu lalu, Instagram mengingatkan pentingnya literasi digital bagi para ibu dan anak, serta memperlakukan sebuah akun media sosial (medsos) selayaknya sebuah rumah di dunia nyata.

Putri Silalahi, Kepala Komunikasi Instagram Asia Tenggara mengatakan, kita tidak mungkin menyembunyikan anak dari teknologi informasi. Bukan tidak mungkin di sana mereka juga akan membangun karir atau mencari nafkah.

"Layaknya dunia nyata, di dunia maya pun akan selalu ada hal-hal jahat," kata Putri dalam INSPIRATO Sharing Session bertemakan "Ibu, Anak, dan Sosmed, Is Everything OK?" pada Kamis (22/12/2022).

"Jadi menurut kami, kuncinya adalah literasi digital. Kuncinya adalah memberi pengertian kepada anak mengenai apa yang mereka follow, apa yang mereka lihat, kemudian siapa yang mereka ajak interaksi," imbuhnya.

Tak hanya Instagram, di berbagai media sosial ada pilihan untuk memprivat suatu akun, sehingga yang melihat kontennya hanya orang-orang yang terpilih.

"Jadi kita menjadikan media sosial itu rumah kita sendiri. Jadi siapa yang kita izinkan masuk itu orang yang mempunyai izin dari kita," kata Putri.

(Dio/Ysl)

 

Infografis Journal
Infografis Journal Anak Berpotensi Jadi Pelaku dan Korban KDRT (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya