Survei Soal Web3 dan Kripto: 83 Persen Warga di 15 Negara Utamakan Privasi Data, Bagaimana dengan Orang Indonesia?

Masyarakat Indonesia dinilai lebih sadar akan konsep Web3 dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di Asia.

oleh Iskandar diperbarui 26 Jul 2023, 07:30 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2023, 07:30 WIB
Ilustrasi Kripto. Foto: Freepik/Rawf8.com
Ilustrasi Kripto. Foto: Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kripto, mulai dari membelinya hingga menambang. Tapi ada cara lain yaitu melalui Faucet Kripto.Freepik/Rawf8.com

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan teknologi perangkat lunak dalam bidang web3, Consensys, bersama YouGov yang dikenal sebagai grup periset data online dan analitik teknologi internasional, mengumumkan hasil dari survei pendapat global yang pertama kali dilakukan mengenai web3 dan kripto.

Penelitian ini melibatkan 15.158 responden yang berusia 18-65 tahun selama masa penelitian dari 26 April hingga 18 Mei 2023 di 15 negara pada benua Afrika, Amerika, Asia (termasuk 1.015 responden dari Indonesia), dan Eropa.

15 negara tersebut antara lain Argentina, Brasil, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Jepang, Meksiko, Nigeria, Afrika Selatan, Korea Selatan, Filipina, Inggris, Amerika Serikat, dan Vietnam.

Mengutip siaran pers resmi dari Consensys dan YouGov, Rabu (26/7/2023), hasil survei memberikan gambaran yang kuat tentang tingkat kesadaran luas terkait kripto.

  • Kesadaran kripto: Sebanyak 92% dari peserta survei menunjukkan kesadaran terhadap kripto.
  • Keyakinan kuat terhadap masa depan kripto: Lebih dari sepertiga dari responden yang sudah akrab dengan industri ini, mengungkapkan keyakinan mereka terhadap potensi kripto sebagai masa depan uang (37%) dan kepemilikan digital (31%), melebihi asosiasi dengan spekulasi (25%) atau penipuan (26%).
  • Keinginan untuk memiliki lebih banyak: Sebanyak 50% responden percaya bahwa mereka memberikan nilai tambahan pada internet, sementara 67% dari mereka percaya bahwa mereka seharusnya memiliki apa yang mereka ciptakan di internet. Namun, hanya 38% responden yang merasa bahwa mereka diimbangi secara memadai untuk nilai dan kreativitas yang mereka berikan pada internet.
  • Keprihatinan terkait privasi data: Sebanyak 83% responden mengungkapkan bahwa privasi data merupakan hal yang penting bagi mereka, 70% percaya bahwa mereka seharusnya mendapatkan bagian keuntungan yang perusahaan dapatkan dari data mereka, dan 79% menginginkan lebih banyak kendali atas identitas mereka di Internet.

Pendiri dan CEO Consensys, Joe Lubin, mengatakan survei ini mengkonfirmasi munculnya paradigma kepercayaan terdesentralisasi yang memberdayakan pengguna dan komunitas.

"Era para builder sejalan dengan etos Web3 di mana setiap orang dapat berkontribusi. Consensys bertujuan menjadi pengurus yang terpercaya bagi para pembangun dan pengembang, mendukung pemberdayaan komunitas dan dampak positif secara global," ujarnya.

 

Indonesia Jadi Negara dengan Kesadaran Privasi dan Pemberdayaan Tertinggi di Asia

Ilustrasi data pribadi, perlindungan data pribadi, privasi pengguna.
Ilustrasi data pribadi, perlindungan data pribadi, privasi pengguna. Kredit: Tayeb MEZAHDIA via Pixabay

Indonesia mungkin menjadi negara yang paling progresif dan menjanjikan dalam mengarah ke internet yang didukung oleh pengguna dan berpusat pada komunitas.

Dalam survei tersebut, 77% responden menjawab bahwa mereka telah memberikan nilai tambah pada Internet, persentase yang jauh lebih tinggi dibandingkan sebagian besar negara lain dan semua negara Asia yang disurvei (misalnya Jepang dengan persentase 40%).

Survei juga mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia adalah orang-orang yang paling peduli terhadap privasi di Asia dan hanya kalah dari Nigeria secara global (dengan 92% responden menyatakan bahwa privasi data penting bagi mereka).

Indonesia juga menempati peringkat kedua dalam keinginan untuk membagi keuntungan yang diperoleh perusahaan dari data pengguna (81%), serta untuk memiliki lebih banyak kontrol atas data pengguna mereka (89%).

Selain itu, Indonesia menempati peringkat pertama di Asia dalam keyakinan terhadap kepemilikan digital, yang menunjukkan bahwa mereka seharusnya memiliki hal-hal yang mereka ciptakan di internet.

 

Orang Indonesia Paling Melek Web3

Ilustrasi Web3. Credit: Glenn Carstens-Peters/Unsplash
Ilustrasi Web3. Credit: Glenn Carstens-Peters/Unsplash

Masyarakat Indonesia juga lebih sadar akan konsep Web3 dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di Asia (dengan 23% responden menyatakan bahwa mereka memiliki pengetahuan tentang Web3, dibandingkan hanya 9% di Jepang).

Berbeda dengan beberapa negara Asia lainnya, Indonesia memiliki persepsi yang paling positif dan progresif terhadap kripto, di mana kripto dianggap sebagai mata uang masa depan (17%) dan memiliki potensi untuk kepemilikan digital (15%), serta sebagai alternatif terhadap ekosistem keuangan tradisional (9%).

Temuan ini menunjukkan bahwa Indonesia, dengan populasi pemuda yang dimilikinya, sangat terbuka terhadap konsep-konsep Web3.0 dan berada pada posisi yang baik untuk menjadi salah satu yang terdepan dalam pergeseran paradigma menuju Internet yang didukung oleh pengguna dan berpusat pada komunitas.

Infografis Ribuan Caleg Sembunyikan Data Pribadi. (Liputan6.com/Triyasni)

Infografis Ribuan Caleg Sembunyikan Data Pribadi
Infografis Ribuan Caleg Sembunyikan Data Pribadi. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya