Netflix Jepang Tuai Kritik Karena Bikin Anime Pakai AI

Netflix Jepang mengklaim bahwa proyek anime yang dibuat dengan bantuan AI ini merupakan upaya untuk mendukung industri anime, yang mereka sebut kekurangan tenaga kerja

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 20 Feb 2023, 19:55 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2023, 13:00 WIB
The Dog and The Boy (Tangkapan layar YouTube Netflix Japan)
The Dog and The Boy (Tangkapan layar YouTube Netflix Japan)

Liputan6.com, Jakarta - Netflix Jepang hujan kritik dari warganet, usai mengumumkan sebuah proyek anime eksperimental yang digarap menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Proyek itu adalah sebuah film anime pendek berjudul The Dog and The Boy, yang dibarap oleh Netflix Anime Creators Base, pengembang teknologi rinna Inc., dan WIT Studio.

Melalui akun Twitter resminya @NetflixJP, dikutip dan diterjemahkan Selasa (7/2/2023), Netflix Jepang mengklaim bahwa proyek ini merupakan upaya untuk mendukung industri anime, yang mereka sebut kekurangan tenaga kerja.

"Sebagai upaya eksperimental untuk membantu industri anime, yang kekurangan tenaga kerja, kami menggunakan teknologi pembuatan gambar untuk gambar latar belakang semua potongan video berdurasi tiga menit!" tulis mereka.

Di akhir video juga ditunjukkan bagaimana animator manusia, selain terlibat untuk membuat latar belakang, juga merevisi hasil pekerjaan AI. Meski begitu, background designer dicantumkan sebagai "AI (+Human).

Tentu saja, banyak dari warganet Twitter yang mengkritik bahkan menghujat apa yang dilakukan oleh Netflix Jepang ini.

Kebanyakan mempertanyakan mengapa perusahaan tidak menambah pekerja seni manusia saja yang jumlahnya sebenarnya banyak di luar sana.

Ada yang mengungkapkan bahwa karya seni buatan AI sebenarnya diambil dari karya orang lain. Tidak sedikit pengguna Twitter yang menuding bahwa Netflix memakai AI, supaya tidak perlu membayar pekerja manusia.

Isu Penggunaan AI untuk Animasi

Ilustrasi kecerdasan buatan (1)
Ilustrasi kecerdasan buatan. (Sumber Pixabay/geralt via Creative Commons)

Penggunaan program AI untuk membuat animasi dan karya seni memang sedang hangat diperbincangkan belakangan, di tengah ramainya isu mengenai banyaknya platform kecerdasan buatan.

Meski begitu, isu mengenai AI untuk animasi sebenarnya sudah ada sejak lama. Bahkan di 2016, Hayao Miyazaki, co-founder dan sutradara di Studio Ghibli, juga sempat menyatakan responnya terhadap program animasi AI.

"Saya sama sekali tidak ingin memasukkan teknologi ini ke dalam pekerjaan saya," kata Miyazaki kepada para insinyur perangkat lunak yang datang untuk menunjukkan kreasi mereka kepadanya.

"Saya sangat merasa bahwa ini adalah penghinaan terhadap kehidupan itu sendiri," kata sutradara My Neighbor Totoro dan Spirited Away ini, seperti mengutip Engadget.

Anime The Boy and The Dog sendiri sudah bisa disaksikan melalui kanal YouTube Netflix Japan sejak 31 Januari 2023 yang lalu.

Getty Images Gugat Pembuat Alat Karya Seni AI

ilustasi seni rupa
ilustasi seni rupa (sumber: Pixabay)

Sebelumnya, perusahaan media visual Getty Images, pada awal pekan lalu menggugat Stability AI, perusahaan di balik alat pembuat karya seni berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) populer, Stable Diffusion.

Gugatan dilayangkan Getty Images melalui pengadilan London, dengan tudingan pelanggaran hak cipta.

Stability AI disebut "secara tidak sah menyalin dan memproses jutaan gambar yang dilindungi hak cipta dan metadata terkait yang dimiliki atau diwakili Getty Images tanpa lisensi untuk menguntungkan kepentingan komersial Stability AI dan merugikan pembuat konten."

"Getty Images percaya kecerdasan buatan memiliki potensi untuk merangsang upaya kreatif," tulis perusahaan dalam siaran persnya, seperti dikutip dari Engadget, Senin (23/1/2023).

Lebih lanjut disebutkan, mereka memberikan lisensi kepada inovator teknologi untuk tujuan terkait dengan pelatihan sistem kecerdasan buatan, dengan cara menghormati hak kekayaan pribadi dan intelektual.

"Stability AI tidak mencari lisensi semacam itu dari Getty Images dan sebagai gantinya, kami percaya, memilih untuk mengabaikan opsi lisensi yang layak dan perlindungan hukum sudah lama ada untuk mengejar kepentingan komersial mereka yang berdiri sendiri."

 

Tak Bikin Gambar Sendiri

ilustasi seni rupa  (sumber: Pixabay)
ilustasi seni rupa (sumber: Pixabay)

Rincian gugatan belum dipublikasikan. Namun CEO Getty Images Craig Peters, kepada The Verge mengatakan, tuntutan akan mencakup hak cipta dan pelanggaran Terms of Service (TOS) situs seperti web scraping.

Peters juga mengklaim, perusahaan tidak mencari ganti rugi finansial dalam gugatan terhadap platform AI ini, melainkan berharap membangun preseden menguntungkan untuk litigasi di masa mendatang.

Sebagai informasi, alat pengubah teks ke gambar dengan AI seperti Stable Diffusion, Dall-E, dan Midjourney, menggunakan basis data besar. Mereka tidak menciptakannya secara mandiri, melainkan belajar dari data-data gambar yang sudah ada sebelumnya.

Sebuah studi independen pada Agustus 2022 mencatat, sebagian besar data Stable Diffusion kemungkinan ditarik langsung dari situs Getty Images. Ini terlihat karena adanya kebiasaan alat itu, membuat ulang watermark dari Getty.

Sementara itu, perwakilan pers Stability AI belum mau berkomentar lebih lanjut, ketika dihubungi oleh The Verge. 

"Tim Stability AI belum menerima informasi terkait gugatan ini, jadi kami tidak bisa berkomentar," kata Angela Pontarolo.

(Dio/Isk)

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya