Sebarkan Konten Positif di Media Sosial Belum Cukup, Kewaspadaan Juga Diperlukan!

Agar generasi muda Indonesia memiliki budaya dan jiwa positif di ruang digital (media sosial), hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan memahami etika digital.

oleh Iskandar diperbarui 14 Jul 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2023, 13:00 WIB
Ilustrasi pengguna media sosial. Credit: Paul Hanaoka/Unsplash
Ilustrasi pengguna media sosial. Credit: Paul Hanaoka/Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Dalam workshop literasi digital bertajuk 'Sebarkan Pesan Positif untuk Kemanusiaan dan Pendidikan di Ruang Digital' yang digelar Kemkominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Dosen FIKOM Universitas Pancasila dan anggota Japelidi Diana Anggraeni, mengatakan dalam beraktivitas di ruang digital (media sosial), menjunjung tinggi budaya adalah sikap yang diperlukan.

Menurutnya, berbudaya di ruang digital adalah cerminan untuk memperkuat identitas bangsa, membangun komunitas digital yang sehat, serta dapat meningkatkan keterampilan dan peluang. Berbudaya di ruang digital juga bisa membangun reputasi positif seseorang.

“Beberapa budaya asli Indonesia yang perlu dikembangkan di ruang digital adalah religius, mandiri, gotong-royong, yang dapat dilakukan dengan menyebarkan nilai-nilai Pancasila, berpartisipasi aktif dalam mengembangkan budaya Indonesia, serta memproduksi konten positif yang mencerminkan keindonesiaan,” ucapnya, dikutip Jumat (14/7/2023).

Agar generasi muda Indonesia memiliki budaya dan jiwa positif di ruang digital, lanjut Diana, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan memahami etika digital.

Selain berprinsip untuk menjadi diri sendiri, menjunjung tinggi privasi, kritis dan kreatif, mengelola waktu dengan bijak adalah contoh-contoh perilaku positif di ruang digital. Perilaku lainnya yaitu mengedepankan prestasi, tidak haus pujian, dan tidak suka mencari sensasi.

Ruang digital adalah ruang yang menjadi media pendidikan di masa kini. Mari menjadikan ruang digital sebagai wadah yang mencerminkan nilai-nilai keindonesiaan, sebagai tempat belajar, berinteraksi, bertumbuhkembang, sekaligus tempat untuk mengaktualisasikan diri sebagai bangsa bermartabat,” tuturnya memungkaskan.

 

Menangkal Konten Negatif

Ilustrasi Sosmed - Kleora 1
Ilustrasi Sosial Media

CTO TemanBaik Indonesia Dedy Triawan menambahkan, ruang digital memiliki banyak fungsi dan manfaat yang semuanya bisa diarahkan untuk hal-hal yang positif. Salah satunya adalah sebagai sarana untuk memproduksi dan menyebarkan konten-konten positif.

Menurut dia, konten positif di ruang digital adalah konten yang menginspirasi, mengedukasi, memberikan informasi akurat, serta konten yang menghibur.

“Manfaat konten positif di ruang digital adalah selalu menjaga koneksi, berpotensi menemukan pekerjaan baru, selalu mendapatkan informasi terbaru, atau terus mengembangkan jejaring baru,” katanya.

Ia juga mengingatkan agar warganet Indonesia mewaspadai konten-konten negatif yang berisikan tayangan kekerasan, korban luka, atau video lama yang diunggah kembali untuk memancing kebencian.

Apabila menemui konten-konten seperti itu, imbuhnya, sebaiknya dihapus atau diblokir. Hal itu bertujuan untuk menghentikan provokasi. 

Waspadai Kejahatan Digital

Ilustrasi scam, penipuan, phising.
Ilustrasi scam, penipuan, phising. Kredit: Mohamed Hassan via Pixabay

Sementara itu, Kepala Unit ICT UNDIPA Makassar Erfan Hasmin menjelaskan, selain gencar memproduksi konten positif di ruang digital, kewaspadaan terhadap kejahatan digital harus tetap dijalankan.

Kejahatan digital itu bisa berbentuk penipuan online, yaitu bentuk kejahatan dengan tujuan mengelabui korban, yang berambisi untuk mencuri uang atau mencuri data pribadi seseorang lewat ruang digital.

“Penipuan online yang sedang marak adalah dengan teknik phishing. Tak hanya itu, ada juga modus penipuan berkedok aktivitas kemanusiaan lewat pengumpulan donasi. Ini yang patut diwaspadai agar jangan sampai tertipu. Caranya adalah dengan memverifikasi apakah lembaga yang menggalang donasi tersebut resmi terdaftar,” paparnya.

Menurut Erfan, di dunia digital tidak ada yang aman 100 %. Yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi resikonya menjadi sesedikit mungkin dengan cara bersikap kritis dan tidak gegabah mengambil keputusan.

"Bersikap kritis adalah tidak mudah percaya dengan apa yang diperoleh dari internet," ucapnya menutup pembicaraan.

INFOGRAFIS JOURNAL: Berbagai Fakta Mengenai Gerakan Cancel Culture di Media Sosial (Liputan6.com/Abdillah)

INFOGRAFIS JOURNAL_Mengenal Apa Itu Cancel Culture (liputan6.com/Abdillah)
INFOGRAFIS JOURNAL_Berbagai Fakta Mengenai Gerakan Cancel Culture di Media Sosial (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya