Insinyur Google: Pengembangan AI oleh Raksasa Teknologi Bisa Dikalahkan Developer Open Source

Catatan karyawan Google yang bocor menuliskan bahwa keunggulan perusahaan teknologi besar dalam kecerdasan buatan menyusut dengan cepat dan dapat dikalahkan oleh pengembang open source.

oleh Dinda Charmelita Trias Maharani diperbarui 15 Mei 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2023, 14:00 WIB
Staf Google melakukan pemogokan di kantor pusat perusahaan Inggris di London pada 1 November 2018 sebagai bagian dari kampanye global atas penanganan pelecehan seksual oleh raksasa teknologi AS. Tolga Akmen/AFP
Staf Google melakukan pemogokan di kantor pusat perusahaan Inggris di London pada 1 November 2018 sebagai bagian dari kampanye global atas penanganan pelecehan seksual oleh raksasa teknologi AS. Tolga Akmen/AFP

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah catatan dari seorang insinyur Google bocor dan beredar di internet setelah diterbitkan di situs sebuah perusahaan riset teknologi SemiAnalysis. 

Catatan itu memuat klaim yang menjadikannya berita utama di beberapa forum AI (artificial intelligence) populer, seperti HackerNews dan MachineLearning Reddit. Sang pemilik menulis bahwa keunggulan perusahaan teknologi besar dalam kecerdasan buatan menyusut dengan cepat.

Menurut seorang juru bicara Google, memo itu asli tetapi merupakan pendapat salah satu karyawan senior dan tidak mewakili perusahaan. 

Pada catatan tersebut, pemiliknya menuliskan bahwa Google dan OpenAI tidak diposisikan untuk memenangkan perlombaan AI. Penulis menganggap para pengembang open source telah menjilat raksasa teknologi (BigTech). 

“Sementara model kami masih memiliki sedikit keunggulan dalam hal kualitas, kesenjangan (antara BigTech dan pengembang kecil) tersebut menutup dengan sangat cepat,” tulis memo itu, dikutip dari NBC News, Senin (15/5/2023).

Karyawan itu juga menulis bahwa Google dan Microsoft telah mengabaikan komunitas pemrograman dan perusahaan berkembang yang mengandalkan kode dan model AI open source. Komunitas dan perusahaan itu justru memanfaatkan komponen open source untuk membuat proyek kecil namun lebih efisien.

Menanggapi catatan tersebut, seorang pendiri OpenAI, Andrej Karpathy menyatakan bahwa lonjakan perusahaan kecil yang bergerak di bidang kecerdasan buatan mulai mengguncang industri teknologi. 

Untuk diketahui, open source merujuk pada kode perangkat lunak yang dirilis secara publik bagi siapa saja yang ingin membangun atau menyesuaikan software tersebut. Komunitas open source biasanya berkolaborasi untuk mengembangkannya. 

Tidak Semua Produk AI Membutuhkan Data yang Sangat Besar

Kecerdasan Buatan
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Dok: intersystems.com

Saat ini, pengembang open source memiliki tantangan pada seberapa banyak data yang dibutuhkan untuk melatih sistem AI. 

Akan tetapi, seorang programmer dan analis teknologi, Simon Willson, mengatakan kepada NBC News bahwa tidak semua produk AI perlu dibangun dengan kumpulan data yang sangat besar. Menurutnya, model kecil yang masih memiliki manfaat merupakan hal yang diperlukan komunitas ini.

Selain itu, ilmuwan komputer dan profesor di Georgia Tech, Mark Riedl, mengatakan bahwa BigTech yang menyerahkan keunggulan AI mereka kepada pihak kecil kemungkinan akan mendemokratisasi teknologi untuk kepentingan masyarakat.

Kendati demikian, open source juga dapat disalahgunakan pemrogram tidak bertanggung jawab untuk hal yang berbahaya seperti kejahatan siber. 

AI Membuat Penipuan Lebih Sulit Dikenali

[Bintang] Steve Wozniak
Steve Wozniak. Foto: via technmarketing.com

Di sisi lain, salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak, memperingatkan potensi bahaya yang ditimbulkan kecerdasan buatan.

Teknologi yang sedang ramai dikembangkan banyak perusahaan ini dinilai dapat membuat penipuan dan kesalahan informasi lebih sulit dikenali.

Berdasarkan keterangannya yang dikutip dari BBC, Selasa (9/5/2023), teknologi AI dikhawatirkan akan disalahgunakan oleh aktor jahat. Menurutnya, konten AI harus diberi label dengan jelas agar tidak menipu orang. Selain itu, sektor ini juga memerlukan regulasi yang tepat.

Pada Maret lalu, pelopor komputasi ini juga menandatangani surat bersama Elon Musk untuk menyerukan pemberhentian sementara atau jeda dalam pengembangan model AI. 

Manusia Harus Bertanggung Jawab terhadap Hasil Buatan AI

Bukan Manusia, Partai Politik di Denmark Ini Dipimpin oleh Teknologi AI
Bukan Manusia, Partai Politik di Denmark Ini Dipimpin oleh Teknologi AI (Sumber: Oddity Central)

Wozniak menambahkan, manusia harus bertanggung jawab atas apa pun yang dihasilkan oleh AI dan kemudian diposting ke publik. Ia juga menginginkan regulasi yang mewajibkan pertanggungjawaban perusahaan teknologi besar.

Akan tetapi, nampaknya Wozniak tidak yakin apakah pihak regulator akan menggarap aturan yang mengatur teknologi AI ini dengan benar.

“Saya pikir kekuatan yang mendorong uang biasanya menang, yang agak menyedihkan,” ungkap Wozniak.

Di samping itu, Wozniak beranggapan pihaknya tidak dapat menghentikan teknologi. Namun, ia menyatakan, telah menyiapkan orang dengan keterampilan tertentu dan terdidik untuk menemukan penipuan dan aksi jahat yang dapat mencuri informasi pribadi.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya