Liputan6.com, Jakarta - Sejak akhir tahun lalu, kata chuaks viral di berbagai media sosial, terutama TikTok dan Instagram. Bahasa gaul (slang) ini ramai digunakan anak muda dalam berbagai konten.
Secara umum, kata chuaks atau cuaks diucapkan di akhir kalimat atau pantun bernada sindiran. Video konten semacam ini pun mendapatkan perhatian dari banyak pengguna media sosial sehingga menjadi populer dan banyak diikuti kreator lainnya.
Baca Juga
Salah satu konten TikTok yang viral dan membuat istilah gaul ini semakin dikenal publik adalah akun milik @citayam.tv. Video tersebut menampilkan empat remaja perempuan yang mengungkapkan sindirannya atas berbagai hal terkait kehidupan remaja.
Advertisement
“Gaya elit, ekonomi sulit, chuaks. Dihargai lanjut, ga dihargai cabut, chuaks,” ujar beberapa remaja penggemar Citayam Fashion Week dalam postingan yang diunggah Kamis (16/2/2023) lalu.
Hingga kini, video tersebut sudah ditonton sebanyak 12 juta kali dan disukai oleh lebih dari 400 ribu pengguna TikTok.
Fenomena viralnya kata tersebut juga telah merambah ke akun Instagram Presiden Jokowi, pada unggahan gambar ilustrasi peringatan Hari Musik Nasional.
Meski telah banyak digunakan, rupanya tak sedikit orang yang masih bertanya-tanya tentang arti kata tersebut. Beberapa pembuat konten dengan kata chuaks ini bahkan tidak paham maksud dari istilah yang mereka ucapkan.
Jika kamu salah satunya, simak penjelasan tentang bahasa gaul viral yang sedang hits ini.
Arti dan Asal Mula Bahasa Gaul “Chuaks”
Istilah chuaks sebenarnya merupakan slang atau kata variasi yang berasal dari bahasa Indonesia, yaitu cuak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Cuak memiliki arti binatang pemikat untuk menangkap sesuatu. Selain itu, cuak juga berarti takut atau gentar dan mata-mata dalam perang.
Namun, kata tersebut berbeda dengan bahasa gaul yang tengah viral. Penggunaan dan pemaknaan chuaks tidak sama dengan yang tertera dalam KBBI. Jika melihat perkembangannya di kalangan pengguna media sosial, istilah chuaks dapat dikatakan memiliki arti negatif terhadap suatu gagasan.
Istilah ini sendiri mulanya dipopulerkan oleh Tretan Muslim dan Coki Pardede. Kedua Stand Up Comedian ini mengucapkan kata chuaks dalam konten YouTube-nya dan kemudian ramai digunakan para pengguna media sosial.
Dikonfirmasi oleh Tretan Muslim dalam sebuah video Podcast bersama Kemal Palevi, kata chuaks awalnya hanya berasal dari bunyi-bunyian tanpa arti yang diucapkan Muslim ketika malas menanggapi candaan Coki.
Menilik pengguna media sosial lainnya, beberapa mengartikan istilah tersebut sebagai pengganti kata-kata buruk, seperti bodoh. Namun, terdapat pula pemain game Mobile Legends: Bang Bang yang mengartikannya sebagai “kelas”.
Maka dari itu, kata chuaks sebenarnya tidak memiliki arti yang pasti. Orang-orang dapat menggunakan dan mengartikan kata ini dengan konteks yang berbeda-beda.
Advertisement
Chuaks sebagai Bahasa Gaul Anak Muda
Istilah chuaks juga telah menjadi bahasa gaul yang banyak diucapkan kalangan anak muda dalam bahasa pergaulan sehari-hari mereka.
Berdasarkan riset terbitan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia yang mulai populer pada tahun 1980-an karena remaja memiliki istilah-istilah tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri.
Mengutip dari laman Kemendikbud, Jumat (31/3/2023), walaupun kerap dianggap melanggar kaidah dan menjatuhkan integritas bahasa Indonesia, bahasa gaul justru memberikan keaktifan, daya ekspresi, dan cap kosmopolitan sehingga menjadi daya tarik bagi anak muda untuk mempelajari Bahasa Indonesia.
Apakah Penggunaan Bahasa Gaul Memengaruhi Perkembangan Bahasa Indonesia?
Generasi milenilal dan generasi Z sangat akrab dengan teknologi berbasis digital sehingga menjadi salah satu hal wajib untuk dikuasai. Penggunaan media sosial pun merupakan hal umum bagi kalangan muda untuk mendapatkan berbagai informasi.
Menurut Kemendikbud, anak muda saat ini lebih tertarik menggunakan bahasa gaul agar tetap eksis di media sosial. Akan tetapi, seorang Penyuluh di Kantor Bahasa Maluku, Rara Rezky Setiawati, menyatakan bahwa penggunaan bahasa di media sosial tidak harus selalu mengikuti tren.
“Kebiasaan menggunakan bahasa gaul akan membuat generasi milenial semakin sulit menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah kebahasaan, terutama dalam lingkungan formal,” tulis Rara dalam artikelnya yang diunggah di situs resmi Kemendikbud.
Maka, generasi muda perlu terus mendapatkan edukasi kebahasaan agar perkembangan bahasa gaul tidak mendominasi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai identitas negara.
Advertisement